Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 5 EXT, ATAP TERBUKA RUMAH SAKIT JIWA
Cast. Sadajiwa
(VO Sadajiwa) Sialan, Bu Tita pasti bakal membunuhku!
(Sadajiwa membuka matanya beberapa jam kemudian dan tidak melihat apa-apa selain langit yang semakin gelap di sekelilingnya, Sadajiwa bangkit dari posisi tidurnya, mengeluarkan ponsel dari sakunya dengan panik, dan tersentak.)
(VO Sadajiwa) Udah lewat jam 6 sore!
Sadajiwa : Aduh! Apa-apaan ini?
(Sadajiwa melotot ke arah benda yang menyentuh kepalanya tapi kata-kata kotor itu mati di tenggorokannya saat dia sadar benda apa itu sebenarnya, itu adalah kayu dengan sprei besar terbentang di atasnya, menjulang tepat di atas tempat dia meletakkan kepalanya. Seringainya menghilang. Ekspresi bingung menutupi wajahnya saat ia menyapukan jari-jarinya tanpa sadar ke kain putih halus tersebut, ada aroma manis mawar dan vanilla yang menggelitik hidungnya. Benda inilah penyebab ia bisa tidur nyenyak di bangku kayu yang tidak nyaman itu sampai kebablasan. Gadis ODGJ itu menutupinya dari sinar matahari saat dia tertidur. Sadajiwa tak tahu kenapa tapi ia merasakan sesuatu yang aneh - dan hangat - mengalir di dadanya)
SCENE 6 INT. TOILET BERSAMA RSJ
Cast. Sadajiwa, Zafia, Prianka, Bu Tita
(VO Sadajiwa) Aku benci Bu Tita
(Itulah pikiran terakhir Sadajiwa sebelum berjongkok di kamar mandi yang kotor dan mulai menggosok ubin kuning yang menjijikkan dengan sikat besar dan seember air dingin. Dia meringis, mengernyitkan hidung sesekali saat dia menyisir kubikal toilet yang bau satu per satu, pria itu menggerutu)
(VO Sadajiwa) Sumpah, toilet ini bau banget
(Flashback Bu Tita : Renungkan kesalahanmu saat membersihkan toilet)
Zafia : Oh, lihat siapa yang bekerja sangat keras membersihkan kotoran di pagi hari
Sadajiwa : Diam, Zafia
(Sadajiwa bahkan tak perlu menoleh untuk mengetahui suara cekikik licik itu. Gadis itu tertawa terbahak-bahak, terdengar terlalu senang dengan nasib buruk Sadajiwa)
Zafia : Aww, jangan terlalu pemarah, Sada. Ini baru hari kedua. Kamu masih memiliki lima hari tersisa. Mau dibantu, hm?
(Ejekan yang terlalu manis membuat Sadajiwa melemparkan sesendok air ke arah Zafia untuk mengusirnya. Namun, satu kali percikan kemudian, bukan Zafia yang menjerit keras karena terguyur air dingin, melainkan Prianka)
Prianka : Kak Sada!
(Prianka tergagap saat air menerpa wajahnya begitu ia menginjakkan kaki di kamar mandi. Sadajiwa ternganga saat tawa Zafia meledak bagai hyena dan memegang perutnya, melawan kram yang menggerogotinya)
Bu Tita : Apa yang terjadi di sini?
(Bu Tita menggeram dari arah pintu dan ketiga dokter magang itu langsung berdiri tegap)
(Bu Tita memandangi ketiga dokter magang itu seolah-olah dia akan menggigit kepala mereka, mata melotot tajam ke arah gayung di tangan Sadajiwa ke badan basah kuyup Prianka dan juga Zafia yang sejak tadi berusaha keras sedang menahan tawanya)
Bu Tita : Aku yakin perintahku cukup jelas, bersihkan toilet ini bukan temanmu
(Bu Tita mencibir, matanya menatap ke arah Sadajiwa)
Bu Tita : Apa hukuman satu minggu tidak cukup, Sadajiwa? Apa kamu butuh lebih dari itu?
Sadajiwa : Nggak, Bu
(Sadajiwa berusaha keras untuk tidak menggeram, menundukkan kepala, tapi matanya melotot tajam ke arah Zafia yang mulai mengeringkan wajah Prianka secara teatrikal sambil berbisik)
Zafia : Kasihan, hari ini baru saja dimulai tapi bajumu udah rusak!
Bu Tita : Kamu. Tidak lebih baik dari mereka. Diam.
(Bu Tita menunjuk Zafia dengan mengancam)
Bu Tita : Apa kalian itu anak TK? Apa menurutmu ini adalah tempat permainan karena tak ada orang yang berdarah sampai mati atau patah tulang di sekitar sini?
(Dokter Psikiater itu mengusap wajahnya)
Bu Tita : Apa saya perlu mematahkan tulang kalian terlebih dulu agar kalian dapat menganggap departemen psikiatri dengan serius?
Zafia dan Prianka : Nggak, Bu!
Bu Tita : Zafia, ambilkan baju ganti untuk Prianka dan mulailah bekerja lagi. Sadajiwa –
(Bu Tita berhenti sebentar, memberikan tatapan tak senangnya)
Bu Tita : Ikut saya
(Prianka terkekeh pelan saat menyaksikan Sadajiwa membenturkan bahunya dengan keras ke bahu Zafia sebelum menyeret dirinya dengan enggan di belakang Bu Tita, mungkin Sadajiwa akan mendapatkan lebih banyak hukuman)
Zafia : Aduh, si hamster pemarah itu
(Prianka menepuk lengan Zafia cukup keras, menghasilkan erangan dari gadis ekstrovert itu)
Prianka : Kasihan, Kak Sada. Kalau kamu mau dapat perhatiannya jangan gitu juga kali. Apa menurutmu dia bakalan baik-baik aja? aku cukup khawatir...
(Zafia mendelik sambil menyeringai, dibilasnya badan basah Prianka, mereka berdua memang sudah bersahabat dari sekolah dasar, sehingga interaksinya lebih seperti saudara)
Zafia : Kamu kali yang naksir! Jangan sampai kita naksir cowok yang sama lagi...
(Pipi Prianka memerah, Zafia memegang pipi kemerahan Prianka sambil terkekeh)
Prianka : Ih! Kita semua cuma rekan kerja
Zafia : Aku nggak pernah lihat kamu secemas itu sama cowok, bahkan Sada pernah bilang, kan, kalau kamu tuh kaya musim seminya
(Prianka menepis tangan Zafia, lalu merapihkan kacamatanya)
Prianka : Kak Sada juga bilang kalau kamu musim panasnya...
(Dan di saat itu, mereka tahu bahwa persahabatan mereka mungkin akan menemui ajalnya)
Zafia : Ehem, sepertinya Bu Tita membawanya ke bilik perempuan. Kalau sampai dia tahu kalau Sada nggak pernah meriksa pasiennya...
(Zafia mencoba mengalihkan topik, sudah bertahun-tahun mereka mengenal dan berteman dengan Sadajiwa. Walaupun, ternyata kedua perempuan calon dokter itu memendam perasaan mereka masing-masing karena takut menimbulkan konflik)
Prianka : Nggak apa-apa, kalau gitu kita bisa membantu Kak Sada bersihin toilet sampai kapan pun, kan?
(Zafia mencibir kebucinan mereka sendiri, lalu mengangguk sebelum mereka tertawa lepas)