Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 41 INT. DEPAN SEL HUKUMAN
Cast. Sadajiwa, Bu Ningsih
Sadajiwa : Bu Ningsih, please?
Bu Ningsih : Nggak
Sadajiwa : Kumohon, mohon dengan sangat, Bu Ningsih manis?
Bu Ningsih : Jawabannya tetap nggak, Mas Sada
(Wanita tua itu menegurnya dengan keras dan Sadajiwa terus merengek)
Sadajiwa : Ah, ayolah, kasihanilah gadis itu, Bu Ningsih. Ini tuh musim hujan dan Dayana bakalan sakit kalau tidur di ubin itu sampai pagi
(Sadajiwa menjulurkan bibir bawahnya dan memohon – walau batinnya merasa jijik, tapi kebahagiaan Dayana lebih diutamakan daripada harga dirinya - dan ia mengulangi permohonan tersebut)
Sadajiwa : Kumohonn? Aku pasti ngembaliin kuncinya setelah dia bisa tidur
(Wanita tua itu mendesah karena kegigihan Sadajiwa dan akhirnya memasukkan tangannya ke dalam sakunya untuk mengeluarkan kunci)
Bu Ningsih : Iya deh! Tapi kembaliin kuncinya dalam sepuluh menit, dan Mas Sada, mohon jangan merengek kaya gitu lagi, kamu udah lebih dari 20 tahun
(Sadajiwa menyeringai dan mengambil kunci itu dengan berjingkrak penuh rasa syukur. Mempermalukan diri dengan merengek terkadang memang ampuh)
SCENE 42 INT. SEL HUKUMAN
Cast. Sadajiwa, Dayana
(Dayana jauh lebih berat dari yang diperkirakan Sadajiwa. Dokter magang itu berjuang dalam perjalanan untuk menggendong gadis yang lebih tua itu ke tempat tidur, tapi tersenyum puas setelah dia berhasil membaringkannya di kasur tanpa membangunkannya)
(Menarik selimut di atas Dayana dengan hati-hati, Sadajiwa hendak pergi tapi dia merasakan pegangan tangan di ujung bajunya. Dayana meringkuk dalam tidurnya, mungkin karena dinginnya musim hujan. Sadajiwa mencoba melepaskan tangan mungil dari lengan bajunya tanpa membangunkannya tapi tangan itu terus mencengkeramnya lebih erat)
(Sadajiwa menahan senyumnya sebab Dayana begitu imut. Manja bahkan dalam tidurnya. Sadajiwa ragu-ragu sejenak, melihat kunci yang tergantung di pintu, sebelum memutuskan untuk menguncinya dan menghabiskan malam dengan Dayana di kamar yang sama)
(Walaupun Bu Ningsih bisa mengambil kuncinya atau bahkan mengurung mereka berdua di dalam kamar itu, Sadajiwa tak peduli)
(Berhati-hati agar tak membangunkan Dayana, Sadajiwa merangkak perlahan ke tempat tidur dan berbaring di sampingnya. Seolah-olah Dayana secara otomatis bisa mendeteksi panas dari tubuh Sadajiwa, gadis yang lebih tua itu langsung berguling dan memeluknya seolah-olah Sadajiwa adalah boneka raksasa)
(Dayana tenggelam dalam jubah Sadajiwa secara natural dan membenamkan wajahnya jauh ke dalam dadanya sampai Sadajiwa tak bisa bernapas dengan semestinya. Sadajiwa membeku beberapa saat sampai hatinya yang bergemuruh menjadi tenang, dan kemudian Sadajiwa meletakkan dagunya dengan hati-hati di atas kepala gadis yang lebih pendek - dan tinggi mereka sangat cocok - untuk melakukan hal itu)
(Lengannya tetap kaku sampai Sadajiwa memutuskan untuk mengayunkannya di atas gadis yang lebih tua itu dan memeluknya. Rasanya jauh lebih baik setelah semuanya tenang. Kecanggungan berangsur-angsur menghilang di setiap detiknya dan Sadajiwa dimanjakan oleh aroma vanilla manis yang membuainya sampai tertidur. Sadajiwa mulai mengusap hidungnya lebih dalam ke rambut Dayana. Sadajiwa merasa hangat yang nyaman. Ditambah bahagia)
(Jantungnya berdetak pelan di dadanya. Sadajiwa tertidur dengan senyum kecil di bibirnya ketika Bu Ningsih datang untuk mengambil kunci, penjaga itu hanya menggelengkan kepalanya saat melihat pasangan muda yang sedang di mabuk asmara itu)