Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Anemoi
Suka
Favorit
Bagikan
6. Bagian 6

SCENE 11 EXT GERBANG PELARIAN RSJ

Cast. Sadajiwa, Dayana, Bu Ningsih

Dayana : Mungkin kamu makan terlalu banyak dan menambah lemak di perutmu?

Sadajiwa : Diam

(Sadajiwa menggeram, berjuang untuk keluar dari lubang sempit itu. Di dalam, Dayana sudah menunggunya dengan tangan terulur yang dia tolak)

Sadajiwa : Kamu pada dasarnya adalah seorang hobbit, kamu dapat masuk melalui lubang ini dengan mudah, tapi berbeda bagiku, oke?

(Penghinaan itu tak berpengaruh pada Dayana karena ia hanya memiringkan kepalanya ke samping untuk menyaksikan perjuangan Sadajiwa dengan mata geli yang sama. Sadajiwa terkadang iri padanya)

Sadajiwa : Baiklah, itu - Astaga! Apa itu?

(Teriak Sadajiwa sambil menunjuk dengan histeris pada objek bergerak di semak-semak yang gelap. Dayana melihat hal itu, dan kemudian menatapnya kembali dengan wajah yang benar-benar tenang)

Dayana : Itu seekor anak kucing, Sadajiwa. Anak kucing. Yang suka bermain denganku di atap. Katanya tadi kamu bilang nggak takut hantu?

(Sadajiwa segera menegakkan tubuh dan batuk dengan pipi merah)

Sadajiwa : Ya, itukan bukan hantu tapi anak kucing jadi... aku boleh takut

(VO Sadajiwa) Penalaran bodoh macam apa itu, duh

(Tapi Dayana masih tak terpengaruh sebab ekspresinya masih tenang, dan Sadajiwa mulai menyukai ketenangan cara berpikirnya Dayana)

Bu Ningsih : Siapa di sana?

(Bu Ningsih, penjaga gerbang tua yang biasanya mengelilingi gedung pada malam hari, sepertinya telah mendengar jeritan menyedihkan Sadajiwa dan berjalan ke arah mereka dengan cahaya senternya yang mengancam)

(Sadajiwa menarik Dayana untuk merunduk di balik semak-semak dengan panik dan dalam sekejap mereka berjongkok di tanah dengan napas tertahan)

Sadajiwa : Tunduk! Merangkak!

(Sadajiwa memerintahkan dengan suara berbisik. Dayana bergerak di depannya dan setelah rangkaian merangkak yang menegangkan, hati yang bergemuruh, dan berlari di sepanjang pinggiran gedung, mereka akhirnya berhasil masuk ke dalam gedung tanpa ketahuan)

Sadajiwa : Ya Tuhan, hampir aja kita ketahuan!

(Sadajiwa tertawa begitu mereka di luar jangkauan Bu Ningsih dan Dayana menatapnya dengan ekspresi bingung dan kagum)

Sadajiwa : Apa? Sekarang kita udah jauh dari wanita tua itu. Dia nggak bisa denger kita

Dayana : Kamu tersenyum

(Dayana berkata tanpa basa-basi, matanya berkedip cerah dengan kegembiraan murni seolah-olah ia baru saja menemukan keajaiban. Sedetik kemudian senyum senang yang sama muncul di bibir Dayana)

Dayana : Itu pertama kalinya. Kamu terlihat tampan dengan senyum itu

(Sadajiwa membeku. Setelah beberapa saat hening dan hanya tatapan yang bertukar di antara mereka, Sadajiwa memukul lembut kepala gadis yang lebih pendek itu dan berjalan pergi dengan batuk yang canggung)

Sadajiwa : Selamat malam, Dayana. Aku akan kembali ke kamar

(Jika koridor tak terlalu gelap, Dayana mungkin akan melihat betapa merahnya pipi Sadajiwa)

■ SCENE 12 EXT TAMAN BELAKANG RSJ

Cast. Sadajiwa, Dayana

*2 bulan magang*

(Waktu berlalu agak cepat bagi Sadajiwa belakangan ini)

(Sementara Dayana masih memiliki kemampuan untuk membuat Sadajiwa sakit kepala seperti sebulan yang lalu - Kepolosan Dayana atau dengan caranya memegang lengan Sadajiwa dengan bebas seolah-olah Sadajiwa adalah milik pribadinya - Sadajiwa terkejut bahwa merawat Dayana bukan merupakan pekerjaan yang buruk. Justru sebaliknya. Sadajiwa lebih banyak mengobrol dengan Dayana ketimbang dengan teman-temannya. Waktu istirahat akan dihabiskan dengan duduk di taman dan mengolok-olok Dayana perihal pernyataan konyol apa pun yang dia buat alih-alih nongkrong dengan dokter magang lainnya)

(Sungguh tak terduga, bahwa Dayana ternyata teman yang cukup menyenangkan. Dia lucu, pintar dan berpikir dalam gelembung kecilnya sendiri. Pada akhir bulan, Sadajiwa telah belajar lebih banyak tentangnya. Kekesalan Sadajiwa pada Dayana mulai memudar, semakin ia mengenal gadis itu)

(VO Sadajiwa) Dayana sangat membenci daging kambing. Dia menyukai aroma-aroma terapi- yang menjelaskan mengapa ia sangat harum sepanjang waktu dan mengapa aku sulit bernapas setiap kali Dayana mendekat terlalu dekat denganku. Betapa Dayana mencintai makhluk kecil seperti anak kucing dan kelinci, dan betapa dia senang tertidur pada saat hujan turun karena itu akan mengubur suara-suara asing di telinganya.

(Sadajiwa terpaku pada situasi yang sedang terjadi, tapi mungkin dia tak boleh memberikan pujian pada Dayana terlalu dini karena gadis tersebut sekarang mendekat terlalu rapat lagi ke bagian samping Sadajiwa, sehingga mereka seperti kembar dempet)

Dayana : Sada, gimana cara benda ini berfungsi?

(Dayana merangkul lengan Sadajiwa dengan erat dan kepalanya bersandar di bahu Sadajiwa, dokter magang itu menutup buku yang sedang dibacanya dan menatap gadis berambut hitam itu dengan tatapan serius)

Sadajiwa : Dayana, sandaran bangku ini dibuat bukan tanpa alasan

(Sadajiwa mendorong kepala Dayana perlahan dari bahunya ke sandaran bangku)

Sadajiwa : Supaya kamu bisa mengistirahatkan kepalamu itu di sana dan bukan di pundakku

Dayana : Tapi lebih nyaman di sini

(Dayana merajuk dan dia menyandarkan kepalanya ke bahu Sadajiwa lagi. Memeluk bagian tubuh samping Sadajiwa kembali)

Dayana : Dan juga lebih hangat

(Sadajiwa menghela napas. Musim Dingin tak pernah datang di negara tropis, tapi anehnya Dayana seperti winter dihidupnya, dingin namun menghangatkan hatinya. Dayana bersikap dingin dan ketus pada orang lain kecuali Sadajiwa dan Bu Tita, mungkin. Karena pelukan Dayana semakin erat, akhirnya Sadajiwa menyerah dengan senyum tipis)

Sadajiwa : Buat apa kamu ingin tahu cara kerja handphone-ku?

Dayana : Oh, aku cuma pengen tahu aja

(Dayana memegang ponselnya terbalik dan menatapnya seolah itu adalah spesimen galaksi luar, kepalanya masih bertumpu di bahu Sadajiwa)

Dayana : Bahkan benda ini nggak ada tombolnya, gimana cara makenya?

(Sadajiwa mendengus dengan tawa)

Sadajiwa : Ya Tuhan, sepuluh tahun yang lalu teleponnya kaya gimana sih? Nokia hitam dan putih yang ada permainan ularnya?

(Dayana mencubit paha Sadajiwa yang langsung menjerit)

Dayana : Ajarin aku cara pakenya

(Dayana cemberut lagi dan Sadajiwa berpikir kalau itu terlihat sangat imut)

Sadajiwa : Oke, deh...

(Sadajiwa mendengus dan mulai menggesek layar HP-nya)

Sadajiwa : Intinya kamu cuma perlu mengetuk ikon yang ingin dibuka dan semuanya akan muncul

(Dayana memperhatikan saat Sadajiwa memberikan contoh singkatnya dan setelah beberapa menit Dayana mulai bisa memahami dasar-dasarnya. Sekarang Dayana berkelana ke galeri Sadajiwa tanpa izin)

Sadajiwa : Aku nggak bilang kamu bisa lihat galeriku

(Sadajiwa mencoba mengambil ponselnya tapi Dayana mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya dengan gaya anak SD. Terkadang Sadajiwa bertanya-tanya apa pertumbuhan mental Dayana berhenti dan pertumbuhan tubuhnya pun berhenti saat ia mencapai usia sepuluh tahun. Itulah alasan mengapa Dayana begitu mungil dan mengapa dia terkadang bisa sangat kekanak-kanakan)

Dayana : Wah, apa kamu yang ngegambar ini?

(Mata Dayana membelalak kagum saat menatap beberapa foto sketsa random milik Sadajiwa)

Dayana : Semuanya indah

Sadajiwa : Itu cuma iseng

(Potong Sadajiwa dengan malu-malu, wajahnya memerah dan memalingkan pandangannya)

Sadajiwa : Itu cuma sketsa random yang dibuat kalau lagi bosen

Dayana : Kamu bilang yang kaya gini tuh random? Ini tuh masterpiece!

(Dayana tak setuju dengan Sadajiwa dan untuk sekali ini, terlihat sangat serius)

Dayana : Kamu jago dalam hal ini. Kamu harus gambar lebih banyak

(Sadajiwa tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya)

Sadajiwa : Aku udah lama nggak ngegambar. Kayanya aku bahkan udah nggak bisa bikin lingkaran lagi

Dayana : Tapi kenapa?

(Sadajiwa menghela napas, batinnya berdebat apa dia harus jujur pada Dayana atau tidak)

Sadajiwa : Nggak tahu. Mungkin aku udah kehilangan passion-nya sejak beberapa tahun lalu. Ada banyak hal yang terjadi dan aku... butuh waktu lama bahkan untuk bermain gitar lagi. Semua itu mengingatkanku pada masa lalu, pada seseorang, yang lebih baik kulupakan

Dayana : Seseorang?

Sadajiwa : Ya. Seseorang yang biasa kunyanyikan dan mainkan gitar

(Suara Sadajiwa merendah ke titik di mana Dayana harus berusaha keras untuk mendengarnya)

Sadajiwa : Dan seseorang itu juga yang dulu sering aku gambar

(Ada keheningan aneh yang membayang di antara mereka sebelum Dayana bertanya lagi)

Dayana : Pacar?

(Sadajiwa tertawa kecil)

Sadajiwa : Hampir. Kita masih berteman. Friendzone. Seseorang yang begitu baik dan penuh perhatian yang kusayangi selama bertahun-tahun. Dia adalah inspirasiku. Dia membuatku sangat bahagia dan merasa hidup saat bersamanya, walau dia selalu tampak sedih dengan wajahnya yang sendu

(Pikiran Sadajiwa mengembara ke masa lalu, dan kemudian sadar dengan cepat. Sadajiwa bertanya-tanya apa dia telah membocorkan terlalu banyak hal tentang dirinya pada Dayana)

(Tapi Dayana tampaknya tak keberatan soal Sadajiwa yang membicarakan tentang wanita lain. Dayana tampak sedang gelisah tentang sesuatu yang lain)

Dayana : Sekarang kamu bahagia nggak?

(Raut wajah Dayana samar antara kekhawatiran dan kesedihan)

(VO Sadajiwa) Kenapa dia sedih soal ini?

Sadajiwa : Aku harus pergi ke kelas

(Sadajiwa berdiri dan menyandang tasnya di bahu)

Sadajiwa : Bu Tita pasti bakal bunuh aku kalau terlambat. Simpen aja dulu HP-nya, kamu bisa pake itu kalau lagi bosen. Ada banyak hal yang bisa menghiburmu saat aku nggak ada. Aku akan mengambilnya saat makan siang

(Mendengar itu, Dayana tersenyum kembali. Tidak secerah senyum biasanya tapi matanya tetap bersinar)

Dayana : Apa itu artinya kamu bakal datang nemuin aku lagi nanti?

(Sadajiwa menepuk kepala Dayana dengan ringan dan tertawa)

Sadajiwa : Ya, aku harus mengawasimu biar nggak kabur lagi dan membuatku dalam masalah. Hukumanku udah cukup, ya...

(Dayana memanyunkan mulut dan Sadajiwa menyeringai)

Sadajiwa : Sampai jumpa

(Sadajiwa berbalik dan pergi, melewatkan perubahan ekspresi Dayana yang memudar menjadi tatapan sedih yang prihatin)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar