Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 35 INT. KORIDOR BANGSAL PEREMPUAN
Cast. Sadajiwa, Dayana, Bu Cempaka
(Dayana sedang berjalan di koridor. Dia merasa tercekik setelah meringkuk sendirian di kamarnya sepanjang hari dan memutuskan untuk keluar jalan-jalan sebelum otaknya meledak. Dayana berjalan tanpa tujuan, berharap dapat menemukan sesuatu hal - atau apapun - untuk mengalihkan perhatiannya dari kesunyian yang mematikan dan mulai menggerogoti kewarasannya, tapi ia mengerutkan kening saat tak menemukan apa-apa selain koridor kosong)
(Saat itu pukul 15.10 dan sebagian besar pasien sedang tidur siang di kamar mereka. Para magang mungkin sudah di mes mereka. Sadajiwa akan tetap ada untuk shift malam - Dayana terkadang sangat membenci kekuatan ingatannya yang sulit melupakan - tapi dia memutuskan untuk mengabaikan fakta itu karena ia sudah tak bisa merangkul dokter magang itu lagi)
(Tak bisa lagi setelah pengakuannya terakhir kali. Jadi Dayana terus menundukkan kepalanya dan berjalan dengan tenang sampai ia mendengar teriakan keras dari ujung koridor. Itu mengejutkannya. Sudut itu terpencil dan Dayana bertanya-tanya apa mungkin ia salah dengar. Dayana merasa familiar dengan salah satu teriakannya)
(Keingintahuan menang, dia berlari mendekat lalu bersembunyi di balik dinding dan mengintip, dia melihat Sadajiwa dicengkram ke dinding oleh pasien psikotik yang punya riwayat membunuh orang. Pasien kabur yang seharusnya dikurung di selnya. Pasien itu terlalu dekat dengan Sadajiwa menurut pandangan Dayana. Bagian hati Dayana terbakar saat melihat itu)
Bu Cempaka : Dasar dokter gadungan. Aku seharusnya membunuh Dayana juga. Kalian berdua menjijikan!
(Dayana bahkan semakin marah saat bibir kasar wanita tua itu mendarat di bibir Sadajiwa)
(VO Dayana) Mencium Sadajiwa tepat di bibirnya... Bahkan aku pu belum pernah menciumnya di bibir... Sadajiwa... Sadajiwa milikku...
(Kemarahan meletus dan sebelum ia bisa mendengar jeritan minta tolong Sadajiwa, ia sudah meraih apa pun yang bisa ditemukan di dekatnya dan menyerang ke depan dengan pikiran yang gelap. Penglihatan kabur karena amarah, benda dalam cengkeramannya menghantam kepala wanita tua itu dan Dayana tak peduli darah sudah berceceran di wajahnya)
(VO Dayana) Bu Cempaka harus mati. Aku ingin dia mati karena udah berani menyentuh Sadajiwa. Sadajiwaku...
(Suara tubuh yang jatuh ke lantai membangunkan Dayana dari kegilaannya dan Dayana terhuyung mundur dengan tatapan kabur, pikiran mendung dan jantung berdebar kencang. Ketika Dayana mendongak, dia melihat Sadajiwa menatapnya dengan mata terbelalak dan saat ia melihat ke bawah, Dayana melihat genangan darah di sekitar kepala dan di tangannya)
(Hal ini terjadi lagi, adalah pikiran terakhirnya sebelum ia ketakutan saat bau darah yang kuat menyelimuti dirinya seperti seorang teman lama yang telah lama terlupakan)
SCENE 36 INT. DEPAN KANTOR BU TITA
Cast. Sadajiwa, Dayana, Bu Tita
Sadajiwa : Bu Tita!! Bu Tita! Kumohon, dengerin dulu, aku bisa jelasin—
Bu Tita : Saya tidak bisa, Sadajiwa!
(Kepala dokter berteriak, memukul kepalanya sendiri karena frustrasi saat melihat petugas medis bergegas keluar dari tempat tidur bangsal psikiatri)
Bu Tita : Saya harus pergi ke IGD dan menangani semua kekacauan ini! Polisi dan keluarga korban datang dan mereka menyalahkan kita karena membiarkan pasien menyerang-
Sadajiwa : Itu bukan salahnya!
(Teriak Sadajiwa, napas gemetar dan wajahnya masih pucat. Matanya menatap cemas ke arah Dayana yang ditahan oleh dua perawat pria layaknya psikopat yang berbahaya)
Sadajiwa : Tolong, kumohon bebaskan dia. Bu Tita lihat nggak Dayana gemetaran gitu?
Bu Tita : Saya tidak bisa, Sadajiwa!
(Bu Tita berseru, tak berdaya)
Bu Tita : Para atasan telah memerintahkan saya untuk memasukkannya ke dalam sel hukuman bahkan sebelum semua dijelaskan dan saya tak punya pilihan!
Sadajiwa : Sel hukuman?
(Mata Sadajiwa membelalak dan Bu Tita merasakan ada tangan menarik lengan bajunya)
Sadajiwa : B-bu Tita, kumohon. Kamu nggak mungkin memasukkannya ke dalam sel hukuman sekarang juga, dia lagi nggak baik-baik aja. Dayana butuh seseorang buat nemenin dia. T-tolong biarkan aku bersama-
(Bu Tita menggeleng sedih dan melepaskan tangan Sadajiwa dari pergelangan tangannya)
Bu Tita : Saya tidak bisa, Sadajiwa. Maafkan Ibu. Itu aturannya. Dan kamu harus ikut dengan saya untuk menemui polisi dan keluarga korban karena kamu adalah satu-satunya saksi
(Bu Tita melemparkan satu pandangan khawatir pada Dayana dan dengan berat hati memutuskan lalu mengangguk pada perawat untuk membawanya pergi ke salah satu sel hukuman)
(Sel-sel itu dibuat untuk pasien yang berbahaya di mana mereka harus dikunci di balik jeruji besi yang mencekam dan dingin. Sadajiwa memutar kepalanya tepat pada waktunya dan melihat mata Dayana membelalak penuh ketakutan. Dayana mencoba mengatakan sesuatu pada Sadajiwa di tengah napas yang gemetar itu tapi perawat keburu menyeretnya pergi)