Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 21 EXT BANGKU TAMAN
Cast. Dayana
(Dayana menghela napas, menendang kakinya dengan malas di balik gaun panjangnya yang menjuntai. Menunggu sendirian di bangku yang biasa Sadajiwa dan dirinya duduki, dia heran apa ada sesuatu yang menahan Sadajiwa untuk makan siang dengannya hari ini? Makan siangnya masih belum tersentuh dan dia harus terus menunggu dokter magang itu atau memakannya sendirian. Atau mungkin, dia bisa mencari Sadajiwa dan menyeretnya untuk datang ke sini)
(VO Dayana) Baik. Sepertinya itu ide yang lebih baik.
(Dayana melompat dari bangku dan berdiri dengan senyum cerah. Lagipula Sadajiwa sudah tak pernah mengatainya manja)
SCENE 22 EXT BANGKU TAMAN
Cast. Dayana, Zafia, Sadajiwa
(VO Dayana) Pasti Sadajiwa lagi di basecamp
(Saat Dayana tak bisa menemukan Sadajiwa di mana pun dan kantor Bu Tita sudah ditutup.
Dia berjalan perlahan ke ruang basecamp dokter magang, ragu-ragu dan mengintip ke kiri dan ke kanan untuk mencari tanda-tanda mantel putih yang dikenalnya, tapi tak menemukan apa pun sampai ia di depan pintu basecamp)
(Sadajiwa ada di sana, duduk di depan perempuan magang lainnya - Zafia, Dayana mencoba mengingat namanya dengan benar - dan mereka sedang melakukan pembicaraan yang tampaknya serius. Suasananya cukup kikuk. Dayana bertanya-tanya apa dia harus meninggalkan keduanya atau tidak, tapi kemudian dia mendengar Sadajiwa menyebut namanya. Mereka membicarakannya)
Zafia : Kamu menyukainya?
(Sadajiwa berhenti dan Dayana mendapati dirinya juga membeku di tempat. Jantungnya berdegup kencang dan kakinya terhuyung)
Sadajiwa : Maksudnya apa? Kok nanya hal aneh kaya gitu?
Zafia : Aku nanya nih, kamu suka sama dia. Bukan suka sebagai pasien sama dokter, lebih ke perasaan romantis—
(Zafia mencondongkan tubuh ke depan mejanya, dagu bertumpu di atas kedua tangannya yang bersatu)
Zafia : Kalau kamu menyangkalnya, kamu harus memenuhi janji ke Prianka sama aku. Waktu cutimu harus dihabiskan sama kita juga ayahmu
(Keheningan yang panjang. Dayana menemukan dirinya benar-benar mencengkeram pintu sampai kukunya memucat sembari menunggu jawabannya. Jantungnya berdebar kencang karena alasan yang tak diketahui dan telapak tangannya berkeringat. Dia tak menyangka akan menemukan hal seperti ini. Dayana berharap ia tak pernah mengetahui adegan ini. Karena jawaban Sadajiwa hampir membuatnya jatuh ke lantai bersama dengan hatinya yang hancur)
Sadajiwa : Nggak
(Kata Sadajiwa tegas)
Sadajiwa : Kita cocok sebagai pasien dan dokter – tentu aja aku harus menyukainya untuk itu. Ada yang salah sama otakmu kalau kamu mikir sebaliknya
(Dayana mundur selangkah dan benar-benar merasakan dadanya berputar dengan kekuatan asing yang kuat. Ada sesuatu yang mencakar hatinya, menggerogotinya, dan menyengatnya begitu parah. Tentu saja, Sadajiwa tak akan menganggap dia sebagai seseorang yang spesial melainkan pasiennya)
(VO Dayana) Sakit
(POV Dayana) Sensasi aneh yang dulu meracuninya kini hinggap lagi. Semua ini terjadi karena kebodohannya sendiri. Karena asumsinya perihal Sadajiwa yang mungkin melihatnya sebagai teman, sebagai seseorang yang lebih dari sekadar kenalan yang dipaksa oleh kewajiban profesional, padahal faktanya tidak begitu
(VO Dayana) Oh, betapa bodohnya aku
(Sadajiwa bahkan tak pernah mengatakan apa-apa soal status hubungan mereka. Dayana mengarang fantasinya sendiri dan sekarang dia tak memiliki siapa pun untuk disalahkan kecuali dirinya sendiri atas kekecewaan yang mengerikan di dadanya. Ini kesalahannya. Dayana paham kalau dia seharusnya tak menangis, tapi dia melarikan diri dari tempat itu dengan setetes air mata keluar dari matanya)