Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 25 EXT. JALANAN DAN PASAR MALAM
Cast. Sadajiwa, Prianka, Zafia
(VO Sadajiwa) Seperti yang pernah kubilang dari awal, cerita cinta ini semakin rumit. Aku seperti bumi yang dikelilingi musim-musim hebat secara bergantian. Berawal dari Prianka, dia adalah musim semiku — dia begitu cerah dan partner yang menyenangkan, dia selalu tersenyum imut padaku dan membuatku selalu merasa senang. Bersama dengannya? Seperti berjalan di tengah taman kehijauan yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang indah. Sangat melegakan bisa mengenal musim semiku. Tapi, musim berubah dengan cepat begitu juga perasaan... Dan akhirnya aku pun mengenal Zafia, mereka bersahabat sejak kecil. Zafia seorang gadis yang bersemangat soal apapun, aku suka berada di dekatnya, tentu saja. Walaupun energik, dan selalu menggodaku, Musim panasku sangat menggembirakan layaknya liburan. Tapi, seperti halnya liburan musim panas. Rasa sukaku padanya pun mulai memudar, dia yang terlalu bersemangat akhirnya membuatku lelah. Dapat disimpulkan belum ada yang bisa menjadi musim gugurku layaknya Ishana. Tak hanya bahagia, tapi rasa sakit pun adalah cinta dan anehnya, musim dingin datang...
(Malam yang menyenangkan bagi Sadajiwa. Mungkin bagi sebagian orang berjalan-jalan di jalanan pada larut malam adalah sesuatu yang sangat biasa, tapi menurutnya berjalan bersama Prianka dan Zafia sangat menyegarkan, seperti membawanya kembali ke masa-masa awal kuliah. Di mana merekalah yang sudah membawanya sejauh ini — menyemangatinya di masa-masa terpuruknya)
(Sadajiwa melihat pemandangan lampu yang indah dan kehidupan malam yang ramai)
Sadajiwa : Jadi, Prianka dandanin kamu, Za? Pantesan...
(Sadajiwa tertawa geli, lengan Prianka melingkar pada lengan Zafia erat-erat)
Prianka : Ya. Sambil curhat-curhat juga
Sadajiwa : Syukur deh, kalian masih kompak aja sampai sekarang. Btw, Curhat apaan nih?
(Sadajiwa bercanda, tapi Zafia terlalu sibuk melamun)
Sadajiwa : Za, lagi ngelamunin apaan sih? Konyol tahu mukanya
Zafia : Masih belum kebiasa aja jalan bertiga lagi setelah seabad lamanya, sorry...
(Zafia mengerutkan keningnya dan Prianka hanya menganggukan kepalanya)
Prianka : Kamunya lagi serius sama magang dan ngerjain tugas akhir, aku seneng akhirnya ada cabang kedokteran yang kamu suka, Kak. Terharu lihat kamu mulai semangat banget jadi dokternya, semoga kita lulusnya bareng, ya
(Prianka terkekeh. Sadajiwa menyeringai canggung)
Zafia : Ssst. Jangan ungkit hal gituan dulu deh
(Zafia menampar ringan lengan Prianka dan ia mengerang ‘Aduh!’ sambil mencengkeram Zafia lebih erat)
Sadajiwa : Jadi, kita mau kemana nih?
(Zafia bersenandung)
Zafia : Ya, tadinya sih pengen nonton bioskop tapi udah tutup atau dinner mewah, tapi sayangnya, kita tuh mahasiswa kedokteran yang bangkrut, jadi nggak bisa deh
(Mereka berhenti di satu blok yang penuh dengan gerobak makanan serta berbagai stan permainan, dan Prianka mengangkat tangannya dengan bangga)
Prianka : Kita mau ke pasar malam sebagai gantinya, let’s having fun!
(Sadajiwa menelan air ludahnya saat melihat deretan makanan dan toko-toko penuh warna, dan Prianka juga Zafia berpikir bahwa mereka akhirnya sudah berhasil mengembalikan Sadajiwa ke dalam pelukan mereka lagi)
Sadajiwa : Apaan tuh?
(Tanya Sadajiwa dengan rasa ingin tahu, menatap makanan yang baru saja dibeli Zafia dari salah satu kios. Zafia melambaikan sosis dan mendesis di depannya)
Zafia : Ini sosis bakar, hamster! Norak. Kamu belum pernah nyoba?
(Zafia terkekeh. Sadajiwa menggelengkan kepala, sementara Prianka masih mengantri membeli minuman boba)
Zafia : Cobain nih
(Zafia menyuapi Sadajiwa)
Zafia : Gimana? Enak, kan?
(Sadajiwa menyeringai sambil mengangguk-anggukan kepala)
(Prianka akhirnya bergabung sambil membawa tiga botol minuman, dan membagikannya. Sadajiwa memesan makanan jalanan lagi dan mereka terus berjalan ke pasar malam itu sambil mengunyah makanan ringan mereka)
Prianka : Jadi gini, ya, rasanya ke pasar malem sama Kak Sada
(Prianka tersenyum semangat)
Sadajiwa : Harusnya kita hang out ke tempat ginian dari dulu deh. Makanannya lebih enak daripada di restoran
(Sadajiwa terkekeh saat ia menggigit sosis bakarnya)
Prianka : Dengan siapa kamu makan itulah yang membuat perbedaan
(Zafia menampar lengan Prianka lalu terkikik sementara pikiran Sadajiwa langsung mengingat Dayana yang dirindukannya)
(Beberapa menit berlalu, mereka bergerak cepat ke stan lain karena Prianka tampaknya sangat mudah terpesona oleh apapun. Zafia membiarkan dirinya diseret ke mana saja oleh Prianka yang bersemangat dengan senyum cerahnya)
Prianka : Kak Sada, lihat! Mereka ngasih boneka gratis kalau kita menang!
(Sadajiwa memandang salah satu bilik permainan di mana kaleng kosong yang tak terhitung jumlahnya ditumpuk menjadi piramida besar dan menggelengkan kepalanya dengan senyum manis)
Sadajiwa : Itu nggak gratis, Pri. Kamu harus mukul kaleng-kalengnya pakai bola, dan harus bayar tiketnya
(Kegembiraan Prianka sedikit menurun dan ia mengalihkan pandangannya dari boneka kelinci merah muda yang duduk di atas rak pajangan dengan nanar. Zafia mencoba menghiburnya, namun gagal)
(Sadajiwa memperhatikan mereka berdua kemudian menyeringai)
Sadajiwa : Tapi kita bisa nyoba kok kalau kalian mau. Bonekanya juga lucu-lucu
Zafia : Apa? Nggak usah. Mubazir
(Zafia melambaikan tangannya dengan panik, tampaknya malu karena ia juga ketahuan sedang melongo ke arah boneka-boneka itu)
Prianka : Iya, Kak. Nggak usah. Kamu bilang anggaranmu terbatas, nggak ada alasan untuk membuang lebih banyak uang untuk hal-hal kecil
Sadajiwa : Kalian suka bonekanya
(Sadajiwa mencubit hidung Prianka dan membuat Zafia sedikit cemberut.
Mereka akhirnya tak bisa protes lagi karena Sadajiwa sudah berlari kecil ke bilik permainan untuk membeli tiketnya. Zafia dan Prianka mengikuti dari belakang sambil sikut-sikutan)
Sadajiwa : Berapaan satu tiketnya, Pak?
Tukang : Rp 10.000 aja, dek. Kalian bisa dapet hadiah kalau kalengnya jatuh semua!
Zafia : Sada, kayanya ini nggak per—
Sadajiwa : Sst. Tenang. Aku punya trik rahasia
(Sadajiwa membusungkan dadanya dengan bangga dan Zafia juga Prianka mundur selangkah untuk melihat sahabatnya yang sombong itu melempar)
(Namun, sahabat yang sombong itu berubah menjadi sahabat yang malu, karena lemparan pertamanya terbukti gagal total dan meleset sangat jauh)
(Sadajiwa berkedip dan Zafia juga Prianka hanya bisa berkedip)
Sadajiwa : Uh, itu baru pemanasan. Aku pasti bakalan bisa dapetin dua boneka itu. Maaf, Pak. Beli dua tiket sekalian
(Zafia dan Prianka menahan tawa karena menyaksikan lemparan kedua dan ketiga berakhir sama tragisnya dengan lemparan pertama, tak ada yang mengenai kaleng)
Sadajiwa : Hah-
(Sadajiwa bingung, dan sementara lelaki tua di depannya juga ikutan bingung, Zafia mulai tersedak di sampingnya karena menahan tawanya sedangkan Prianka menginjak kaki Zafia, sehingga erangan bercampur dengan tawa yang akhirnya meledak. Wajah Sadajiwa memerah malu)
Sadajiwa : A-Aku udah lama nggak main kaya ginian, tapi dulu aku cukup jago di bola basket!
(Sadajiwa tergagap panik dan memerintahkan tukangnya untuk mengambil bola untuknya lagi)
Sadajiwa : Sekali lagi, Pak!
Tukang : Kalau sekali ini bisa, kalian bakalan dapet dua boneka deh
(Tukangnya tersenyum geli. Mendengar itu, Zafia tertawa terbahak-bahak dan merangkul Sadajiwa, sambil memegangi perutnya dan menangis karena terlalu banyak tertawa. Prianka menatap keduanya dengan senyum tipis)
Zafia : Nggak apa-apa, Sada. Keahlianmu udah nggak sehebat dulu
Sadajiwa : Apa maksudmu, aku masih jago!
Prianka : Sst
(Prianka menekan satu jari di mulut Sadajiwa, di sisi lain Zafia sudah di ambang berguling-guling di tanah dan tenggelam dalam air matanya sendiri, Zafia melepaskan rangkulannya)
Prianka : Udahan aja yuk. Uangnya sayang, lho
Sadajiwa : Aku bisa kok!
Zafia : Batu banget sih. Bener kata Prianka, udahan aja kenapa sih!
Sadajiwa : Kamu ngehina kemampuanku!
Zafia : Nggak woy! Aku tuh cuma nyelametin kamu dari kebangkrutan!
(Zafia dan Sadajiwa berteriak layaknya ayam adu, Prianka berusaha melerai panik)
Sadajiwa : Daritadi kamu ngetawain aku, Zafia!
Zafia : Karena emang lucu!
Sadajiwa : Menurutmu aku lucu?!
Zafia : Kamu mengolok-olok dirimu sendiri!
Sadajiwa : Aku cuma ingin ngasih kalian boneka!
Prianka : Beliin kita boneka dari tokonya aja langsung!
(Akhirnya Prianka ikut frustasi, karena Zafia dan Sadaijwa tak pernah melihat kemarahan Prianka, hal itu membuat perdebatannya mati)
Sadajiwa : Tapi kamu pengen banget boneka itu—
(Perdebatan itu benar-benar berakhir saat suara keras kaleng-kaleng bergema di seluruh bilik sebab bola terlepas dari tangan Sadajiwa)
(Pertarungan kecil mereka entah bagaimana telah melontarkan bola ke piramida dan menjatuhkan seluruh botol dengan keberuntungan murni)
(Sadajiwa berkedip cepat dan Zafia juga Prianka berkedip lebih cepat, tangan Zafia masih di bahu Sadajiwa untuk menghentikannya dari aksi keras kepalanya)
Tukang : Selamat! Kalian telah memenangkan hadiahnya
(Pria itu mengambil dua boneka kelinci dari rak dan menyerahkannya kepada dua gadis yang masih tertegun)
SCENE 26 EXT BIANGLALA PASAR MALAM
Cast. Sadajiwa, Prianka
Sadajiwa : Ini konyol. Kamu seriusan suka banget, ya, sama boneka kelincinya, padahal tadi kamu sama Zafia bersikukuh supaya aku berhenti mainnya
Prianka : Ini dari Kak Sada, aku nggak akan ngebiarin bonekanya lecet!
(Prianka memprotesnya saat memandangi jendela bianglala dan langit sedang gerimis sehingga ia memeluk bonekanya semakin erat)
Prianka : Kenapa Zafia phobia sama tinggi sih? Padahal seru kalau kita naik bianglalanya bertiga, tuh dia malah dadah-dadah nggak jelas
(Prianka balas lambaian tangan Zafia sebelum bianglala itu berputar lebih tinggi, Sadajiwa hanya bisa tersenyum)
Sadajiwa : Emang aneh, cewek tomboy kaya Zafia bisa takut naik bianglala. Tapi, makasih udah mau nemenin di sini, dari dulu aku penasaran banget sama bianglala
(Sadajiwa membuka jaketnya, lalu memakaikannya pada Prianka)
Sadajiwa : Pakai itu. Udaranya dingin banget dan baju kamu juga minim
Prianka : Makasih
(Prianka tersipu, menatap langit yang menangis saat dia menyisir rambutnya ke belakang telinga dengan jari-jari halus)
Prianka : Aku sayang sama Kak Sada
(Keheningan itu buyar, Sadajiwa berkedip padanya untuk sesaat sebelum tertawa terbahak-bahak, matanya melengkung menjadi bulan sabit)
Sadajiwa : Tumben, tapi aku juga sayang kok sama adek bungsuku ini
(Prianka berduka atas hatinya)
Prianka : Bukan sayang kaya gitu, tapi sayang banget sampai aku berharap kamu jadi pacarku
(Prianka mengaitkan lengannya pada lengan Sadajiwa, kepalanya bersandar dengan nyaman di bahunya saat mereka menatap langit-langit bianglala. Sadajiwa menutup matanya lalu melepaskan rangkulan Prianka)
(Sadajiwa hanya mampu menggelengkan kepalanya, tatapannya nanar)
Prianka : Sayangnya aku kaya domino, ya?
(Prianka mendesah, lalu menatap Sadajiwa yang akhirnya menoleh ke arahnya)
Sadajiwa : Maksudnya?
Prianka : Aku jatuh hati sama Kak Sada, tapi kamu jatuh hatinya sama orang lain...