Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Anemoi
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian 1

Sadajiwa (VO Prolog) Biasanya saat aku tertarik pada seseorang, aku tak pernah berpikir dua kali untuk mengambil kesempatannya. Begitu merasa cocok dengan orang itu, aku langsung mengencaninya. Namun, beda halnya dengan gadis-gadis yang datang secara kompak padaku sekarang ini. Dengan keunikan yang berbeda, mereka mampu menghipnotisku ke dalam dilema tanpa ujung. Malangnya lagi, aku hanyalah mahasiswa semester akhir yang bertahan karena beasiswa. Namun, setiap gadis yang kutemui di sini memuaikan tujuan awalku untuk menggapai cita-cita. Apa romansa ini layak digadaikan?

■ SCENE 1 EXT, PELATARAN RUMAH SAKIT JIWA

Cast. Sadajiwa, Candra, Zafia, Prianka

Zafia : Halo, permisi! Kita anak magang baru!

(Teriak Zafia pada gerbang yang terkunci ketika mereka tiba di bangsal psikiatri, sebuah bangunan berlantai dua yang terletak di belakang rumah sakit utama dengan tamannya sendiri dan halaman rumput kecil. Tenang, sangat kontras dengan bangunan utama yang sibuk)

(Seorang wanita paruh baya berseragam perawat muncul tidak lama setelah itu dan membuka kunci gerbang untuk membawa mereka masuk)

(Mata Sadajiwa menelusuri lingkungan barunya tanpa minat)

(VO Sadajiwa) Nggak terlalu buruk untuk bangsal RSJ, mungkin aku bisa melamar ke sini suatu hari nanti jika kehidupan menakdirkannya.

Perawat paruh baya : Ini kantor Dokter Tita. Dia telah menunggu kalian, silakan masuk.

(Namun, sebelum Sadajiwa masuk untuk mengikuti teman-temannya, sebuah sosok di taman seberangnya, mulai menarik perhatiannya. Sosok gadis - Sadajiwa menatapnya sedang berjalan perlahan di sepanjang semak warna-warni aster dan krisan yang bermekaran di dalam taman. Dia mengenakan gaun putih panjang, rambutnya hitam legam dan terurai lembut di bawah bahunya saat angin menari)

(VO Sadajiwa) Sinar matahari menyinari kulit pucatnya melalui dedaunan yang menganga dan membuatnya tampak seputih salju, sangat kontras dengan bibirnya yang berwarna merah jambu dan rambut panjangnya yang gelap. Pemandangan yang hampir terlalu indah untuk menjadi kenyataan.

(Sadajiwa termenung di hadapan gadis yang sedang mengusap lembut kelopak bunga, sampai tiba-tiba gadis itu berhenti berjalan dan mengangkat matanya untuk menatap balik pada Sadajiwa. Tatapan mereka terkunci, dan Sadajiwa tersentak)

(VO Sadajiwa) Mata itu. Aku pernah melihat mata itu di suatu tempat sebelumnya. Mata tajam yang berbicara tanpa suara...

(Sadajiwa memutuskan kontak lebih dulu dan berbalik untuk memasuki ruang rapat, hampir tergesa-gesa)

SCENE 2 INT, RUANG RAPAT BANGSAL PSIKIATRI

Cast. Sadajiwa, Bu Tita, Candra, Zafia, Prianka

Bu Tita : Sadajiwa, perhatikan pelajarannya atau ambil saja tasmu dan keluarlah dari kelasku.

(Sadajiwa tersentak dari tidurnya dengan mata merah dan kepala mendongak)

(VO Sadajiwa) Bu Tita adalah dokter kepala Departemen Psikiatri dan mentorku selama tiga bulan ke depan, selain sikapnya yang dingin wajahnya pun tak kalah dingin.

(Sadajiwa menyeka matanya dengan satu tangan, meluruskan punggungnya dan mencoba untuk duduk dengan tegap tapi akhirnya kembali bungkuk karena kakinya meregang dengan malas di bawah meja)

Bu Tita  : Jadi, seperti yang saya katakan tadi, ada dua tipe utama pasien di sini. Yang neurotik adalah mereka yang menderita kecemasan atau depresi, sedangkan yang psikotik adalah mereka yang kehilangan kontak dengan kenyataan dan sering menderita halusinasi atau delusi yang kuat. (Bu Tita mengelilingi mejanya dengan tongkat di tangan, menerangkan seolah-olah keempat mahasiswa magang itu adalah siswa sekolah dasar dan bukan calon dokter)

Bu Tita  : Hati-hati dengan psikotik karena beberapa dari mereka dapat mengalami halusinasi optik atau pendengaran yang cukup parah sehingga menyebabkan kekacauan yang tidak disengaja.

(Para calon dokter mulai sedikit semangat sambil sesekali menggangguk)

Bu Tita : Namun, selama obat antipsikotiknya diberikan dengan benar dan terapi psikososialnya berjalan dengan baik, biasanya mereka akan tenang dan sehat, bahkan cukup normal. Kalian akan terkejut melihat banyaknya pasien skizofrenia yang suka mengobrol dan mungkin, lebih pintar dari kalian.

(Para mahasiswa magang itu tertawa pelan seolah kalimat itu hanya lelucon, tapi satu jari dari Bu Tita dapat membungkam semuanya)

Bu Tita : Kalian juga dapat shift malam secara berpasangan. Masalah partner-nya, saya akan biarkan kalian memilihnya sendiri.

(Prianka dan Zafia melakukan tos sambil berteriak ‘Asik!’ begitu pula Candra dan Sadajiwa)

Bu Tita : Seluruh gedung dikunci dengan ketat. Masing-masing dari kalian akan diberikan kartu akses untuk gerbang utama tapi saya peringatkan, jangan kehilangan kartu itu. Jika salah satu dari pasien ini kebetulan melarikan diri dari ruangannya karena kebodohan kalian, saya akan memastikan kalian tidak akan pernah mengenakan jas putih itu. Paham?

(Sadajiwa menggosok wajahnya dan menghembuskan napas lelah)

(VO Sadajiwa) Tuhan. Aku ingin cepat pulang.

Bu Tita : Kalian semua bertanggung jawab sepenuhnya atas pasien yang saya akan sebutkan. Pasien-pasien ini akan berada di bawah perawatan kalian, dan saya mengharapkan laporan lengkap tentang pengobatan mereka, terapi psikososial mereka, dan perkembangan mereka setiap minggu. Paham?

(Para mahasiswa magang - kecuali Sadajiwa - menjawab ‘Ya’ dengan serempak dan Bu Tita mulai membaca daftarnya)

Bu Tita : Candra, Pak Hanif, kamar nomor 13

Zafia : Girl, berharap banget kalau aku nggak dapet pembunuh berdarah dingin

(Zafia berbisik pada Prianka yang mengangguk setuju dan mulai menggumamkan doa dalam hati mereka masing-masing)

Bu Tita : Zafia, Bu Cempaka, kamar nomor 6. Prianka, Darto, kamar nomor 5. Dan terakhir Sadajiwa, Dayana, kamar nomor 8. Oke, apa ada pertanyaan? Tidak? Bagus. Kalian bisa memulai pekerjaannya sekarang.

(Sadajiwa mendelik atas upaya setengah hati Bu Tita ketika akan menerima pertanyaan)

(VO Sadajiwa) Dosen cantik, potensi jadi sugar mommy, nah, tapi... arogan!

(Bu Tita menyambar catatan medis para pasien kemudian melemparnya cukup kasar pada para mahasiswa calon dokter tersebut, Sadajiwa menangkap catatan medis pasiennya dengan acuh tak acuh lalu membolak-balik halamannya tanpa minat yang berarti)

           (VO Sadajiwa) Larasati Daya?

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar