Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 3 EXT, ATAP TERBUKA RUMAH SAKIT JIWA
Cast. Sadajiwa, Dayana
(VO Sadajiwa) Aku tahu betul, kalau aku terlihat cukup mengintimidasi saat tak memiliki senyum di wajahku - karismatik, seperti yang selalu Ishana katakan - dan dia selalu bersikukuh kalau kebanyakan orang mengira aku terlihat tak ramah atau benar-benar dingin ketika mereka belum mengenalku dengan baik. Dan waktu terasa sangat lambat saat kalian terjebak melakukan hal-hal yang tak disukai. Masuk fakultas kedokteran lima tahun lalu, bukanlah impianku sesungguhnya. Ini semua hanya gerbang terbuka untuk menggapai mimpiku – Ishana aku menjalankan mimpimu. Kamu bangga?
(Sadajiwa duduk sendirian dengan gitarnya di atap kosong RSJ)
(VO Sadajiwa) Dari awal ayahku selalu memaksaku untuk jadi dokter. Terjebak di ruangan pengap dipenuhi dengan bau obat-obatan. Kadang-kadang aku bisa meyakinkan diri untuk tetap bertahan di atas semua gagasan itu, hanya karena seseorang berjanji kalau kita akan melakukannya bersama-sama. Tapi tentulah, itu sudah bukan menjadi prioritasku lagi, karena orang tersebut sudah menghilang sejak 7 tahun lalu. Yang terpenting sekarang aku lulus dan punya kerjaan untuk survive, itu saja sudah cukup
(Sadajiwa berhenti memetik gitarnya lalu mendesah, sekilas kenangan tentang Ishana muncul dan mengganggu pikirannya lagi, bahkan ia lupa lirik lagu yang dinyanyikannya)
Dayana : Kenapa kamu berhenti bermain?
(Dari belakang Dayana berkata lembut sehingga Sadajiwa kaget dan langsung membalikan badannya. Ada seorang gadis sedang membungkuk, gadis yang dilihat Sadajiwa di taman beberapa hari yang lalu)
(Sadajiwa berdiri untuk menghindar karena orang asing itu membungkuk terlalu dekat pada punggungnya)
Sadajiwa : Lagi ngapain di sini? Kamu stalker, ya?
(Sadajiwa kesal, tapi gadis berbaju putih itu hanya berkedip ke arahnya dengan wajah polos, hampir tak terpengaruh oleh kejengkelannya)
Dayana : Kenapa berhenti? Permainan gitarmu bagus, aku suka dengerinnya
(Wajah Dayana tanpa ekspresi tapi matanya sedikit berbinar)
(Sadajiwa menatap lekat-lekat binar mata di depannya selama lima detik sebelum menyadari bahwa gadis itu mungkin salah satu pasien di sana. Sadajiwa secara mental menampar dirinya sendiri karena terlambat menyadarinya, teralihkan oleh wajahnya yang cantik dan mata cemerlang yang menipu dan tampak terlalu intelektual untuk ODGJ)
Sadajiwa : Maaf aku harus pamit
(Sadajiwa melangkah ke samping dan berusaha menjauh dari gadis itu, tapi sebuah tangan kecil menarik lengannya dan sedetik kemudian Sadajiwa mendapati dirinya hampir tersandung ke lantai gara-gara orang asing bermata coklat itu)
(VO Sadajiwa) Aku bisa mencium aroma mawar dan vanilla yang kuat. Apa-apaan?
Dayana : Suaramu merdu
(Gadis itu berkata dengan tulus, matanya berkedip dan mendarat di bibir Sadajiwa dengan tenang karena Dayana secara natural lebih pendek dari Sadajiwa)
Dayana : Lagu tadi sangat cocok diiringi irama gitar. Bisa nggak kamu bernyanyi untukku lagi? (Alis Sadajiwa terangkat)
(VO Sadajiwa) Kalau ini situasi normal, aku mungkin akan mengusirnya atau melemparnya dari atap karena sudah berani mengusik ruang personalku. Namun, gadis ini dari awal juga bukan termasuk jenis yang normal – walaupun wajahnya cantik dan polos, ditambah mata yang menawannya...
(Sadajiwa membeku beberapa saat sebelum mendorong pelan gadis yang menghalangi pintu keluarnya)
Sadajiwa : Ja-jangan deket-deket! Menurutmu sopankah menyentuh orang yang baru dikenal?
(Dayana tersentak dan cengkeramannya melemah)
(Sadajiwa frustasi karena dia masih sulit berpaling dari jeratan mata cokelat itu)
Dayana : Aku udah lama nggak denger sesuatu yang bagus. Rasanya sudah bertahun-tahun sejak aku denger seseorang bernyanyi untukku.
(Dayana bergumam, ia tertunduk dan suaranya lembut penuh kesedihan yang dalam)
(Sadajiwa berdehem dan mencoba menyatukan kembali sebagian akal sehatnya, lalu menepis tangan Dayana dengan singkat)
(VO Sadajiwa) Nggak, aku nggak ada hubungannya dengan ini. Nggak ada satu pun dari perkataan gadis ini yang ada hubungannya sama aku. Dia hanya ODGJ/Orang dengan gangguan jiwa. ODGJ yang menyelinap.
Sadajiwa : Nyanyianku bukan untukmu
(Alih-alih tersinggung, Dayana malah tampak bingung dengan tatapan murninya)
Sadajiwa : Kamu menguping diam-diam saat aku bernyanyi untuk diriku sendiri, itu aja.
Dayana : Tapi, bisa nggak kamu bernyanyi untukku lain kali?
(Dayana memiringkan kepalanya dan menatap Sadajiwa dengan pandangan penuh harap, pertanyaan itu terlontar dengan enteng seolah kekesalan Sadajiwa tak digubrisnya)
Sadajiwa : Aku nggak akan bernyanyi untuk siapapun.
(Sadajiwa menggerutu, menyimpan gitarnya ke dalam kotaknya dan menutupnya dengan satu gerakan cepat)
Sadajiwa : Aku benci kalau ada orang asing yang mendengar nyanyianku, dan aku juga nggak ngerti kenapa pasien bisa masuk ke atap sini—
(Kalimat Sadajiwa terpotong, sekali lagi dia terjebak ke dalam tatapan aneh dan murni gadis di depannya, sebelum ia akhirnya menyelesaikan kalimat dengan suara kasar)
Sadajiwa : Lain kali, kalau aku lihat kamu nyelinap ke sini lagi, aku bakal laporin kamu ke Bu Tita, biar kamu dikunci di dalam sel sepanjang hari
(Sadajiwa menyandang kotak gitarnya di punggung, namun sepasang mata yang bingung menatap punggungnya hingga menghilang)
SCENE 4 EXT, ATAP TERBUKA RUMAH SAKIT JIWA
Cast. Sadajiwa, Dayana
(Keesokan harinya, Sadajiwa sampai di atap RSJ dengan mata yang melotot)
Dayana : Oh, hai. Kamu ke sini lagi.
(Dayana mendongak dari anak kucing yang sedang dibelainya dan dengan santai tersenyum pada Sadajiwa)
(Sadajiwa mengerutkan kening)
Sadajiwa : Ya, dan kenapa kamu ke sini lagi? Kemarin, kan, udah kubilang kalau kamu nyelinap ke sini lagi, aku bakalan laporin kamu ke Bu Tita
(Sadajiwa menggeram, Dayana mencium hidung anak kucing yang sedang mendengkur di tangannya, mengabaikan kemarahan Sadajiwa, Dayana bersikap tenang seperti sebelumnya)
Dayana : Aku nggak nyelinap. Nggak ada yang merhatiin aku juga, jadi aku cuma... jalan-jalan sedikit.
(VO. Sadajiwa) Terlalu pintar untuk ODGJ
Sadajiwa : Apa nggak ada dokter magang yang ngawasin kamu?
(Sadajiwa kesal, tapi Dayana hanya balas menatapnya dengan wajah tak mengerti, matanya damai dan tenang, Sadajiwa menyerah karena sudah marah pada pengidap ODGJ, sia-sia)
Sadajiwa : Lupain aja, ini tuh bukan semata-mata karena aku peduli, ya. Aku cuma—
(Sadajiwa menahan amarahnya pada Dayana dan anak kucing yang mengeong)
Sadajiwa : Bawa aja anak kucing itu dan pergi dari sini, aku lagi ingin sendiri.
Dayana : Kalau gitu, kamu bisa mencari tempat lain untuk menyendiri.
(Sadajiwa berkedip, kehilangan kata-kata selama beberapa detik. Sadajiwa tak bisa membalas dan hanya menyaksikan gadis itu menggendong anak kucing di pelukannya. Dayana berdiri dan menatap langit biru dengan senyum cerah)
Dayana : Langitnya indah
(Dayana menutup mata dan menghirup banyak udara)
Dayana : Aku rindu berada di langit terbuka, tanpa atap, tanpa dinding. Angin terasa sangat sejuk di kulitku...
(Sadajiwa mengernyit geli saat Dayana berputar dan tersenyum padanya lagi, wajah Dayana begitu berseri - dan cantik - gerakannya jauh lebih elegan daripada orang-orang waras yang pernah ditemuinya. Apa mungkin lebih dari Ishana...)
Dayana : Jadi, kecuali kamu setuju berbagi tempatnya, atau aku khawatir kamu harus nyari tempat lain untuk... menyendiri
(Dayana tersenyum ramah padanya. Nada Dayana yang tenang dan lembut, rasanya seperti ejekan bagi ego Sadajiwa yang terlalu defensif tapi lemah)
Sadajiwa : Siapa bilang aku mau menyendiri di atas situ?
(Sadajiwa mengoceh terlalu cepat. Membuat Dayana tertawa terbahak-bahak. Sadajiwa seharusnya merasa tersinggung dan tidak menikmati suaranya, tapi dokter magang itu malah terhipnotis oleh suara tawa itu)
Dayana : Jadi, kamu mau nemenin aku di sini?
(Sadajiwa merengut, sebab seharusnya dialah yang mengendalikan ODGJ dan bukan sebaliknya)
Sadajiwa : Aku bakalan nganggap kalau kamu nggak ada di sini.
(Sadajiwa menjauh dan duduk di bangku terdekat dengan gitarnya, menggerutu)
(Sadajiwa tak punya pilihan tempat lain untuk bersantai tanpa ketahuan oleh Bu Tita. Dayana menatap punggungnya sejenak, terlihat seperti sedang menunggu sesuatu. Sadajiwa mengabaikannya dan menjatuhkan diri di bangku kayu untuk tidur)
Dayana : Apa kamu nggak akan bernyanyi?
Sadajiwa : Udah kubilang, kan, kalau aku tuh nggak akan nyanyi atau bermain gitar untuk orang asing
(Sadajiwa menjawab dengan mata tertutup rapat. Sinar matahari menyentuh terlalu terang ke wajahnya. Tidur siang lebih baik daripada harus berurusan dengan ODGJ. Saat itu jam 2 siang dan Sadajiwa sudah menjalani magang yang melelahkan)
Dayana : Apa kamu mau tidur?
Sadajiwa : Ya, dan aku bakal nyeret kamu dari atap sini kalau kamu nggak berhenti ngomong.
(Dayana langsung terdiam, dan Sadajiwa bertanya-tanya apa dia akhirnya bisa membuat gadis itu takut. Sadajiwa tetap menutup matanya)
Sadajiwa : Jangan mendekatiku saat aku tidur, oke? Aku bersumpah demi Tuhan, aku akan menguncimu di sel hukuman kalau kamu melakukannya
(Sadajiwa bergerak sedikit, memperbaiki kenyamanan posisinya, dan akhirnya tertidur dengan harapan gangguan itu akan hilang pada saat ia bangun)