219. EXT. BAGIAN SAMPING RESTORAN — MALAM
VERA berjalan cepat dan berhenti mendadak ketika bertemu NIKO.
VERA
(marah)
Nik! Harusnya kamu masuk, bukannya di sini!
NIKO
(menggeleng sedih dan merasa bersalah)
Ver, kamu tau aku nggak bisa. Aku nggak sanggup.
VERA
Aku juga ngerasa nggak enak udah bohong sama Niki. Kenapa kamu nggak langsung bilang? Jujur aja, Nik!
NIKO menggeleng lagi. VERA mendekatinya.
VERA (CONT’D)
(menarik napas panjang)
Nik, aku tau pasti berat buat ngakuin semuanya. Tapi, kalau begini, kamu bakal nyesel sendiri Nik.
NIKO diam.
CUT TO:
220. INT. RESTORAN — MALAM
NIKI masih menatap pintu tempat VERA keluar, lalu menatap teman-temannya.
NIKI
(terbata-bata)
Tadi itu … dia telepon sama Niko, ‘kan? Tapi … kenapa Niko nggak bales chat-ku …? Dia juga nggak aktif di grup … dia juga nggak dateng ….
NIKI sudah ingin menangis.
DIAN
Wajar aja, Nik. Mereka ‘kan pacaran. Jelas pacar yang utama, ‘kan? Masa Niko lupa sih …
NIKI
(menjerit, air mata menetes)
Nggak mungkin! Dia bilang mau dateng kok!
ANGGI dan DIAN terkejut melihat reaksi NIKI.
DIAN
(heran)
Nik? Kamu kenapa sih?
NIKI mulai menangis tanpa tahu alasannya. Dadanya terasa sesak. Begitu melihat keheranan di wajah teman-temannya, NIKI mengusap wajahnya dan berusaha tersenyum.
NIKI
(tertawa aneh)
Aku kenapa, ya? Aku nggak tau kenapa tiba-tiba nangis. Aku sendiri bingung ….
NIKI duduk dengan lemas di kursi. ANGGI mendekat dan mengusap punggungnya.
ANGGI
(nada pelan)
Nik, aku nggak tau apa aku boleh bilang begini, karena Vera ngelarang. Kurasa mereka sepakat menyembunyikannya.
NIKI menatap ANGGI dengan heran. DIAN dan RAVEN juga sama.
ANGGI (CONT’D)
Sebenernya mereka, Niko dan Vera … udah putus.
Tiga orang lain yang mendengar ANGGI kompak membelalakkan mata. Terkejut.
NIKI
(terbata-bata karena shock)
Ke-kenapa …? Ka-kapan …?
ANGGI
Aku nggak tau tepatnya. Tapi kurasa, waktu kita jalan bareng habis ujian.
DIAN mendekati ANGGI.
DIAN
Serius, Nggi? Kamu nggak lagi bercanda, ‘kan? Kok bisa? Bukan karena cemburu sama Niki, ‘kan? Aku yakin Vera bukan orang kayak gitu. Kok bisa Niki yang sekelas sama mereka nggak tau?
ANGGI
(menghela napas panjang dan menatap NIKI iba)
Lalu … Niko juga … mau pindah sekolah ….
NIKI tidak sanggup bicara lagi.
CUT TO:
221. EXT. RUMAH NIKI — MALAM
Kaki NIKI berhenti melangkah. Di teras rumah, IAN dan NIKO duduk mengobrol lalu melihat NIKI. IAN menepuk bahu NIKO lalu masuk ke rumah.
NIKI berjalan pelan ke teras rumah.
NIKO
(tersenyum dan melambaikan tangan)
Hai. Baru pulang? Kok nggak dianter Tara?
NIKI
(menatap NIKO)
Kamu belum ngucapin selamat ultah ke aku.
NIKO
(menepuk dahi)
Astaga! Aku baru inget! Kamu nambah umur, ya, hari ini?
NIKI
(sinis)
Seriously?
NIKO
(tertawa)
Met ultah, ya, Kiki. Semoga panjang umur, tambah cantik, pinter, dikurang-kurangin cerewetnya, dan langgeng terus sama Tara. All the best for you deh!
NIKI
(menatap NIKO)
Aku udah putus sama Tara.
NIKO tertegun. NIKI dan NIKO saling menatap.
NIKO
Sori …. (beat) Kenapa nggak cerita?
NIKI
(nada dingin)
Siapa yang nggak balas chat-ku berhari-hari? Nggak angkat telepon, atau telepon mati.
NIKO
(menggaruk-garuk kepala)
Aaah … itu … pulsaku habis. Terus, gara-gara salah pencet, hilang semua history chat-nya.
NIKI
Sejak kapan kamu putus sama Vera? Udah kubilang kamu nggak boleh nyakitin dia. Aku nggak bakal maafin kamu.
NIKO
Dia yang mutusin aku. Dia nggak mau LDR-an.
NIKI
Kenapa pindah? Ke mana? Berapa lama? Sampai kapan kamu biarin aku jadi orang bodoh yang nggak tau apa-apa?
NIKO
Eropa. Papa ditugasin ke sana. Nggak tau sampai kapan. Aku ke sini mau kasih tau kamu dan …
NIKI
(hampir menangis)
Dan aku jadi orang terakhir yang tau. Kamu tega, Nik!
NIKO
Bukan begitu! Aku cuma bingung gimana jelasinnya ke kamu, karena permintaanmu waktu itu. Akhirnya bisa kukabulkan.
NIKI terdiam. Ingatannya kembali saat ia dan NIKO selesai makan di warung kolam pancing.
DISSOLVE TO:
222. INT. WARUNG MAKAN KOLAM PANCING — SIANG
NIKI dan NIKO duduk berhadapan dengan batas meja.
NIKI
Aku tuh maunya, kamu nggak gonta-ganti cewek lagi. Aku harap kamu bisa sama Vera terus. Aku liat, kalian akur-akur aja dan aku lega. Terus, kamu juga …
NIKO
Lho, lho, lho, kok buat aku sih? Harusnya buat kamu lah! Serius lah, Ki!
NIKI
(tertawa)
Sori, sori, tapi itu juga keinginanku sih. Bisa dikabulin nggak?
NIKO
(marah dan menoleh ke arah lain)
Minta yang lain aja. Aku nggak mau yang itu. Minta barang kek, makanan kek. Asal jangan itu.
NIKI
Ehm … apa ya? Ah, iya. Kalau bisa sih, kamu nggak tergantung lagi sama aku, kamu …
NIKO
(menyela dan kesal)
Kenapa aku lagi?
NIKI
(berdecak kesal)
Aku belum selesai ngomong! (beat) Aku mau, kamu nggak tergantung sama aku lagi. Kamu udah punya Vera. Jangan ulangi kesalahanmu sebelumnya. Meski dia bilang nggak cemburu, dia tetep harus jadi prioritas utamamu daripada aku. Nggak menutup kemungkinan, bakal ada kejadian lagi kayak dulu. Aku nggak mau.
NIKO
(suara bergetar)
Maksudmu, kita nggak bisa temenan lagi? Kamu nggak mau temenan sama aku lagi? Kamu mau, aku pergi dari pandanganmu? Kamu mau, aku nggak cerita atau main sama kamu lagi? Tara yang nyuruh kamu?
NIKI sangat terkejut melihat reaksi NIKO.
NIKO (CONT’D)
(sinis)
Umur aja lebih tua, tapi masih nggak bisa bedain temen atau bukan.
NIKI
(panik)
Bukan begitu!
NIKO
Lalu?
NIKI
Aku cuma ngerasa … kita harus jaga jarak, biar semua sama-sama senang. Biar Vera nggak cemburu sama aku, Tara juga nggak cemburu sama kamu. Kita masih bisa temenan dalam batas wajar. Aku nggak mau persahabatan kita rusak gara-gara ini.
CUT BACK TO:
223. EXT. TERAS RUMAH NIKI — MALAM
NIKI menatap NIKO. Ia tidak menyangka keinginannya cepat terkabul.
NIKO
(tersenyum getir)
Jaga jarak. Bener-bener jaga jarak. Jarak yang jauh.
Tanpa sadar, air mata NIKI mengalir, lalu tertawa sengau.
NIKI
(menatap lampu di plafon)
Iya, bener-bener udah dikabulkan. Aku seneng. Seneng banget.
NIKO menatap NIKI dengan perasaan tidak keruan. Tangannya terangkat ingin menghapus air mata NIKI, tapi urung. Tangannya mengepal erat di samping badan.
NIKI (CONT’D)
(mengusap wajahnya dan menatap NIKO)
Kapan berangkat?
NIKO
(mengalihkan pandang ke arah lain)
Lusa.
NIKI
Aku boleh dateng ke bandara?
NIKO
(mengangguk)
Kalau bisa, aku malah mau ngajak kamu ke sana.
NIKI
(tertawa dan menghapus air mata)
Terus, aku ditelantarin di sana? Ogah!
NIKI dan NIKO tertawa lalu berhenti bersamaan. Keduanya saling menatap dengan rasa yang tidak bisa dijelaskan di hati masing-masing.
NIKO
(tersenyum)
Aku pulang dulu.
NIKO berbalik tanpa tahu tangan NIKI ingin menahannya pergi.
CUT TO: