Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tomatouch
Suka
Favorit
Bagikan
26. BAG. 26 - MASALAH (scene#175-184)

175. EXT. TERAS RUMAH VERA — PAGI

VERA masih memegang ponsel di depan wajahnya dan menghela napas panjang.

 

VERA

Ya, keinget aja. Ah, tapi aku lega banget kamu sama kakakmu nggak kenapa-kenapa. Nanti biar Niko yang anterin kamu ke rumah sakit, ya. Dia nganggur kok. Nggak boleh nolak. Niko juga setuju. Udah, ya, Nik. Kamu mending istirahat dulu. Nanti siang Niko jemput. Oke? Bye!

 

VERA menutup telepon dan kembali menatap NIKO yang bengong.

 

NIKO

(bingung)

Kok gitu, Ver?

 

VERA

Kenapa? Bantuin temen nggak salah, ‘kan?

 

NIKO

(masih bingung dan menggaruk kepala)

Ya, tapi … kok kamunya biasa aja? Nggak cemburu atau gimana. Biasanya cewek-cewek lain pada ribut dan ngambek.

 

VERA

(tersenyum santai)

Itu ‘kan mereka. Aku beda dong. Lagian, kalian emang nggak ada apa-apa, ‘kan?

 

NIKO

Iya sih, tapi ….

 

VERA

(mengibaskan tangan mengusir NIKO)

Udah, kamu pulang aja. Nanti siang jemput dan anterin Niki. Oke?

 

NIKO pergi dengan bingung. Saat ia menoleh ke belakang, VERA melambaikan tangan sambil tersenyum.

CUT TO:

176. INT. APARTEMEN NIKO — PAGI MENJELANG SIANG

NIKO yang baru menutup pintu terkejut melihat papanya duduk di sofa dengan tangan terlipat di depan dada.

 

NIKO

(terkejut)

Papa …?

 

PAPA NIKO

(nada suara datar tapi tegas)

Dari mana kamu? Kenapa nggak pulang semalam?

 

NIKO bingung harus menjawab apa.

JUMP CUT TO:

NIKO dan PAPA NIKO duduk berhadapan dengan wajah serius.

 

NIKO

(datar)

Aku nggak mau.

 

PAPA NIKO

(menghela napas panjang)

Kamu … nggak bisakah maafin Papa? Papa cuma punya kamu, Niko. Kamu satu-satunya putra Papa. Mamamu pasti juga menginginkan hal yang sama.

 

NIKO

(sinis)

Nggak usah sebut-sebut Mama dengan mulut Papa yang busuk itu.

 

PAPA NIKO terkejut tapi diam saja. Dua jemarinya saling menggenggam.

 

NIKO (CONT’D)

(berdiri)

Bullshit kalau Papa bilang cuma punya Niko. Papa masih punya Tante Trisha. (beat) Terserah Papa mau ngapain. Pokoknya aku nggak mau. Titik!

CUT TO:

177. INT. KAMAR NIKO — PAGI MENJELANG SIANG

MONTAGE:

1. NIKO merebahkan diri di tempat tidur dengan kesal dan memejamkan mata.

2. NIKO langsung bangun dan duduk di tempat tidur beberapa detik berikutnya.

3. NIKO meraba bahunya yang tadi disandari NIKI, lalu menelengkan kepala seperti berpikir.

4. NIKO berdiri ke depan cermin dan membuka pakaiannya.

5. NIKO mengamati dengan teliti bagian bahu itu. Mulus dan bersih, tidak ada tanda ruam yang biasanya terjadi karena alergi.

6. NIKO mengernyitkan dahi lalu pergi ke kamar mandi.

MONTAGE END.

 

CUT TO:

178. INT. RUANG TAMU APARTEMEN NIKO — SIANG

NIKO berjalan cepat ke arah pintu. PAPA NIKO masih duduk di sofa sambil membaca tablet.


PAPA NIKO

Mau ke mana lagi?

 

NIKO tidak menjawab, melainkan keluar dan menutup pintu dengan keras.

CUT TO:

179. EXT. JALAN RAYA — SIANG

Jalanan ramai dengan kendaraan. Mobil NIKO melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah NIKI.

INTERCUT TO:


Di dalam mobil, NIKO mengemudi dengan serius. Satu tangannya memegang kemudi dengan erat seperti menahan emosi. Giginya menggigiti kuku jempol tangan satunya.

 

NIKO (VO)

(memukul-mukul kemudi)

Apa-apaan … kenapa orang dewasa selalu seenaknya aja …? Berbuat salah, dan terus begitu.

INTERCUT TO:


Mobil NIKO melaju semakin kencang di jalan yang mulai sepi ketika memasuki perumahan NIKI.


CUT TO:

180. EXT. RUMAH NIKI — SIANG

NIKI keluar dari rumah dengan membawa tas dan langsung menuju mobil. NIKO membantu meletakkan tas di bangku belakang.

NIKO

(membuka pintu mobil)

Udah semua? Ayo, berangkat.

CUT TO:

181. INT. MOBIL NIKO — SIANG

NIKO lebih banyak diam selama mengemudi. NIKI mengamatinya dengan heran.


NIKI

(merasa tidak enak)

Kamu kalau capek nggak usah maksain nganterin aku. Aku bisa naik taksi kok.

 

NIKO

(tertawa kecil)

Terus kamu suka kalau aku dimarahin Vera? Ini udah kayak titah Raja, pantang ditolak. (beat) Udahlah, aku nggak apa-apa kok.

 

FADE OUT TO:

182. INT. KELAS NIKI — SENIN PAGI

NIKI datang sedikit terlambat. NIKO dan VERA sudah duduk di bangkunya.


VERA

Kakakmu gimana, Nik? Pulang kapan?

 

NIKI

(meletakkan tas dan duduk)

Nanti sore. Oh, ini bajumu yang kemarin.

 

VERA

(menerima tas)

Nanti aku sama Niko ikut, ya. Kayaknya anak-anak lain juga mau ikut deh. Kemarin nggak sempet jenguk soalnya.

 

NIKO

(mengangguk)

Sekalian kuanterin pulang.

 

NIKI

Nggak usahlah. Nggak parah kok. Ntar besar kepala dia.

 

ANGGI (OS)

Niki!

 

ANGGI dan DIAN berlari.

 

DIAN

Nanti kita mau jenguk kakakmu.

CUT TO:

183. INT. KAMAR RUMAH SAKIT — SORE

IAN sedang membereskan pakaiannya saat NIKI dkk datang.

 

IAN

(ceria)

Wah, wah, ada angin apa nih, temen-temen Niki dateng jenguk? Padahal udah mau pulang lho.

 

NIKI

(mencibir)

Tuh, ‘kan, apa kubilang. Besar kepala dia.

 

VERA

Gimana, Kak, kakinya? Udah bisa nendang bola belum?

 

IAN

(bangga)

Udah dong. Nih liat, eh, eh, aduh!

 

IAN kehilangan keseimbangan dan terduduk di tempat tidur. Teman-teman Niki tertawa.

 

NIKI

(mengejek)

Makanya kalau mau pamer liat-liat kondisi dulu.

 

DIAN

(melihat ke sekeliling)

Kak Ian, ceweknya kok nggak keliatan? Jomlo ya?

 

NIKI

Emang! Jomlo abadi dia!

 

IAN

Nik, yang ditanya aku, kok kamu jawab melulu sih?


NIKI mencibir lagi hingga yang lain tertawa.

 

IAN (CONT’D)

Niko, makasih lho ya, udah bantu-bantuin kemarin, sampai nginep segala. Udah izin belum? Kok aku jadi ngerasa salah ya, ngebiarin kalian nginep di sini?

 

Mendadak semua diam dan otomatis menoleh pada NIKI dan NIKO yang salah tingkah.

 

ANGGI

(kaget)

Jadi ….

 

DIAN

(menoleh ke VERA)

Ver …?

 

IAN

(bingung dan menatap yang lain)

Hah? Kenapa? Ada apa?

 

JUMP CUT TO:

IAN menatap VERA dengan rasa bersalah setelah mendengar cerita sebenarnya.


IAN

Duuh, sori, ya, Vera … aku nggak tau. Kalau tau, ya nggak bakal kuizinin.

 

VERA

(tersenyum santai)

Kak Ian pasti ngira mereka pacaran, ‘kan? Semua juga gitu kok.

 

IAN

Iya, tapi ….

 

NIKI

(berseru gugup)

Aku udah bilang bukan, tapi Kak Ian nggak percaya! Ya, ‘kan, Nik?

 

NIKO sedikit kaget lalu mengangguk.

 

NIKI (CONT’D)

(kesal)

 Ish, Kak Ian aja yang lemot!

FADE OUT TO:

184. INT. LORONG KELAS — SIANG

Beberapa hari kemudian.

NIKI, VERA, dan NIKO berjalan bersama menuju kantin.


VERA

Kakakmu gimana, Nik? Gips-nya udah dilepas?


NIKI

Iya, udah. Udah balik kerja lagi dia.

 

NIKO

Perhatian dikit, Ki, sama kakakmu. Kamu ‘kan tinggal berdua doang. Ntar kalau ada apa-apa kamu yang nyesel.

 

NIKI

(sinis)

Nggak usah sok ngajarin, aku juga udah tau.

 

Beberapa anak yang lewat di samping dan berpapasan dengan mereka, seperti berbisik-bisik. Kalimat-kalimat semacam “Eh, enak banget ya punya pacar kayak Vera atau Niko. Masih bebas mau deket sama yang lain”, “denger-denger mereka nginep bareng di rumah sakit”, “ih, kalau aku jadi pacarnya, pasti cemburu banget”, dan lain-lain terdengar.

NIKI merasa tidak enak lalu bergerak menjauh dari VERA dan NIKO, tapi VERA menariknya kembali.

 

VERA

(tersenyum santai)

Biarin aja. Aku aja nggak keberatan kok.

 

NIKO

(melotot pada anak-anak itu dan membentak)

Apa lu liat-liat?

CUT TO:












Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar