Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tomatouch
Suka
Favorit
Bagikan
25. BAG. 25 - PEDULI (scene#166-174)

166. INT. KAMAR RUMAH SAKIT — MALAM

IAN sudah dipindahkan ke ruang perawatan, tapi belum sadar.

NIKI sudah berganti pakaian dan duduk di kursi, mengamati IAN. NIKO memandang NIKI yang masih terlihat cemas.

DISSOLVE TO:

167. INT. RUANG TUNGGU IGD — MALAM

Beberapa saat yang lalu. VERA dan NIKO mengamati NIKI yang berjalan pelan ke toilet.

 

VERA

(memandang NIKO)

Nik, aku pulang dulu. Kamu temeni Niki di sini. Jangan ke mana-mana sampai kamu yakin dia baik-baik aja.

 

NIKO

(bingung)

Tapi, Ver …. Di luar masih ujan. Aku anter kamu dulu baru balik ke sini.

 

VERA

(menggeleng dan tersenyum)

Nggak. Jangan. Aku bisa sendiri. Niki lebih butuh bantuan di sini. (beat) Inget, kamu jangan ke mana-mana.

 

VERA lalu berbalik pergi sambil tersenyum.

    CUT BACK TO:

168. INT. KAMAR RUMAH SAKIT — MALAM

NIKI menatap NIKO yang sedang mengetik di ponsel. Di dekat kaki NIKI ada tas berisi pakaiannya yang basah.

 

NIKI

Nik, kamu pulang aja deh. Aku nggak enak sama Vera.

 

NIKO

Mana bisa aku ninggalin kamu di sini sendirian? Rumah sakit kalau malem serem lho.

 

NIKI

(berdecak)

Aku nggak takut. Udah, kamu pulang aja.

 

NIKO

Kamu bilang, aku harus peka. Aku udah peka, malah disuruh pulang. Nih, baca.

 

NIKO menyerahkan ponselnya pada NIKI.

 

INSERT: layar itu menampilkan percakapan NIKO dan VERA.


VERA

Nik, pokoknya kamu nggak boleh ninggalin Niki! Temenin dia! Awas, kalau sampai kamu pulang!


NIKI mengembalikan ponsel itu pada NIKO. 

NIKI

(bergumam)

Ada-ada aja Vera ini. Padahal aku bisa sendiri. Aku nggak apa-apa.

 

NIKO

(bergumam dan tertawa pelan sekali)

Nggak apa-apa tapi sampai nangis.

 

NIKI

(melotot)

Kamu ngomong apa?

 

NIKO

Nggak, nggak ngomong apa-apa kok. Eh, udah makan?

 

SFX: terdengar suara kerucukan dari perut NIKI.

 

NIKO tersenyum sementara wajah NIKI merah karena malu.

CUT TO:

169. INT. KANTIN RUMAH SAKIT — MALAM

NIKO meletakkan semangkuk mi kuah di meja tempat NIKI berada.


NIKO

(mengomel)

Masa jam segini kantin udah tutup sih? Untung aja Mbak-nya mau kupaksain bikin ini.

 

NIKI menatap mangkuk mi yang menggugah selera itu. NIKO duduk dan tersenyum.


NIKO

Makan gih. Kasihan naga di perutmu pada protes.

 

NIKI mendelik ingin protes, tapi perutnya bergejolak lagi, lalu makan sambil menahan malu.


FADE OUT TO:

170. INT. KAMAR RUMAH SAKIT — PAGI

Cahaya matahari masuk melalui jendela yang gordennya lupa ditutup.

 

MONTAGE:

1. IAN mengejapkan mata dan membiasakan diri.

2. IAN melihat kaki kanannya digips karena kejatuhan rak gudang dan mencoba menggerakkan sedikit.

3. IAN membuang napas panjang, lalu melihat NIKI dan NIKO duduk di kursi yang menempel dinding. Kepala NIKO bersandar pada dinding, sementara kepala NIKI berada di bahunya.

4. IAN mengamati NIKO dan mengenalinya.

MONTAGE END.

 

IAN

(berdeham keras)

Ehem! Ehem!

 

 

MONTAGE:

  1. NIKO terbangun dan terkejut. Lebih terkejut karena NIKI bersandar padanya.
  2. NIKO hendak berdiri dan nyaris menjatuhkan kepala NIKI.
  3. NIKO memindahkan kepala NIKI perlahan ke dinding.
  4. NIKO berdiri gugup dan tersenyum pada IAN.

MONTAGE END. 

NIKO

(terbata-bata)

K-Kak … maaf … anu …

 

NIKI (OS)

(menguap)

Udah pagi, ya?

 

NIKO dan IAN menatap NIKI.

IAN

(menyindir)

Udah puas tidurnya, Non?

 

NIKI

(menggeliatkan tubuh)

Nyenyak banget tidurku. Kak Ian udah bangun?

 

NIKI mengejapkan mata dengan bingung melihat NIKO masih ada di sana.

 

NIKI (CONT’D)

(berteriak dan berdiri)

Niko! Kamu masih di sini?!

 

IAN

(mencibir)

Iya, dan kalian nyenyak banget tidurnya. (beat) Jadi, dia ini pacarmu, Nik? Yang kamu bilang reseh, nyebelin, seenaknya sendiri dan … HMPHH!

 

NIKI mendadak membungkam mulut IAN dengan tangannya dan tertawa canggung.


NIKI

(panik)

Kak Ian ngomong apa sih? Masih ngelindur, ya? Dah, tidur lagi aja.

 

IAN akhirnya berhasil melepas tangan NIKI.

 

IAN

Pantesan kamu nggak mau ajak dia ke rumah. Takut aku ledekin, ya? Udah ngomel dan benci sendiri, eh ternyata jadian.

 

NIKI, NIKO

(bersamaan berteriak)

Bukan!

 

JUMP CUT TO:

NIKI selesai menceritakan perihal NIKO dan kejadian semalam.

 

IAN

Oh, jadi kamu yang nendangin ban mobil waktu itu?

 

NIKO

(cengar-cengir)

Iya, Kak. Maaf, ya. Aku juga pernah ke toko Kakak, tapi Kakak nggak ngenalin, jadi aku diem aja daripada dimarahin.

 

IAN menoleh heran pada NIKI.

NIKI

(nada sinis)

Sama sih. Dia juga ngenalin aku di sekolah, tapi diem aja. Emang nggak berakhlak anak ini! Marahin aja, Kak. (beat) Eh, Kak Ian nggak apa-apa kakinya?

 

IAN

Kamu bisa liat sendiri, ‘kan?

 

NIK menatap sedih.

NIKI

Udah bilang Mama?

 

IAN

(menggeleng)

Nanti aja. Atau nggak usah, ya? Daripada bikin cemas.

 

NIKI

(mengomel dan memukul IAN)

Ish! Aku dulu yang pulang telat, Kak Ian laporin aku. Giliran sendiri yang celaka, malah nggak bilang. Padahal ini juga penting.

 

IAN

(meringis)

Aduh, penyiksaan sama pasien ini! Iya, iya, habis ini aku telepon! Kamu pulang dulu aja. Bawain baju gantiku. Niko, tolong, ya. Bisa?

 

NIKO

(mengangguk)

Ayo, Ki.

CUT TO:


171. EXT. RUMAH NIKI — PAGI

NIKI dan NIKO turun dari mobil.

NIKI

Thank’s, Nik. Udah nemenin dan nganterin aku.

 

NIKO

No prob. Kamu masuk gih.

 

NIKI

Iya, kamu juga pulang sana. Aku jadi nggak enak.

 

NIKO

Nggak masalah. Vera juga maunya gitu, ‘kan? Oke, aku balik dulu, ya.

 

NIKI mengangguk dan melihat NIKO masuk ke mobil lalu pergi.

CUT TO:

172. INT. KAMAR IAN — PAGI

NIKI mengepak beberapa pakaian IAN ke dalam tas besar, juga beberapa peralatan penting lainnya. Lalu NIKI teringat sesuatu dan mengambil ponselnya. Setelah menekan tombol panggil, NIKI merapikan tas dengan ponsel di telinga.


NIKI

Halo, Vera … (beat) Iya, aku udah di rumah kok. Sori, ya, yang kemarin. Kamu jadi pulang sendiri. Niko sih …

 

VERA (OS)

(tertawa)

Aku yang minta begitu kok, karena kamu lebih butuh bantuan.

 

NIKI

Wah, aku jadi nggak enak kalau gini.

 

VERA (OS)

Nggak masalah, Nik. Sama aku nggak usah begitu lah. Serius deh.

 

NIKI

Kamu nggak cemburu?

 

VERA (OS)

(tertawa keras)

Yaelah, Nik, liat kamu sehari-hari aja udah gitu, aku paham kok. Ngapain cemburu coba? Nggak guna buat aku. Kamu tenang aja lah.

 

NIKI duduk di tempat tidur IAN.

NIKI

(memain-mainkan tali tas)

Thank’s, ya, Ver. Oh, iya, thank’s juga kemarin kamu bawain baju buat aku. Besok kubalikin kalau udah dicuci.

 

VERA (OS)

Gampang itu, nggak usah dipikirin.

 

CUT TO:

173. EXT. TERAS RUMAH VERA — PAGI

VERA duduk bersama NIKO yang datang setelah mengantar NIKI. Ponsel VERA dalam mode pengeras suara sehingga NIKO bisa mendengarnya.

 

NIKI(OS)

Kok kamu bisa gercep sih, kepikiran soal baju ganti?

 

VERA menatap NIKO. Pikirannya kembali pada malam kemarin saat mendapat kabar IAN kecelakaan.

DISSOLVE TO:


174. INT. RUANG TAMU RUMAH VERA — MALAM HUJAN

Semalam setelah mendapat kabar IAN kecelakaan, VERA mengambil tas dan hendak ke pintu, sementara NIKO sudah berada di ambang pintu. Mereka tampak buru-buru.

NIKO

Oh, Ver, kamu bisa siapin baju ganti buat Kiki? Aku nggak yakin dia bawa payung di kondisi begini. Dia pasti basah kuyup.

 

VERA heran, tapi tetap mengambil pakaian seperti permintaan NIKO.

CUT BACK TO:








Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar