Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tomatouch
Suka
Favorit
Bagikan
29. BAG. 29 - KEPUTUSAN (scene#202-208)

202. INT. PUJASERA MAL — MALAM

Di salah satu meja, ada ANGGI dan DIAN yang sedang makan. NIKI baru saja datang sambil membawa makanannya. NIKI melihat NIKO dan VERA yang keluar dari area kuliner.


NIKI

(sambil duduk)

Mereka ke mana?

 

DIAN

(mengangkat bahu)

Nggak tau. Katanya ada urusan sebentar.

 

ANGGI

Mereka juga belum pesen makan, ‘kan?

 

DIAN menggeleng.

JUMP CUT TO:


Satu jam kemudian, NIKO dan VERA memasuki area kuliner. Awalnya wajah mereka tampak tegang, lalu secara bersamaan mengubah ekspresi menjadi ceria seperti biasa.


NIKI

(jengkel)

Kalian ke mana aja sih? Udah selesai semua nih!

 

VERA

(cengar-cengir)

Sori. Ada urusan dikit tadi.

 

DIAN

Ya, udah pesen makan dulu sana. Baru pulang.

 

ANGGI

Iya, kalian ‘kan belum makan.

 

NIKO

(menggeleng)

Nggak usah. Aku udah kenyang.

 

VERA

Iya, kami udah makan tadi sambil jalan. (beat) Mau pulang sekarang? Aku udah mayan capek sih ini.

 

NIKO

Ya, udah. Kita pulang aja.

 

Mereka mengangguk setuju. 

FADE OUT TO:

203. INT. KELAS NIKI — SIANG

NIKI, NIKO, dan VERA duduk di bangku masing-masing yang berdekatan. ANGGI dan DIAN juga ada di sana. Semua memperhatikan NIKI, kecuali NIKO sedang menatap ponselnya.

 

VERA

Jadi, ultahmu nanti mau dirayain lagi?

 

NIKI

(menggeleng)

Taun ini, aku bikin acara yang intimate. Khusus kalian aja. Oh, sama Raven juga. (beat) Niko!

 

NIKO menatap NIKI.

NIKI (CONT’D)

(menunjuk NIKO dan mengancam)

Kali ini kamu harus dateng! Awas, kalau enggak! Ver, kalau perlu seret dia.

 

VERA

(terkekeh)

Beres.

 

NIKO

(cemberut)

Emang aku karung beras apa? Diseret-seret segala?


NIKI

(kesal)

Makanya, kalau diundang itu dateng! Jangan bikin teman kecewa!

 

NIKO

(ikut kesal)

Iya, iya, aku usahain dateng!

 

NIKI

Harus! Bukan diusahain lagi!

 

NIKO

Bawel! Dah lah!

 

NIKO lalu berdiri dan keluar.

CUT TO:

204. EXT. TEPI LAPANGAN BOLA — SIANG

Lapangan ramai dengan anak-anak yang mengikuti class meeting basket. NIKO duduk di bangku sambil memegang ponsel.

 

INSERT: layar pesan NIKO dan PAPA NIKO yang berkata, “Nik, kita nggak bisa nunggu lama lagi.”

 

NIKO menatap lapangan dengan ekspresi bingung dan gelisah.


NIKO

(bergumam)

Gimana, ya?


JUMP CUT TO:

Hingga bel berbunyi, NIKO masih berdiam di bangku. Beberapa kali mengembuskan napas panjang, NIKO lalu berdiri dan berdecak kesal.

FADE OUT TO:

205. INT. KAMAR NIKI — SIANG

Libur akhir semester. Hari Sabtu siang sebelum 24 Desember.

NIKI sedang membaca komik di tempat tidur.


SFX: ponsel bergetar.


NIKI membaca pesan yang masuk lalu langsung melompat bangun dan berlari keluar.

CUT TO:

206. EXT. RUMAH NIKI — SIANG

NIKO duduk di atas jok motor sambil mengetik di ponsel. Dua buah helm tergantung di setang.

NIKO menatap pintu rumah NIKI yang masih tertutup. Beberapa detik kemudian pintu itu terbuka. NIKI berjalan cepat ke arahnya sambil melotot marah.

NIKO berdiri seolah bersiap menghadapi kemarahan NIKI.

 

NIKI

(membentak)

Apa-apaan kamu siang-siang gini ngajakin mancing?! Panas tau! Ogah!


NIKO

(tertawa)

Tempatnya teduh kok.

 

NIKI

Males ah! Mending tidur!


NIKO

(memelas)

Yah, Nik. Ayolah, temenin aku. Vera nggak bisa soalnya. Kamu ‘kan sobat terbaikku. Ya? Ya? Ya?

 

NIKI menatap NIKO dengan ketus. Antara kasihan dan kesal, lalu berbalik masuk ke rumah.

 

NIKO (CONT’D)

(tersenyum)

Nah, gitu dong. Eh, pake jaket, ya biar nggak gosong. Kita naik motor, soalnya mobil nggak bisa masuk.

 

JUMP CUT TO:

NIKI kembali dengan mengenakan topi, jaket, dan kacamata hitam. Bibirnya masih cemberut lalu menatap motor NIKO.

NIKI

(heran)

Kamu mau mancing, tapi nggak bawa alatnya?

 

NIKO

Sewa aja di sana. Ayo, naik.

 

NIKI kebingunan karena tidak tahu harus berpegangan pada apa mengingat alergi NIKO.


NIKO (CONT’D)

Kok malah bengong? Buruan!

 

NIKI akhirnya naik dengan susah payah tanpa menyentuh NIKO sedikit pun.

CUT TO:

207. EXT. KOLAM PANCING — SIANG

Kolam pancing itu berada di area terbuka. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki atap teduh dan sudah penuh. NIKO dan NIKO harus rela sedikit kepanasan saat memancing di dekat pohon yang tidak terlalu lebat daunnya.

NIKI dan NIKO duduk di kursi sambil memegangi alat pancing masing-masing. NIKI cemberut dan berkali-kali mengipasi dirinya dengan tangan. NIKO tampak santai dan bersemangat.

 

NIKI

(sebal)

Kamu kesambet apa sih tiba-tiba ngajak mancing nggak jelas gini? Mana panas pula. Mending di rumah tidur.

 

NIKO

Ah, capek tidur mulu. Sekali-sekali perlu lakuin kegiatan bermanfaat kayak gini. Buat latih kesabaranmu, biar nggak emosian mulu.

 

NIKI berdecak kesal dan mengangkat tangan hendak memukul.

 

NIKO (CONT'D)

Nah, nah, mulai deh. Baru juga sepuluh menit di sini. (beat) Udah, coba kamu diem dulu bentar. Kalau gerak terus, kapan dapet ikannya?

 

NIKI menurut, tapi wajahnya masih kesal.

JUMP CUT TO:

Beberapa menit kemudian, NIKI merasakan gerakan di pancingnya.


NIKI

(memegangi pancing dengan gugup dan panik)

Nik, Nik, gerak, Nik! Gi-gimana ini? Nik, tolongin!

 

NIKO segera mendekat ke NIKI dan membantu menggulung tali.

 

NIKO

Ini, kamu putar terus, nanti angkat. Eh, punyaku gerak juga!

 

NIKO dengan cekatan menggulung tali pancing. Secara bersama-sama NIKI dan NIKO mengangkat kail dan dua ekor ikan bandeng segar ukuran sedang tergantung di ujung umpan. NIKI dan NIKO berteriak kegirangan.

CUT TO:

208. INT. WARUNG MAKAN KOLAM PANCING — SIANG

NIKI dan NIKO duduk lesehan dengan alas tikar yang berdekatan dengan jendela ke arah kolam. Dua piring nasi panas, dua ekor ikan bandeng bakar, dua lalapan dan sambal, juga dua minuman ada di atas meja.

NIKI makan dengan lahap, sementara NIKO mengamatinya sambil tertawa.

 

NIKO

Doyan apa laper sih?

 

NIKI

(mendelik)

Cerewet! Makan sana!

 

NIKI dan NIKO akhirnya makan bersama-sama.

JUMP CUT TO:

NIKI dan NIKO menatap kolam pancing yang masih ramai. Piring-piring di meja mereka sudah dibereskan. Hanya tersisa dua gelas es teh manis yang tinggal separuh.

NIKO terlihat bingung dan menatap NIKI.


NIKO

Ki … kamu mau kado apa buat ultahmu?

 

NIKI

(curiga)

Tumben? Ada udang di balik gorengan nih.

 

NIKO

(bibir manyun)

Ya, udah deh, nggak usah. Padahal aku udah berniat baik dan tulus.

 

NIKI

Serius?

 

NIKO

(mengangguk yakin)

Iya. Bilang kamu mau apa, aku bakal turutin. Jarang-jarang lho aku baik begini.


NIKI

Apa pun?

 

NIKO

(mengangguk)

Iya. Aku usahain kasih ke kamu. Asal jangan yang aneh-aneh pokoknya.

 

NIKI berpikir sebentar. Dahinya mengernyit. Sesekali ia menatap NIKO yang menunggu jawabannya.


NIKI

Hmm, aku maunya …

 

Raut wajah NIKO berubah ketika mendengar permintaan NIKI.

CUT TO:

209. EXT. JALAN RAYA — SORE

NIKO mengendarai motor menuju rumah NIKI. NIKI di boncengan, duduk dengan perasaan gelisah karena merasa bersalah.

NIKI

(suara keras)

Nik! Kamu masih marah? Permintaanku tadi ngaco, ya?

 

NIKO tidak menjawab.

NIKI (CONT’D)

(menyesal)

Sori deh … aku tarik lagi omonganku tadi. Nggak usah dianggep. Nanti aku kabarin lagi, kado yang aku mau. Kamu udah janji mau usahain semuanya. Jadi, harus ditepati!

 

NIKO seperti bicara sesuatu tapi tidak terdengar.

 

NIKI (CONT’D)

(berteriak)

Apa? Nggak kedengeran!

 

NIKO tidak bicara lagi sampai tiba di rumah NIKI.

CUT TO:

210. EXT. RUMAH NIKI — SORE

NIKI turun dari motor dan melepas helm. NIKO juga melepas helm dan mengusap wajahnya yang berkeringat.


NIKO

Kamu tadi ngomong apa sih? Nggak jelas tau! Bleb bleb bleb doang!

 

NIKI

(mendelik dan menepuk dahi)

Aku ngomong sampai berbusa, sampai keselek kemasukan debu, kamu nggak denger? Astagaaa!

 

NIKO

Berisik banget tadi di jalan. Emang kamu ngomong apaan?

 

NIKI

Nggak jadi deh.

 

NIKO

(memakai helm)

Ya, udah. Aku balik dulu. Salam buat Kak Ian.

 

NIKI

Eh, Nik. Kamu pasti bisa dateng, ‘kan?

 

NIKO

Nggak bisa janji sih.

 

NIKI

Gimana sih? Kamu harus dateng kalau mau kasih kado buat aku!

 

NIKO

(menyalakan motor)

Iya, iya. Liat ntar deh! Repot amat kamu, semua harus diturutin!

 

NIKI mendelik. NIKO lalu pergi.

CUT TO:

211. INT. KAMAR NIKO — MALAM

NIKO duduk termenung di kursi meja belajar. Matanya bergantian menatap ponsel yang berisi pesan dari NIKI dan sebuah koper besar di sudut kamar.


INSERT: layar pesan NIKI yang berkata, “Ada buku yang aku mau. Tapi, aku nggak minta itu sebagai kado. Aku cuma pengin kita semua bisa kumpul dan makan bareng. Itu aja. Gampang, ‘kan?"


NIKO beranjak ke tempat tidur dan menutup mata dengan gelisah.

CUT TO:

212. EXT. RUMAH NIKI — MALAM

NIKI keluar dengan wajah ceria karena TARA datang. Mereka lalu duduk di teras.


TARA

Kamu seneng banget hari ini?

 

NIKI

Ah, apa? Nggak kok biasa aja.


TARA

(nada dingin dan ketus)

Kamu masih sering pergi sama Niko?


NIKI terkejut.

TARA (CONT’D)

Sepertinya berat banget ya buat kamu lepas dari Niko. Dia masih suka ngikutin kamu. Kamu juga fine-fine aja pergi sama dia. Bukannya kamu harus jaga perasaan orang? Aku misalnya.

 

NIKI

(bingung)

Ta-Tara … apa maksudmu?

 

TARA

(tertawa sinis)

Rupanya aku nggak ada apa-apanya sama anak itu.

 

NIKI

(semakin bingung)

Tara, aku nggak ngerti kamu ngomong apa. Yang jelas kalau ngomong.

 

TARA

(suara pelan tapi tegas)

Kita putus aja.

 

NIKI sangat terkejut. Matanya berkaca-kaca dan wajahnya merah.

 

TARA (CONT’D)

Aku nggak mau dinomorduakan, Nik. Kamu mungkin bakal bilang aku egois. Ya. Aku egois dengan milikku. Kamu pacarku, tapi rasanya nggak begitu. Jadi, mending kita putus aja.

 

NIKI tidak bisa berkata apa-apa lagi sampai TARA pergi meninggalkan rumah.

CUT TO:

213. INT. KAMAR NIKI — MALAM

Kamar itu gelap. Cahaya hanya berasal dari jendela luar. Duduk di tempat tidur, NIKI menangis keras dengan wajah tertutup bantal. Bahunya berguncang.

JUMP CUT TO:

Beberapa waktu kemudian, NIKI tertidur karena lelah menangis.

FADE OUT TO:

214. INT. DAPUR NIKI — SIANG

NIKI sedang membersihkan dapur ketika IAN datang.

 

IAN

Tumben, Nik?

 

NIKI tidak menjawab, tapi tetap menyapu lantai.

 

IAN (CONT’D)

Liburan gini, kamu nggak pergi sama teme-temenmu? Pacarmu?

 

NIKI menggeleng. IAN pun berlalu karena harus tetap bekerja.

CUT TO:

215. INT. RUANG TAMU NIKI — SIANG

NIKI membaca webtun di ponsel. Setelah bosan, dia membuka grup WA yang sepi. Percakapan terakhir adalah setelah ujian. Sepertinya teman-temannya sedang liburan.

Teringat ucapan IAN mengenai TARA, tiba-tiba tangis NIKI pecah.

JUMP CUT TO:


Satu jam kemudian, NIKI menghapus air matanya. Sambil terisak, NIKI mengirim pesan pada NIKO.

 

INSERT: layar pesan NIKI dan NIKO.

NIKI

Kamu di mana? Kamu bisa ke sini?

 

Beberapa menit tanpa jawaban, NIKI mengirim lagi.

 

NIKI

Sesempatmu aja. Kalau nggak bisa, telepon atau chat aku.

 

Masih tidak ada jawaban.

NIKI

Aku tunggu.


Tidak ada jawaban, dan pesan-pesan itu belum terbaca.

 

NIKI

Tengah malem pun nggak apa-apa.


NIKI meletakkan ponsel dengan gelisah. NIKO belum membaca pesan-pesan itu.

CUT TO:

216. INT. KAMAR NIKI — MALAM

NIKI buru-buru mengambil ponsel yang berdering nyaring di meja belajar. NIKI tampak bersemangat, tapi langsung berubah kecewa.


NIKI

(menggerutu)

Apa sih, spam malem-malem?

 

NIKI membuka lagi layar percakapannya dengan NIKO. Pesan itu masih belum terbaca.


NIKI (CONT’D)

Ke mana sih anak ini? Pas aku mau ketemu, dia nggak muncul. Pas nggak diminta, eh malah nongol.

FADE OUT TO:

217. EXT. RUANG TAMU RUMAH NIKI — SIANG

NIKI duduk sambil membaca komik. Sesekali ia melihat ponsel di meja. Sudah beberapa hari berlalu dan NIKO sama sekali tidak membaca pesannya. Teman-teman yang lain memberi kabar mereka berada di luar kota. NIKI benar-benar merasa sendirian.


NIKI (VO)

(cemberut)

Mau liburan sendiri juga nggak enak.

 

MONTAGE:

  1. NIKI mencoba mengirim pesan lagi pada NIKO. Tidak ada balasan.
  2. NIKI menelepon NIKO dan hanya nada sambung yang terdengar hingga suara operator berbunyi.
  3. NIKI meletakkan ponsel dengan kesal lalu membaca komik lagi.

MONTAGE END.

FADE OUT TO:

218. INT. RESTORAN — MALAM

24 Desember 2022.

NIKI, ANGGI, DIAN, VERA, dan RAVEN berkumpul di satu meja panjang. Makanan dan minuman sudah tersaji di atas meja, termasuk kue ulang tahun dengan lilin angka 18. Semua mengucapkan selamat ulang tahun bergantian.


NIKI

(terharu)

Makasih, ya, kalian mau dateng lagi hari ini.

 

ANGGI

Eits, hari bahagia nggak boleh nangis!

 

DIAN

Iya, Nik. Biasanya yang ultah itu yang paling happy.

 

RAVEN

(menatap VERA)

Omong-omong, Niko nggak dateng, Ver?

 

Semua mata tertuju pada VERA, termasuk NIKI. VERA jadi gugup.

 

VERA

(terbata-bata)

Oh, anu, itu … kayaknya dia nggak bisa dateng deh. Ta-tadi bilangnya sih, mau nyusul karena ada urusan. Tapi, sampai sekarang dia belum ngabarin.

 

NIKI

(kesal)

Urusan apa sih dia? Padahal pacarnya di sini. Udah berhari-hari juga chat-ku nggak dibalas. Dibaca pun enggak. Kenapa dia?

 

VERA masih menampakkan kegugupannya walau sambil tersenyum.

JUMP CUT TO:

Makanan dan minuman di meja sudah mulai berkurang. Semua tampak menikmatinya. Namun, VERA berkali-kali melihat ponsel dan gelisah. NIKI dan lainnya memperhatikan.


DIAN

Kenapa, Ver? Liatin hape terus dari tadi?

 

ANGGI

Gimana? Ada kabar dari Niko nggak? Buruan suruh ke sini, mumpung makanannya masih ada.


NIKI

Iya, daripada nanti dia ngomel karena …

 

VERA

(mengangkat telepon dan berteriak)

Kamu di mana?! Kamu … (beat). Oke.

 

VERA menatap NIKI dengan perasaan bersalah dan menyesal.

 

VERA (CONT’D)

Nik, sori. Aku mesti pulang dulu. Kalian lanjutin sendiri, ya. Sori, Nik.

 

VERA menepuk bahu NIKI, mengambil tas, mengangguk pada yang lain, lalu pergi dengan ponsel di telinga.

 

VERA

Kamu di mana? Kamu udah janji! Kamu …

CUT TO:







Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar