Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tomatouch
Suka
Favorit
Bagikan
14. BAG. 14 - INTERAKSI (scene#84-92)

84. EXT. LOBI APARTEMEN NIKO — SABTU SIANG

NIKI berdiri di tengah lobi dengan membawa tas berisi sekotak kue di tangan. Ia menatap sekeliling lalu layar ponselnya.


NIKI (VO)

Ada nggak, ya? Chat-ku nggak dibales dari kemarin. Telepon juga nggak diangkat.


NIKI berjalan menuju lift.

CUT TO:

85. INT. LIFT — SIANG

NIKI berdiri di antara dua orang lain. Masing-masing dari mereka menempelkan kartu pada sisi pintu lift dan menekan tombol angka lantai tujuan. NIKI bingung dan gelisah karena tidak punya kartu.


SFX: suara operator lift yang akan menutup pintu.

 

WANITA#1 (OS)

(berseru)

Tunggu!


WANITA#1 buru-buru masuk.

 

WANITA#1 (CONT'D)

(mengangguk)

Terima kasih sudah menunggu.

 

WANITA#1 menempelkan kartu dan menekan tombol angka 20. NIKI lega melihatnya.

CUT TO:

86. INT. DEPAN PINTU APARTEMEN NIKO — SIANG

NIKI menatap pintu apartemen yang tertutup. Ia mengambil napas panjang. Tangannya terangkat hendak menekan bel.


NIKI (VO)

(ragu)

Bakal aneh nggak sih, aku tiba-tiba ke sini?

 

NIKI menurunkan tangan dan meletakkan tas di lantai.

CUT TO:

87. INT. APARTEMEN NIKO — SIANG

NIKO sedang bertengkar dengan PAPA NIKO. TRISHA berdiri di pojok ruangan dengan dua tangan menutup mulut. Wajahnya cemas.


NIKO

(berteriak marah dan menunjuk TRISHA)

Selama dia masih di sini, aku nggak mau sekolah! Papa nggak bisa ngelarang aku!

 

PAPA NIKO

(suara besar dan tegas)

Niko! Sekarang dia mamamu! Kamu harus hormati dia!

 

NIKO

(mendengus dan tertawa sinis)

Mama? Mamaku udah meninggal! Dan itu gara-gara dia! Perempuan sialan!

 

SFX: suara tamparan keras dan jeritan TRISHA.


PAPA NIKO

(membentak)

Jaga mulutmu!

 

NIKO

(berteriak, mata dan wajah merah karena marah))

Papa yang mestinya jaga mulut dan sikap! Mana janji Papa sama dia? Katanya nggak akan terulang lagi? Mana?! (beat) Sekarang Papa bawa dia ke sini dan berlagak jadi mamaku?!

 

PAPA NIKO hendak memukul lagi, tapi ditahan TRISHA. Napas NIKO memburu menatap dua orang itu.

CUT TO:

88. INT. DEPAN PINTU APARTEMEN NIKO — SIANG

NIKI mengambil lagi tas di lantai dan bersiap menekan bel.


NIKO (VO)

(mengembuskan napas)

Jenguk temen yang sakit itu nggak aneh!

 

Jari NIKI hampir menyentuh bel, ketika pintu tiba-tiba terbuka. Wajah NIKO yang merah muncul di depannya. NIKI dan NIKO terkejut.

CUT TO:

89. EXT. TAMAN DEKAT KOLAM RENANG — SIANG

NIKI dan NIKO berjalan-jalan di taman dekat kolam renang apartemen. Mereka lalu duduk di salah satu bangku yang tersedia di sana. NIKI di ujung sini, NIKO di ujung satunya.

Cuaca cerah tapi tidak begitu panas. Angin semilir berembus. Beberapa orang terlihat berenang dan bermain di sekitar kolam.


NIKO

(menatap NIKI)

Kamu denger semuanya?

 

NIKI

(menelengkan kepala)

Hmm … nggak juga sih. Samar-samar aja denger keributan. Nggak tau deh. Kenapa?

 

NIKO memandang area kolam. Bibirnya tersenyum, tapi seperti mentertawakan diri sendiri.


NIKO

Baguslah. Kamu nggak perlu tau. (beat) By the way, ngapain kamu ke sini?

 

NIKI menggeser tas yang dibawanya ke dekat NIKO.

 

NIKO(CONT’D)

(membuka isi tas)

Apa ini? Kue?

 

NIKI

Lagi ada diskon kemarin.

 

NIKO tertawa melihat kotak chiffon cake blueberry yang pernah mereka perebutkan dulu.


NIKI (CONT’D)

(kesal dan hendak mengambil tas lagi)

Kenapa tertawa? Nggak mau? Sini balikin!

 

NIKO

(meletakkan tas di samping)

Barang yang udah dikasih, masa mau diambil lagi sih?

 

NIKI

(cemberut)

Padahal beneran tinggal satu dan aku relain buat kasih kamu.

 

NIKO

(tertawa)

Thank’s.

 

NIKI

(pelan, tapi masih bisa terdengar)

You’re welcome.

 

 

NIKO

Tapi, serius, beneran nanya. Kamu ngapain ke sini? Pakai bawa-bawa kue segala?

 

NIKI tidak menjawab, melainkan bergerak kikuk menghalau poni dan rambutnya ke belakang.

NIKO membulatkan matanya seperti mengerti sesuatu.

 

NIKO (CONT’D)

(tertawa kecil)

Aaah …. Kamu kuatir sama aku? Atau kangen sama aku? Kan udah kubilang, jangan. Kamu nggak bisa dan nggak boleh kayak gitu, Ki.

 

NIKI

(kesal)

Jangan panggil aku Kiki! Udah dibilangin juga! Terus, siapa yang kuatir? Kangen? Cih!

 

NIKO tertawa. NIKI menatapnya, lalu matanya tertuju pada tangan NIKO yang terlihat sedikit merah. NIKI agak ragu bertanya.

 

NIKI (CONT’D)

(menunjuk tangan NIKO)

Itu … yang dari sekolah beberapa hari lalu?

 

NIKO mengamati telapak tangan dan pergelangan tangannya, lalu menggeleng.


NIKO

Enggak. Bukan.

 

NIKI

(prihatin)

Oh. (beat) Pasti sakit banget, ya?

 

NIKO

(datar)

Nggak perlu kasihan sama aku. Udah biasa. Ada yang lebih sakit dari itu. Cuma gatalnya aja yang nggak tahan.

 

NIKI

(mengalihkan pembicaraan)

Oh, yang tadi itu papa mamamu? Aku baru liat. Mamamu cantik banget kayak model.

 

NIKO

(datar dan dingin)

Bukan mamaku.

 

NIKI terkejut.

NIKI

(merasa bersalah)

Oh … sori ….

 

NIKI dan NIKO sama-sama diam karena canggung sambil mengamati sekitar kolam renang yang ramai. Sesekali tertawa bersama ketika ada kejadian lucu.

Tiba-tiba hujan turun dengan lebat. NIKO dan NIKO langsung berlari ke gedung apartemen.

CUT TO:

90. INT. APARTEMEN DEKAT KOLAM — SIANG

NIKI dan NIKO menatap langit yang mendung dari pintu kaca. Rambut dan pakaian mereka sedikit basah.

 

NIKO

(menoleh pada NIKI)

Kamu nggak apa-apa?

 

NIKI

(mengangguk)

Iya.

 

NIKO

Gila! Ujan turun nggak ngomong-ngomong. Pakai geledek dulu ‘kan bisa, biar orang sempet lari.

 

NIKI

(menatap NIKO dengan panik)

Nik!

 

Tanpa sadar NIKI menepuk-nepuk lengan NIKO.

 

NIKI (CONT’D)

(menjerit)

Kuenya!

 

NIKI hendak berlari ke luar, tapi NIKO menarik kerah baju NIKI.

 

NIKO

(agak membentak)

Kamu ngapain?!

 

NIKI

(menunjuk arah luar)

Itu … kuenya ….

 

NIKO

Biarin aja. Nanti kamu sakit!

 

NIKI merasa sedih karena kue itu ketinggalan dan basah terkena hujan.

 

NIKO (CONT’D)

Udahlah. Ayo.

CUT TO:

91. INT. LIFT — SIANG

NIKO dan NIKI bergerak naik ke lantai 20.

SFX: suara operator lift dan pintu terbuka.

NIKO tertegun melihat PAPA NIKO dan TRISHA yang membawa koper ada di depannya.

CUT TO:

92. INT. LORONG LANTAI 20 — SIANG

NIKO dan NIKI berdiri berhadapan dengan PAPA NIKO dan TRISHA. Suasana tegang membuat NIKI bingung harus bersikap apa. 


TRISHA

(tersenyum, tapi agak sedih)

Niko … Tante pergi sekarang. Kamu kembali sekolah, ya, Nak?

 

NIKO bergeming.

TRISHA (CONT’D)

(menepuk dan mengusap bahu NIKO)

Kamu boleh benci Tante sepuasmu. Tapi, jangan benci papamu. Tante pamit dulu.

 

PAPA NIKO

(melirik NIKI)

Keringkan dulu badan kalian.

 

NIKI mengangguk dan tersenyum kikuk ketika PAPA NIKO dan TRISHA berpamitan padanya, lalu masuk ke lift yang terbuka.

NIKI menatap NIKO yang tampak pucat. NIKO seperti menahan rasa sakit dan gatal yang amat sangat. Setelah pintu lift tertutup, NIKO langsung meringis dan mulai menggaruk.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar