Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tomatouch
Suka
Favorit
Bagikan
27. BAG. 27 - MASALAH (scene#185-193)

185. EXT. TAMAN — SIANG

NIKI duduk diam di bangku taman diapit DIAN dan VERA, sementara NIKO, RAVEN dan ANGGI berdiri di depan mereka.

NIKI tampak sedih. 

DIAN

(mengepalkan tangan karena geram)

Gila mereka berani ngomong gitu!

 

ANGGI

(menghela napas)

Padahal mereka nggak tau kebenarannya.

 

VERA

(menatap NIKI iba)

Ya, biasalah itu. Aku sih nggak apa-apa. Tapi, kayaknya Niki shock nih ….

 

RAVEN

(menggelengkan kepala dan berkacak pinggang)

Kalian aja yang unik, kalau nggak bisa dibilang aneh. Lu juga, Niko.

 

NIKO

(protes)

Kok aku? Salahku apa?

CUT TO:

186. EXT. TROROAR KE RUMAH — SIANG

NIKI berjalan lesu di trotoar. Sesekali menendang kerikil di depannya. NIKI lalu mengambil ponsel dan menelepon.

NIKI

(suara manja)

Tara, kamu ngapain? Jalan yuk. Aku lagi suntuk nih.

 

TARA (OS)

(berbisik)

Aku masih kuliah, Nik.

 

Telepon ditutup, kemudian ponsel itu bergetar.

INSERT: layar ponsel NIKI berisi pesan dari TARA, "Jadwalku full hari ini. Besok gimana?"

 

NIKI tidak membalas pesan itu dan berjalan ke rumah.

INTERCUT TO:

 

Mobil NIKO terparkir di depan salah satu rumah di area itu. NIKI melewatinya tanpa menyadarinya.

Di dalam mobil, NIKO mengamati NIKI yang terus berjalan menjauh dari mobil. Tangan NIKO memegang ponsel yang menyala.

 

INSERT: layar ponsel menampilkan percakapan terakhir dengan PAPA NIKO beberapa detik yang lalu. Balasan NIKO adalah “aku nggak mau.”

 

NIKO terus melihat NIKI yang akhirnya memasuki rumah. NIKO lalu memutar mobil dan pergi.

 

CUT TO:

187. EXT. RUMAH NIKI — MALAM

TARA muncul di depan NIKI dengan membawa sebuket bunga dan martabak manis.

 

NIKI

(terkejut dan terharu)

Tara?! Kok kamu di sini? Kamu bilang ….

 

TARA

(tersenyum)

Aku bilang jadwalku full. Bukan berarti aku nggak bisa ke sini, ‘kan?

 

NIKI memeluk TARA yang balas mengelus rambutnya.

INTERCUT TO:


Tak jauh dari situ, ada mobil NIKO. NIKO mengamati rumah NIKI dan sepasang kekasih yang telah melepas pelukan lalu duduk dan bercanda bersama.

NIKO melirik kursi sampingnya yang terdapat kotak chiffon cake lalu menghela napas.

 FADE OUT TO:

188. INT. KAMAR NIKI — PAGI

Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih, tapi NIKI masih meringkuk di tempat tidur berbalut selimut hingga kepala.

 

SFX: suara ketukan di pintu.

IAN (OS)

Nik? Kamu belum bangun? Udah jam enam lho! Nanti telat!

 

NIKI bergerak sedikit di tempat tidur.

 

IAN (OS)

Nik, aku masuk, ya?

 

IAN masuk dan mendekati tempat tidur. NIKI bergerak sedikit dengan rintihan pelan.


IAN

(membuka selimut)

Nik, kamu …


MONTAGE:

  1. IAN terkejut melihat NIKI seperti merintih kesakitan.
  2. IAN memegang dahi dan leher NIKI yang ternyata panas.
  3. IAN mengambil termometer dan mengukurnya.

MONTAGE END.


IAN (CONT’D)

(melihat angka di termometer)

Kamu demam, Nik. Di rumah aja kalau gitu. Bentar, aku ambilin kompres.

 

NIKI meringkuk dengan mata terpejam. Badannya menggigil. Tak lama, IAN datang membawa baskom air hangat dan handuk kecil, lalu mengompres NIKI.

 

IAN

(terus mengompres)

Kok bisa tiba-tiba demam sih? Biasanya kamu paling jarang sakit dari kecil.

 

NIKI

(membuka mata sedikit dan suara lirih)

Mana kutau …. Sakitnya dateng juga nggak bilang-bilang ….

 

IAN

(tersenyum)

Lagi sakit masih bisa ngomel. Berarti bakal cepet sembuh ini.

 

NIKI cemberut.

IAN (CONT’D)

(tertawa)

Jangan marah-marah dulu. Simpan energimu buat sembuh. Aku siapin makanan dulu, terus kamu makan dan minum obat.

 

NIKI mengangguk.

JUMP CUT TO:

NIKI tidur setelah makan dan minum obat, dan IAN sudah berangkat bekerja.


SFX: ponsel NIKI bergetar di meja.

 

NIKI terbangun dan mengambil ponsel.


INSERT: Jam di ponsel menunjukkan pukul 9, belasan pemberitahuan pesan dan telepon masuk tertera di layar ponsel.

 

NIKI

(bergumam)

Oh, iya, aku lupa belum kabarin mereka.

CUT TO:

189. INT. KANTIN — ISTIRAHAT PAGI

Teman-teman NIKI semua berada di meja yang sama sambil makan dan minum.

 

VERA

(menatap ponselnya)

Eh, eh, gais, ada WA dari Niki. Lagi sakit dia, makanya ga masuk. Baca deh.

 

Yang lain langsung menatap ponsel masing-masing dan hampir membalas bebarengan.

 

VERA (CONT’D)

Nanti kita jenguk sepulang sekolah gimana? Sekalian kasih catatan pelajaran hari ini. Udah deket ujian juga, ‘kan?

 

NIKO

(bersemangat)

Aku ikut!

 

VERA

(berdecak)

Iya, iya, ih!

 

RAVEN

Sori, aku nggak bisa. Titip salam aja, ya.

 

VERA

(menatap yang lain)

Yang lain bisa, ‘kan? Ketemu di gerbang aja, ya.

CUT TO:

190. EXT. GERBANG SEKOLAH — SIANG

VERA, ANGGI, DIAN sedang menunggu NIKO mengambil mobil.

 

ANGGI

Eh, nanti mampir sebentar beli makanan buat Niki. Dia ‘kan suka makan. Pasti lebih cepet sembuh kalau banyak makan.

 

DIAN

Iya bener. Nanti mampir di toko dulu. (beat) Niko masih lama, ya, Ver?

 

VERA

(mengeluarkan ponsel)

Bentar aku telepon dulu.


Tak lama, VERA menutup panggilannya. 

VERA (CONT'D)

(menggeleng)

Nada sibuk.

CUT TO:

191. EXT. TEMPAT PARKIR — SIANG

NIKO hendak masuk ke mobil, tapi ponselnya bergetar.


INSERT: nama PAPA NIKO ada di layar.


NIKO enggan mengangkat, tapi akhirnya NIKO menjawab dan wajahnya berubah tegang.

 

NIKO

(nada datar)

Sekarang?

CUT TO:

192. EXT. GERBANG SEKOLAH — SIANG

Mobil NIKO berhenti di depan VERA, ANGGI, DIAN yang sudah menunggu. Jendela mobil terbuka, kepala NIKO melongok dari sana dengan wajah menyesal.


NIKO

Sori … aku nggak bisa ikutan jenguk. Ada urusan mendadak. Kalian pergi sendiri nggak apa-apa?

 

VERA

Oh. Ya, mau gimana lagi. Tapi, kamu bisa nyusul nanti?

 

NIKO

Nggak tau. Liat nanti aja.

 

VERA

Ya, udah deh. Kita naik taksi aja. Nggak apa-apa, ‘kan, gais?

 

ANGGI dan DIAN kompak mengangguk.

 

NIKO

Sori banget, ya.

NIKO pun pergi.

VERA

(membuka aplikasi ponsel)

Kita pesan online aja, ya.

CUT TO:

193. INT. APARTEMEN NIKO — SIANG

NIKO berdiri diam menatap PAPA NIKO dan TRISHA. Wajahnya tegang menahan marah, tangannya mencengkeram tas ranselnya dengan kuat.

 

PAPA NIKO

Niko, Papa tahu ini mendadak. Tapi, semua sudah diatur. Kamu hanya tinggal mengikutinya saja.

 

NIKO melempar tasnya ke samping.

 

NIKO

(geram)

Kenapa dari dulu Papa selalu bersikap seenaknya? Kenapa Papa nggak minta pendapatku dulu? Apa pendapatku sama sekali nggak penting? Oh, ya, aku lupa, kalau Papa lebih mementingkan wanita sialan itu daripada anak sendiri. Bahkan sampai Mama sekarat pun, Papa masih berhubungan sama dia.

 

PAPA NIKO terkejut. TRISHA terlihat sedih di tempat duduknya.

 

NIKO (CONT’D)

Nggak usah pura-pura terkejut dan sedih. Kalian semua munafik. Kalau kalian punya perasaan sedikit aja, nggak mungkin semua ini terjadi. Pokoknya aku nggak mau. Jangan paksa aku.

 

NIKO berjalan cepat ke kamarnya, tapi TRISHA tiba-tiba berlutut di depannya. Dua tangan ditangkupkan di depan dada seperti memohon.


TRISHA

(menangis)

Niko … maafin, Tante. Tante memang nggak tahu diri memohon seperti ini …. Tapi, Tante mohon … kali ini dengarkan papamu …. Karena ini juga pesan dari Mbak Dea ….

 

NIKO terkejut.

CUT TO:





Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar