Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tomatouch
Suka
Favorit
Bagikan
11. BAG. 11 - BAIKAN (scene#63-67)

63. INT. APARTEMEN NIKO — SORE

NIKI takjub melihat apartemen NIKO yang luas dan rapi. Ia berkeliling dengan kagum, sementara NIKO ke arah kulkas.

 

NIKI

(masih berkeliling dan menyentuh beberapa benda)

Kamu beneran tinggal di sini? Nggak nipu, ‘kan? Jangan-jangan kamu minjem punya orang.

 

NIKO

(tertawa)

Punya papaku.

 

NIKO mengambil sekotak kue dari kulkas dan memotongnya di meja.

 

NIKI

Ya sama aja lah. Punyamu juga.

 

NIKO

(meletakkan kue di piring)

Terserah kamu lah. Yang pasti bukan aku yang beli. Aku mah numpang doang.

 

NIKI menyadari tidak ada foto keluarga di ruangan itu. Hanya ada beberapa lukisan pemandangan.


NIKI

Kok nggak ada foto sama sekali di sini? Mana mama papamu? Kerja?

 

NIKO

(menatap dinding yang kosong tanpa foto keluarga)

Ngapain pajang foto segala kalau jarang ditempatin? Paling bentar lagi juga pindah.

 

NIKI

(heran lalu menatap NIKO)

Hah?

 

NIKO

(berdecak lalu menunjuk meja)

Nih, buat kamu.

 

NIKI menatap curiga pada NIKO.

 

NIKI

Apaan? Kamu mau ngeracunin aku? Kok tiba-tiba kasih sesuatu?

 

NIKO

(menunjuk meja)

Kesukaanmu, ‘kan?

 

NIKI mendekat ke meja dan melihat sepotong besar chiffon cake blueberry. Lalu menatap NIKO dan kue bergantian.

 

NIKI

(bingung)

Lho …? Kok … kamu tau …?

 

NIKO hanya tersenyum saja. NIKI langsung menutup mulut dan membelalakkan mata.

 

NIKI (CONT’D)

(terkejut)

Kamu stalker? Kamu nguntit aku selama ini?

 

NIKO

(mendengus)

Sialan. Malah dikira stalker. Ck!

 

NIKI

(nada menantang)

Terus apa namanya, kok kamu sampai tau kue kesukaanku?! Apa jangan-jangan kamu udah nelen ludah sendiri?! Kamu bilang nggak bakal suka sama cewek kayak aku!

 

NIKO

(berdecih)

Siapa yang suka? Dih! GR!

 

NIKI

Terus?

 

NIKO

(menghela napas)

Kamu nggak amnesia, ‘kan? Masa nggak ngenalin aku? Padahal cuma beda rambut doang.

 

NIKI

(dahi berkerut)

Emang kita pernah ketemu?

 

NIKO

Supermarket. Diskon kue ini. Terus di parkiran.

 

NIKI mengejapkan mata dan mengamati wajah NIKO dengan jarak dekat. NIKO berkeringat dingin dan langsung mundur.

 

NIKI

(mata membulat, telunjuk mengarah ke NIKO)

Jadi … kamu ….

 

NIKO

(mengangguk)

Yup. That’s me.

 

NIKI masih berusaha mencari persamaan NIKO yang dulu dan sekarang. Ingatannya kembali ke masa itu. Penampilan NIKO sangat jauh berbeda.

 

NIKI

(sedikit menjerit)

Kok beda?!

 

CUT TO:

64. INT. MOBIL NIKO DI JALAN RAYA — MALAM

NIKI berkali-kali menatap NIKO dengan dahi berkerut, karena masih belum percaya.


NIKI

(menggelengkan kepala)

Gila! Bener-bener gila! Kok bisa gitu?

 

NIKO

(sambil mengemudi)

Kamu aja yang gila. Aku masih waras.

 

NIKI

(mengamati NIKO sambil berpikir)

Eh, kamu kok udah bawa mobil sih? Masih kelas satu juga. Emangnya udah punya SIM?

 

NIKO

(tertawa kecil)

Kan aku udah bilang, aku lahir duluan.

 

NIKI

Iya, tapi ….


SFX: ponsel NIKI bergetar.

INSERT: nama IAN ada di layar ponsel NIKI.

 

NIKI

(panik dan spontan memukul bahu NIKO)

Gawat! Aku lupa bilang kalau belum pulang! Bisa ngamuk dia!

 

NIKO terkejut dengan pukulan itu dan menggaruk bahunya yang tiba-tiba terasa gatal.

 

NIKI

(mendesis marah dan memukul lagi)

Cepetan! Ngebut!

 

NIKO paham dan menaikkan kecepatan, sementara NIKI berdeham sebelum mengangkat telepon IAN.


NIKI (CONT’D)

(berusaha tenang)

Halo?

INTERCUT TO:


IAN berdiri di depan pintu rumah dengan satu tangan di pinggang, satu lagi memegang ponsel di telinga.

 

IAN

(berteriak)

Niki! Kamu di mana?! Kenapa belum pulang?!

INTERCUT TO:

 

NIKI menjauhkan ponsel dari telinga dan mengernyit. NIKO menatapnya heran.


NIKI

(berbisik dan menutup bagian bawah ponselnya)

Kakakku! Ssst! Kamu diem aja!

 

NIKO mengangguk lalu fokus ke jalan.

 

NIKI

(tertawa palsu)

Hahaha! Iya, ya, aku lupa bilang kalau pulang telat hari ini. Aku lagi pergi sama temen. Ini udah jalan pulang kok.


IAN (OS)

(masih berteriak)

Kenapa nggak kasih kabar?! Kaget tau, pulang ke rumah masih gelap! Kukira kamu diculik alien atau apalah!


NIKI

(tertawa)

Alien? Mana ada? Kak Ian ngaco! Dah lah, ini udah deket.

 

Telepon ditutup.

NIKO

(menatap NIKI)

Kamu punya kakak?

 

NIKI

(mengangguk lalu menunjuk jalan)

Iya. Eh, itu belok di situ. (beat) Stop, stop, aku turun sini aja. Udah deket kalau jalan.

 

NIKO

(bingung)

Lho, nggak apa-apa nih? Kuanter sampai depan rumah aja.

 

NIKI

Nggak usah! Ntar kakakku bawel nanya-nanya. Udah, di sini aja.

CUT TO:

65. EXT. TROTOAR PERUMAHAN — MALAM

NIKO menepikan mobil. NIKI turun.

NIKI

(sedikit membungkuk di depan jendela)

Thank’s udah dianterin.

 

NIKO

(tersenyum)

You’re welcome … Kiki.

 

NIKI mendelik dan hendak memprotes, tapi urung. Akhirnya NIKI berbalik dan berlari.

 

NIKO (CONT’D)

(berteriak)

See you tomorrow, Kiki!

 

NIKO tertawa ketika NIKI menoleh ke arahnya sambil mengacungkan tinju ke udara. Sambil tersenyum, NIKO memutar mobil.

 

CUT TO:

 66. EXT. TERAS RUMAH NIKI — MALAM

MONTAGE:

  1. IAN sedang menelepon.
  2. IAN melihat NIKI datang.
  3. IAN berbicara sebentar di telepon lalu menyodorkan ponsel pada NIKI.

MONTAGE END. 

NIKI

(berbisik heran)

Siapa?

 

IAN tidak menjawab dan mengacungkan ponsel agar NIKI menerimanya.

 

NIKI (CONT’D)

(masih berbisik, mata membulat, agak panik)

Mama? Kak Ian telepon Mama?

 

IAN mengangguk. NIKI bingung, tapi menerima telepon itu sambil berjalan masuk ke rumah.

 

NIKI (CONT’D)

(bersandiwara)

Halo, Mama! Apa kabar? Niki kangen lho sama Mama! Kak Ian? Huh! Dia lebay ah!

 

IAN ikut masuk.

CUT TO:

67. INT. RUANG MAKAN RUMAH NIKI — MALAM

NIKI masih bicara di telepon sambil mengambil air minum dan meminumnya. IAN menyusul.


NIKI

(meletakkan gelas kosong di meja)

Mama percaya sama Niki dong! Iya, iya. Udah, ya, Ma. Bye!

 

NIKI menyerahkan ponsel pada IAN sambil melotot tidak senang.

 

IAN

(menerima ponsel dan cemberut)

Udah? Kok Mama nggak marahin kamu? Aku mulu yang disalahin.

 

NIKI

(mencibir)

Suruh siapa ngadu? Kalau Kak Ian nggak ngadu ‘kan nggak bakal dimarahin.

 

IAN

(ingin memukul)

Ish! Anak ini! Bandel amat dah!

 

NIKI pergi. IAN menggaruk kepalanya karena kesal dengan kelakuan adiknya.

FADE IN TO:




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar