91. INT. DALAM RUMAH LEWIS
Lewis sedang merencanakan sesuatu.
LEWIS
Yud, habis ini lo bantuin gue bikin pengumuman. gue mau buat kompetisi tinju.
YUDA
Hah!(Terkejut)... Bentar-bentar. Ada apa nih, kok tiba-tiba?
LEWIS
Gue belum puas sebelum tanding lawan si Deni.
YUDA
Apa nggak sebaiknya lo pikirin dulu bro? Masalahnya lo bakal buat sebuah kompetisi lo ini, udah pasti bakal banyak biayanya.
LEWIS
Kalo soal biaya nggak ada masalah, udah gue pikirin ini dari jauh-jauh hari.
YUDA
Yaa, okelah kalo emang lo bener mau bikin nih kompetisi. Nanti gue bantu buatin pengumuman.
LEWIS
Kelas masih lama?
TONI
Masih, tiga jam lagi.
YUDA
Tumben amat semangat pingin kuliah.
LEWIS
Gue bukan semangat buat kuliah, gue cuma pingin ketemu sama Hana.
YUDA
Ooh pantesan.
LEWIS
Gue mandi dulu. Kalian kalau mau makan, ambil aja di belakang.
YUDA
Oke oke.
CUT TO
92. INT. DALAM KAFE
Deni dan Hana masih berbincang.
Mereka duduk di bangku pembeli.
HANA
Deni, nanti gue mau bantuin lo kerja boleh?
DENI
Eh jangan. Lo kan baru sembuh.
HANA
Oh iya, gue mau cerita ke lo.
DENI
Cerita apa?
HANA
Soal gue masuk rumah sakit kemarin. Sebenernya tuh ya, gue kemarin pingsan bukan karena kelelahan sama aktivitas gue.
DENI
Terus?
HANA
Gue pingsan karena pikiran gue. Bayangin aja cobak, setiap kali orangtua gue pulang kerja, selalu aja berantem.
DENI
Masalah apaan emang sampai tiap hari gitu?
HANA
Ya nggak tau. Padahal paginya mereka baik-baik aja, tapi setiap pulang kerja selalu ada aja masalah yang muncul diantara mereka.
Deni mulai merasa kasihan dengan Hana.
HANA
Mungkin kebanyakan orang, lihat gue hidupnya bahagia karena keluarga gue kaya, tapi kenyataannya nggak gitu.
Deni terus mendengarkan curahan hati Hana.
HANA
Selama ini gue kuat-kuatin denger mereka berantem, akhirnya kemarin pikiran gue udah nggak kuat.
DENI
Saran dari gue sih, coba lo ngobrol sama orangtua lo. Sebenernya ada masalah apa sampai berantem tiap hari gitu. Siapa tau mereka cerita.
HANA
Udah, gue udah coba tanya. Tapi mereka cuma bilang nggak ada apa-apa, cuma masalah kecil katanya.
DENI
Susah juga kalo gitu.
HANA
Yaa gitulah kehidupan gue.
Riki memanggil Deni.
RIKI
Den!
CUT TO
DENI
Apa?
CUT TO
RIKI
Bantuin, udah rame ini kafenya.
CUT TO
DENI
Ok ok, bentar. Hana, gue lanjut kerja dulu. Tunggu sini bentar.
HANA
Iya.
Deni langsung membantu Riki melayani pembeli.
Semenrara Hana harus sendiri lagi.
Deni kemudian melihat kearah Hana.
Tampak Hana sangat bosan.
Deni kembali menghampiri Hana.
DENI
Hei, mau bantu?
HANA
Mau!(Semangat). Boleh emangnya?
DENI
Boleh, ayo.
Hana sangat bersemangat.
Senyum bahagia terlihat jelas di wajah Hana saat ini.
CUT TO
Deni mengajari Hana untuk melayani pembeli.
Deni kemudian menatap wajah Hana tanpa disadari.
Lagi-lagi dia terpesona melihat wajah cantik Hana.
Tak lama kemudian dia tersadar.
DENI
Astaga... Fokus fokus!
CUT TO
Riki melihat Deni dan Hana seperti sepasang kekasih.
RIKI
Emang jodoh kayaknya mereka ini.
JUMP CUT TO
Setelah beberapa menit, Hana dan Deni selesai melayani pembeli.
Mereka kembali duduk.
HANA
Ternyata, jadi barista gampang ya.
DENI
Gimana nggak gampang, orang lo cuma lihat doang.
HANA
Itu namanya mempelajari, nggak paham sih lo.
DENI
Yaudah, minum dulu biar nggak capek.
Hana minum.
DENI
Sekarang lo duduk aja disini, gue mau lanjut kerja. Bentar lagi gue anterin ke kampus.
HANA
Oke. Semangat Deni.
Deni menjadi semakin semangat.
Dia kemudian lanjut bekerja.