Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DREAMS AND LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
17. Scene 17

91. INT. DALAM RUMAH LEWIS 

Lewis sedang merencanakan sesuatu.


LEWIS

Yud, habis ini lo bantuin gue bikin pengumuman. gue mau buat kompetisi tinju.


YUDA

Hah!(Terkejut)... Bentar-bentar. Ada apa nih, kok tiba-tiba?


LEWIS

Gue belum puas sebelum tanding lawan si Deni.


YUDA

Apa nggak sebaiknya lo pikirin dulu bro? Masalahnya lo bakal buat sebuah kompetisi lo ini, udah pasti bakal banyak biayanya.


LEWIS

Kalo soal biaya nggak ada masalah, udah gue pikirin ini dari jauh-jauh hari.


YUDA

Yaa, okelah kalo emang lo bener mau bikin nih kompetisi. Nanti gue bantu buatin pengumuman.


LEWIS

Kelas masih lama?


TONI

Masih, tiga jam lagi.


YUDA

Tumben amat semangat pingin kuliah.


LEWIS

Gue bukan semangat buat kuliah, gue cuma pingin ketemu sama Hana.


YUDA

Ooh pantesan.


LEWIS

Gue mandi dulu. Kalian kalau mau makan, ambil aja di belakang.


YUDA

Oke oke.


CUT TO 

92. INT. DALAM KAFE 

Deni dan Hana masih berbincang.

Mereka duduk di bangku pembeli.


HANA

Deni, nanti gue mau bantuin lo kerja boleh?


DENI

Eh jangan. Lo kan baru sembuh.


HANA

Oh iya, gue mau cerita ke lo.


DENI

Cerita apa?


HANA

Soal gue masuk rumah sakit kemarin. Sebenernya tuh ya, gue kemarin pingsan bukan karena kelelahan sama aktivitas gue.


DENI

Terus?


HANA

Gue pingsan karena pikiran gue. Bayangin aja cobak, setiap kali orangtua gue pulang kerja, selalu aja berantem.


DENI

Masalah apaan emang sampai tiap hari gitu?


HANA

Ya nggak tau. Padahal paginya mereka baik-baik aja, tapi setiap pulang kerja selalu ada aja masalah yang muncul diantara mereka.


Deni mulai merasa kasihan dengan Hana.


HANA

Mungkin kebanyakan orang, lihat gue hidupnya bahagia karena keluarga gue kaya, tapi kenyataannya nggak gitu.


Deni terus mendengarkan curahan hati Hana.


HANA

Selama ini gue kuat-kuatin denger mereka berantem, akhirnya kemarin pikiran gue udah nggak kuat.


DENI

Saran dari gue sih, coba lo ngobrol sama orangtua lo. Sebenernya ada masalah apa sampai berantem tiap hari gitu. Siapa tau mereka cerita.


HANA

Udah, gue udah coba tanya. Tapi mereka cuma bilang nggak ada apa-apa, cuma masalah kecil katanya.


DENI

Susah juga kalo gitu.


HANA

Yaa gitulah kehidupan gue.


Riki memanggil Deni.


RIKI

Den!


CUT TO


DENI

Apa?


CUT TO


RIKI

Bantuin, udah rame ini kafenya.


CUT TO


DENI

Ok ok, bentar. Hana, gue lanjut kerja dulu. Tunggu sini bentar.


HANA

Iya.


Deni langsung membantu Riki melayani pembeli.

Semenrara Hana harus sendiri lagi.

Deni kemudian melihat kearah Hana.

Tampak Hana sangat bosan.

Deni kembali menghampiri Hana.


DENI

Hei, mau bantu?


HANA

Mau!(Semangat). Boleh emangnya?


DENI

Boleh, ayo.


Hana sangat bersemangat.

Senyum bahagia terlihat jelas di wajah Hana saat ini.

CUT TO

Deni mengajari Hana untuk melayani pembeli.

Deni kemudian menatap wajah Hana tanpa disadari.

Lagi-lagi dia terpesona melihat wajah cantik Hana.

Tak lama kemudian dia tersadar.


DENI

Astaga... Fokus fokus!


CUT TO

Riki melihat Deni dan Hana seperti sepasang kekasih.


RIKI

Emang jodoh kayaknya mereka ini.


JUMP CUT TO

Setelah beberapa menit, Hana dan Deni selesai melayani pembeli.

Mereka kembali duduk.


HANA

Ternyata, jadi barista gampang ya.


DENI

Gimana nggak gampang, orang lo cuma lihat doang.


HANA

Itu namanya mempelajari, nggak paham sih lo.


DENI

Yaudah, minum dulu biar nggak capek.


Hana minum.


DENI

Sekarang lo duduk aja disini, gue mau lanjut kerja. Bentar lagi gue anterin ke kampus.


HANA

Oke. Semangat Deni.


Deni menjadi semakin semangat.

Dia kemudian lanjut bekerja.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar