Cuplikan Chapter ini
“Tertawalah sepuas hatimu,” susul Andel sewot. Hanya bisa mengalah, tidak sanggup jika harus melarang gelak itu muncul. “Maaf, maaf,” kata Soa di penghujung tawanya. Merasa sudah puas tergelak, tiba-tiba saja sebuah ide menarik terlintas di dalam kepalanya. “Eh, itu berarti ... aku bisa mengajakmu makan es krim, bukan?” “Es krim?” “Ayolah ...” dengan penuh semangat Soa langsung menarik tangan Andel dan membawa ia berjalan ke sebuah kafe yang tak jauh dari