DISSOLVE TO
2 TAHUN KEMUDIAN
130. INT. RUANGAN DOKTER DI RUMAH SAKIT SINGAPURA — PAGI
Establish Shot. Rumah sakit Singapura. Suasana pagi. Arkana dan Clara duduk di depan kursi dokter. Yaya, Lily, Farizal, dan Ardinata, berdiri di samping Arkana dan Clara.
DOKTER (VOICE AND SUBJEK)
Alhamdulillah, Arkana sister was declared fully recovered. All cancer cells die. It's really a miracle, leukemia sufferers who rarely recover, but Arkana managed to recover.
FARIZAL
Alhamdulillah. Makasih, ya Allah.
LILY
Ar, lo sembuh, Ar.
ADELLIA
Kakak sembuh? Alhamdulillah, makasih ya Allah.
CLARA
Pa, anak kita sembuh pa.
ARDINATA
Iya, ma.
Lily, Clara dan Yaya memeluk Arkana.
ARKANA
Ya Allah, terimakasih.
Dokter tersenyum.
ARDINATA
Thank you doctor, for taking part in my child's treatment, thank you doctor for doing the best for my daughter.
DOKTER
Yes you're welcome.
ARDINATA
Excuse us, dokter.
DOKTER
Yes.
Arkana, Lily, Yaya, Farizal, Ardinata, dan Clara keluar dari ruangan dokter.
131. INT. RUMAH SAKIT SINGAPURA — PAGI
Lily merangkul Arkana.
LILY (VOICE AND SUBJEK)
Congrast bestie. Bener kan apa kata gue, lo pasti sembuh.
ARKANA
Iya, makasih ya dokter Lily. Congrast juga nih buat Bu dokter satu ini. Udah jadi dokter, terus udah jadian kan sama Fariz?
Lily dan Farizal tertawa.
FARIZAL
Bukan jadian lagi sih. Lagi mempersiapkan tunangan lebih tepatnya.
ARKANA
Asik.. Bu dokter dan pak pengusaha mau tunangan.
LILY
Pak pengusaha. Istilah dari mana dah itu?
ARKANA
Dari gue barusan.
LILY
Astaghfirullah. Gak salah sih, tapi ya udah lah ya.
ARDINATA
Anak papa udah sembuh. Mau di beliin apa nih untuk syukurlah kesembuhan kamu?
Arkana tersenyum.
ARKANA
Gak perlu, pa. Papa udah mau jadi papa Arkana aja udah lebih dari cukup untuk Arkana.
CLARA
Pasti dong, sayang. Mama sama papa ini sekarang orang tua kamu, jadi apapun itu bakal kami lakukan untuk anak-anak kami. Kamu dan Yaya.
ARKANA
Iya, ma.
CLARA
Pa, langsung pesen tiket pulang ke Indonesia dong, bosen mama di sini. Kangen nasi Padang.
Ardinata tertawa.
ARDINATA
Kangen nasi Padang coba. Emang agak laen mama kalian ini, Ar, Ya.
CLARA
Yee, nasi Padang enak kok. Bener kan anak-anak?
ARKANA, ADELLIA, LILY, FARIZAL
Bener.
CLARA
Tuhkan.. hidup nasi Padang.
ADELLIA
Hidup!
ARDINATA
Jadi mau pulang sekarang nih?
LILY
Iya, om. Soalnya orang tua aku juga udah suruh aku pulang. Kan selama Arkana di rawat di sini aku jarang pulang, paling pulang urusan kuliah, pas masih kuliah.
ARDINATA
Iya, deh. Kita ke bandara sekarang.
Mereka semua keluar dari rumah sakit menuju bandara.
132. EXT. RUMAH GREYDAKSA — PAGI
Gibran melempar batu ke rumah Grey. Hendra keluar dari rumah.
GIBRAN (VOICE AND SUBJEK)
Haha.. keluar juga akhirnya lo, pembunuh!
HENDRA
Kamu siapa? Saya gak kenal kamu.
GIBRAN
Memang kamu tidak mengenal saya. Tapi pasti kamu tau, bapak Daniel.
Hendra diam. Gibran tertawa.
GIBRAN
Kenapa diam? Inget kan siapa Daniel? Ya! Dia laki-laki yang anda penjarakan, dia laki-laki yang anda kambing hitamkan atas perbuatan yang anda buat sendiri!
Hendra menoleh di dalam rumah.
GIBRAN
Kenapa noleh-noleh ke dalam? Takut anak anda mendengar semuanya. Iya!?
HENDRA
Anda mau berapa!? Saya akan bayar semuanya, tapi tolong tutup mulut anda.
Gibran tertawa.
GIBRAN
Saya mau berapa? Anda mau suap saya dengan uang? Setelah anda perlakukan ayah saya seperti itu!? Setelah anda buat ibu saya gila karena ayah saya masuk penjara!? Setelah anda buat ayah saya meninggal di dalam penjara! Dan anda masih bisa bilang untuk selesaikan semuanya pakai uang? Oh no!
HENDRA
Saya tidak peduli! Tutup mulut anda, atau anda mati!
GIBRAN
Kenapa saya harus tutup mulut saya!? Seharusnya seluruh dunia tahu, kalau bapak Hendra Wijaya, pemilih perusahaan PT Wijaya ternyata pembunuh! Dia telah membunuh istinya sendiri!
Grey keluar dari rumah, grey menangis.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Apa!? Ayah yang udah bunuh bunda?
GIBRAN
Oh, kebetulan sekali.
HENDRA
Gak Grey, enggak. Kamu jangan percaya dia, dia bohong!
GIBRAN
Kamu harus percaya saya! Saya orang yang sudah memberi petunjuk ke anda da tahun lalu berupa plat mobil. Tapi anda malah salah ambil asumsi. Yang bunuh nyokap lo itu bokap lo sendiri, Greydaksa! Bukan orang lain!
Grey menangis. Grey menatap Hendra.
GREYDAKSA
Ayah jahat! Kenapa ayah bunuh bunda!? Salah bunda apa!?
HENDRA
Argghh! Karena bunda kamu saya di pisahkan dari orang yang saya cinta. Karena dia jodohkan dengan bunda kamu, saya terpaksa harus berpisah dengan wanita yang paling saya cinta. Dan wanita yang saya cinta memilih bunuh diri karena bunda kamu!
GREYDAKSA
Itu bukan salah bunda! Kalau ayah mau salahkan, silakan salahkan oma dan opa. Mereka yang udah jodohin ayah dan bunda, bukan bunda yang mau!
HENDRA
Tapi tetap saja, bunda kamu penghancur semuanya!
Grey menggeleng.
GREYDAKSA
Mulai detik ini, lo bukan ayah gue lagi. Dan lo, harus mendapat hukuman yang setimpal!
Grey menarik tangan Hendra, Grey mengurung Hendra di dalam ruangan kosong di samping rumahnya.
HENDRA (VOICE AND SUBJEK)
Grey! Lepaskan saya! Anak durhaka kamu!
Di luar ruangan, Grey menelpon polisi.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Selamat pagi pak polisi.
133. INT. KANTOR POLISI — PAGI
Polisi mengangkat telpon.
POLISI
Selamat pagi, ada yang bisa di bantu?
INTERCUT — PERCAKAPAN TELEPON
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Tolong datang ke alamat yang saya kirim pak, di sini ada pembunuh. Pembunuh yang telah membunuh bunda saya.
POLISI
Baik, kami meluncur sekarang.
Grey mematikan telponnya.
134. EXT. RUMAH GREYDAKSA — PAGI
Lima menit kemudian polisi datang. Grey membuka pintu ruangan tempat Hendra di kurung.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Dia orangnya, pak. Tangkap dia, hukum seberat-beratnya, kalau perlu hukuman mati!
Polisi memborgol tangan Hendra. Hendra memberontak.
HENDRA
Anak durhaka kamu!
Polisi memasukkan Hendra ke dalam mobil. Polisi membawa Hendra ke kantor polisi.