54. EXT. PINGGIR DANAU — SORE
Grey berdiri di pinggir danau. Grey melempar batu ke tengah danau.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
AGGHHH! Kenapa gue bisa kelepasan sih? Kenapa gue malah nyakitin Arkana?
Grey duduk di rerumputan, dengan lutut yang menumpu. Grey menangis.
GREYDAKSA (VOICE OVER)
Maaf, Arkana. Aku kelepasan tadi. Aku gak berniat nampar kamu. Maaf..
Grey menangis, dia menunduk di atas rerumputan pinggir danau.
CUT TO:
55. INT. RUMAH SAKIT — SORE
Di ruangan Farizal di rawat, Arkana pamit pulang.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Riz, gue balik ya. Udah sore, kasian Yaya sendiri di rumah.
FARIZAL
Iya, hati-hati ya, Ar.
ARKANA
Iya.. sekali lagi maaf ya, karena Grey, lo jadi kaya gini.
FARIZAL
Enggak apa-apa kok. Hati-hati ya, pulangnya.
LILY
Udah gue pesenin taksi online ya, Ar. Udah gue bayar juga pake aplikasi.
ARKANA
Aish.. ngerepotin dong gue.
LILY
Ngerepotin-ngerepotin, seneng juga kan lo, hemat ongkos.
Arkana tertawa kecil.
ARKANA
Iya sih..
LILY
Huh dasar. Ya udah, yuk gue anter ke luar.
ARKANA
Yuk.
LILY
Gue anter Arkana dulu ya, Zal. Diem di sini lo, jangan kabur!
FARIZAL
Ya Allah, mau kabur kemana coba?
LILY
Ya kan kali aja. Lo kan hobby kabur, kaya dulu, tiba-tiba udah di Australia aja.
Farizal tertawa kecil.
FARIZAL
Ya ampun, enggak-enggak. Dah sana, kasian tuh Arkana nya tungguin.
LILY
Iya-iya.. papay..
Arkana dan Lily keluar dari ruangan Farizal.
Arkana dan Lily berjalan pelan sembari ngobrol-ngobrol.
LILY (VOICE AND SUBJEK)
Jadi gimana, Ar? Rencananya lo mau buat usaha apa?
ARKANA
Enggak tau deh. Masih bimbang juga gue.
LILY
Bimbang kenapa?
ARKANA
Gak Taulah.
LILY
Soal modal? Kalau iya, jangan di pikirin. Ntar bisa diurus bokap gue.
ARKANA
Bukan soal modal, kalau cuma modal untuk usaha kecil-kecilan gue masih ada tabungan rahasia.
LILY
Lah terus, kenapa?
ARKANA
Grey..
Kalau dia tau, gue bangun usaha untuk kejar cita-cita gue, pasti dia marah. Dia jelas mau gue jadi dokter, seperti bundanya.
LILY
Lu lama-lama gue mutilasi, Ar. Emosi gue sama lo. Dikit-dikit Grey, mau ini Grey, mau itu Grey, sekalian aja lo mau berak izin Grey.
Arkana menghela nafas panjang. Mata menatap lurus ke depan.
ARKANA
Grey itu dunia gue, dia hidup gue. Iya, gue tau, dia mungkin sering banget nyakitin gue, tapi lo enggak pernah tau Ly, bagaimana cara dia meratukanku gue. Sejak kenal Grey, gue jadi tau rasa indah di cintai, hal yang enggak pernah gue rasain dari keluarga gue.
Lily mengapa Arkana.
LILY (VOICE OVER)
Kalau udah menyangkut keluarga, gue bingung mau jawab apa, Ar. Gue takut malah melukai hati lo.
LILY (VOICE AND SUBJEK)
Yuk lah, ini taksinya udah sampe depan. Kasian orangnya nunggu lama.
ARKANA
Hm..
Arkana dan Lily kembali berjalan.
56. EXT. LOBBY RUMAH SAKIT — SORE
Arkana dan Lily berjalan menghampiri sebuah taksi yang baru saja berhenti di lobby rumah sakit.
LILY (VOICE AND SUBJEK)
Atas nama Lily Astrea ya, om?
SUPIR TAKSI
Iya, dek.
LILY
Nih, Ar. Bener ini taksinya.
Lily membukakan pintu taksi, Arkana masuk ke dalam taksi.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Thanks ya, Ly.
LILY
Yoiiii.. hati-hati.
Om, hati-hati ya bawa temen saya, jangan ngebut, om.
SUPIR TAKSI
Siapp..
Taksi berjalan meninggalkan perkarangan rumah sakit.
Arkana menatap ke luar jendela, jalanan agak sedikit macet. Taksi Arkana terjebak macet di dekat taman.
SUPIR TAKSI (VOICE AND SUBJEK)
Aduh dek, macet lagi.
Arkana tersenyum ramah.
ARKANA
Iya, om. Enggak apa-apa kok, enggak buru-buru juga.
Arkana menatap ke luar jendela taksi. Matanya terfokus pada anak kecil yang sedang bermain ayunan bersama kedua orangtuanya. Arkana meneteskan air mata.
ARKANA (VOICE OVER)
Beruntung sekali dia, dia bisa rasain kasih sayang orang tuanya. Bahkan, dia bisa bermain bersama kedua orangtuanya, bercanda, tertawa bersama.
Arkana menyeka air matanya.
ARKANA (VOICE OVER)
Kapan ya, aku bisa rasain kasih sayang orang tua, kaya anak itu rasain. Pasti bahagia banget. Yah, bu, kenapa kalian benci Arkana. Salah aku apa? Apa aku enggak bisa kaya anak-anak di luar sana, dapet cinta dan kasih sayang dari orang tuanya.
Supir taksi menatap Arkana dari spion.
SUPIR TAKSI (VOICE AND SUBJEK)
Adek kenapa?
ARKANA
Eh.. enggak kok om, enggak kenapa-napa.
Arkana tersenyum, tersenyum palsu.
SUPIR TAKSI
Mungkin, mulut adek bisa bilang enggak apa-apa, tapi dari mata adek keliatan lho kalau adek lagu enggak baik-baik aja.
Sebisa mungkin, Arkana menahan air matanya agar tidak keluar.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Enggak om, aku enggak kenapa-napa. Aku baik-baik aja. Cuma ke capean dikit aja kali.
SUPIR TAKSI
Ya, om maklum kalau adek enggak jujur, secara om cuma supir taksi..
Tapi.. apapun masalah adek, adek harus inget, adek masih punya Allah. Allah selalu ada untuk adek. Jangan pernah ngerasa sendiri. Dans satu lagi, adek mau tau satu hal?
ARKANA
Apa..?
SUPIR TAKSI
Om ini anak jalanan. Hidup om dari kecil, di jalanan. Om enggak pernah tau siapa orang tua om, gimana rasanya di sayang sama orang tua. Gimana hangatnya pelukkan orang tua, om enggak pernah rasain itu semua. Tapi.. om tau, siapapun orang tua om, dimanapun mereka berada, om punya orang tua, walau om sendiri enggak tau mereka dimana, mereka siapa, gimana wajah mereka. Om sering banget iri sama anak-anak lain, yang bisa dapet kasih sayang orang tuanya, tapi om mikir, kalau sepanjang hidup, om cuma mikirin iri aja, om enggak bakal bisa maju. Om juga harus ada tujuan hidup. Jadi, apapun masalah adek, adek jangan sedih, oke?
Arkana diam, air mata mengalir begitu saja di pipi mulusnya.
SUPIR TAKSI (VOICE OVER)
Kasian sekali dia, saya tau kalau dari tadi dia liatin keluarga di taman itu, dan saya juga tau pasti dia sama seperti saya, rindu kasih sayang orang tua.
Arkana diam. Tangannya tak berhenti menghapus air matanya.
SUPIR TAKSI (VOICE AND SUBJEK)
Udah sampe, dek.
ARKANA
Eh, iya, om. Makasih, ya.
SUPIR TAKSI
Iya..
Inget, terus semangat ya, jangan nyerah.
Arkana tersenyum.
ARKANA
Iya, makasih, om.
Supir taksi tersenyum pada Arkana, lalu kembali menjalankan mobilnya. Arkana berjalan masuk ke dalam rumahnya.