Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ARKANA
Suka
Favorit
Bagikan
12. ARKANA 12

41. EXT. TAMAN FAKULTAS KEDOKTERAN — SIANG

Greydaksa berjalan celingak-celinguk di taman fakultas kedokteran.

GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)

Ini Arkana mana sih? Kok enggak ada di mana-mana? Di kelas enggak ada, di perpustakaan enggak ada, di taman juga enggak ada. Mana temen-temennya Arkana pada gak tau lagi, Arkana kemana.

Grey kembali berjalan kecil. Dia terus-menerus celingak-celinguk mencari keberadaan Arkana. Grey menghampiri Viona-teman sekelas Arkana, dia sedang duduk di bangku taman.

GREYDAKSA

Maaf ganggu waktunya, mau tanya, boleh?

VIONA (VOICE AND SUBJEK)

Iya, boleh, kenapa?

GREYDAKSA

Temennya Arkana, kan?

VIONA

Iya, kenapa?

GREYDAKSA

Liat Arkana, gak? Kok dari tadi gue cariin kemana-mana, dia enggak ada.

VIONA

Oh, Arkana. Tadi dia pergi sama Lily. Tapi gue enggak tau mereka pergi kemana.

GREYDAKSA (VOICE OVER)

Lily? Apa jangan-jangan, mereka?

VIONA (VOICE AND SUBJEK)

Hey? Kenapa?

GREYDAKSA

Oh, enggak apa-apa kok. Thanks ya.

VIONA

Iya, sama-sama.

Grey berjalan menjauh dari Viona. Wajahnya sangat marah. Grey berhenti di sisi lain taman.

GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)

Gue yakin, mereka pergi ketemu dengan laki-laki itu. Gue juga yakin, biangnya itu Lily.

Greydaksa mengeluarkan hp nya.

GREYDAKSA (VOICE OVER)

Gue telpon sekali lagi, sampe enggak di angkat lagi, awas aja lo, Arkana.

Grey memencet nomor telepon Arkana.

42. INT. CAFE OVAL — SIANG

Arkana, Lily, dan Farizal, mereka saling bercerita sambil sekali-sekali tertawa. Telpon Arkana tidak sadar kalau telponnya berbunyi.

43. EXT. TAMAN FAKULTAS KEDOKTERAN — SIANG

Greydaksa berdecak kesal.

GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)

Sial! Enggak di angkat juga! Kemana sih kamu, Ar.

Greydaksa menundukkan kepalanya, mencoba mencari akal agar bisa menemukan Arkana.

GREYDAKSA

Tunggu!

Gue kan sempet pasang GPS di hp nya Arkana. Coba gue lacak keberadaan dia deh.

Grey kembali melihat layar kaca hp nya. Membuka aplikasi pelacak. Grey mengerutkan keningnya.

GREYDAKSA

Cafe Oval? Ngapain dia di sana?

Gue samperin aja deh, awas aja sampe dia beneran sama 'sahabat' nya yang gak guna itu.

Grey berlari menuju motornya di fakultas ekonomi.

44. INT. CAFE OVAL — SIANG

Arkana, Lily, dan Farizal, mereka masih asik bercerita.

LILY (VOICE AND SUBJEK)

Gila, ngakak banget gue, Zal. Jadi tuh orang gimana pas udah di ketawain gitu?

FARIZAL

Ya lari lah, pasti malu banget dia. Udah jatoh, di ketawain lagi.

LILY

Parah-parah..

ARKANA

Ada-ada aja sih lo. Segala orang jatoh lo ghibahin, jahat banget.

FARIZAL

Lo juga ikutan ketawa.

ARKANA

Ya karena lucu.

LILY

Sama aja itu mah, Ar.

Mereka tertawa-tawa.

45. EXT. CAFE OVAL — SIANG

Grey celingak-celinguk. Matanya menemukan Arkana. Grey menghela nafas panjang.

GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)

Bener kan, apa kata gue. Dia sama dia 'sahabat' nya itu.

Grey berjalan masuk ke dalam Cafe.

46. INT. CAFE OVAL — SIANG

Grey berjalan menghampiri meja tempat duduk Arkana. Dia langsung menggebrak meja. Arkana, Lily, Farizal, dan seisi cafe menoleh.


ARKANA (VOICE AND SUBJEK)

G-Grey?

GREYDAKSA

Kenapa? Kaget?

ARKANA

Grey, a-aku..

GREYDAKSA

Kenapa!? Kenapa kamu enggak bilang dulu mau ketemuan sama 'sahabat' kamu ini!? Kenapa!?

ARKANA

Aku cuma.. (terpotong)

GREYDAKSA

Cuma apa!? Cuma apa, hah!?

Kamu udah enggak bisa hargai aku, iya!? Karena apa!? Karena sahabat kamu ini udah kembali!? Iya!? Karena itu?

FARIZAL

Maksud lo apa sih? Dateng-dateng ngegebrak meja. Punya sopan santun gk lo?

LILY

Gila kali nih orang. (Menunjuk wajah Grey)

Eh, lo! Lo bilang Arkana enggak bisa hargai lo? Kalau Arkana enggak bisa hargai lo, terus lo apa? Lo lebih enggak bisa hargai Arkana! Lo kekang dia, lo paksa dia jadi sosok bunda lo yang udah mati! Enggak cukup apa lo hancurin mimpinya untuk jadi pengusaha? Lo apa apa lagi? Lo mau hancurin persahabatan dia? Iya!? Punya otak gak lo!?

Greydaksa semakin emosi. Matanya memerah.

GREYDAKSA

Lo berdua enggak usah ikut campur. Ini bukan urusan kalian!

FARIZAL

Bukan urusan kami gimana? Jelas, ini urusan kami! Kami sahabatnya Arkana, dan Arkana di sini, bersama kami.

GREYDAKSA

Diam, lo! Lo enggak tau apa-apa!

FARIZAL

Lo yang diam bangsat! Lo yang enggak tau apa-apa! Lo itu cuma bocah, yang hidupnya tergantung pada bunda lo! Seharusnya lo sadar, kalau bunda lo, udah mati!

GREYDAKSA

Sialan lo!

Greydaksa melayangkan pukulan sangat keras tepat di wajah Farizal. Sudut bibir Farizal sampai berdarah.

GREYDAKSA

Apa maksud lo bilang bunda gue udah mati!?

Farizal menghapus darah di sudut bibirnya. Farizal menyeringai.

FARIZAL

Emang kenyataannya, kan? Bunda kesayangan lo itu udah mati! Udah jadi mayat! Dan selamanya dia akan mati, gak bakal hidup lagi!

GREYDAKSA

Brengsek lo!

Grey memukul wajah Farizal lagi. Farizal membalas, memukul wajah Grey.

FARIZAL

Lo yang brengsek! Lo orang paling brengsek yang pernah gue temuin!

Farizal memukul perut Grey, menendang kakinya. Grey terjatuh. Farizal hendak memukul lagi, Grey mengelak. Grey menendang perut Farizal. Mereka saling memukul.


ARKANA

Grey! Fariz! Udah, cukup! Ngapain kalian malah berantem sih!? Berhenti!

Grey dan Farizal menatap Arkana yang sudah kwalahan memisahkan mereka.

ARKANA

Aku mohon, Grey. Berhenti, cukup, jangan gini.. hiks..

Arkana menangis. Grey menatap Arkana dengan wajah sangat marah. Farizal mendekati Arkana, dan hendak memegang bahunya. Grey menangkis tangan Farizal dari bahu Arkana.


GREYDAKSA

Jangan sentuh cewek gue, bangsat!

Grey memukul perut Farizal, lagi.

ARKANA

Grey! Udah!

GREYDAKSA

Kamu bela dia?

ARKANA

Bukan, aku enggak bela siapa-siapa, aku cuma malu di liatin semua orang di sini, Grey.

GREYDAKSA

Ikut gue, lo, Arkana!

Grey menarik tangan Arkana sangat kasar. Lily hendak mengejar.

LILY

Ar?

FARIZAL

Au, shhhh..

LILY

Izal? Enggak apa-apa?

FARIZAL

Enggak kok, enggak apa-apa. Tapi kayanya bekas jahitan dulu, kebuka lagi deh.

LILY

Kita ke rumah sakit ya.

Mba, mas.. Ini kartu nama saya, telpon aja ya, saya bakal bayar semua kerugian cafe ini.

Lily menaruh kartu namanya di atas meja. Farizal setuju untuk di bawa ke rumah sakit, perutnya sudah penuh darah. Lily memapah Farizal menuju mobil Farizal, untuk pergi ke rumah sakit.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar