17. INT. KELAS GREY — PAGI
Close up. Wajah Grey. Di fakultas kedokteran, di kelas Grey, Arkana sedang menangis di pelukan Grey.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Kamu kenapa, hm?
Arkana diam, belum menjawab, ia sendiri bingung mau jawab apa.
ARKANA (VOICE OVER)
Aku harus jawab apa? Enggak mungkin aku cerita yang sebenarnya, aku takut kejadian beberapa tahun yang lalu terulang lagi, aku takut..
Aku takut kalau sampai kejadian dulu terulang lagi, malah berujung aku yang harus memilih antara mereka berdua.
Arkana diam.
DISSOLVE TO
FLASHBACK - ON
18. INT. RUANG KELAS SMA — PAGI
Di dalam kelas terlihat banyak sekali anak-anak berseragam putih abu-abu tengah duduk di bangku secara abstrak, ada yang mengobrol, ada yang main hp, bahkan ada yang sibuk pacaran, seperti halnya Arkana dan Greydaksa.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Sayang, sebentar lagi kan kita naik kelas dua belas, itu artinya sebentar lagi kita lulus SMA dong. Kita mau kuliah dimana ya?
ARKANA
Aku sih pengennya Universitas Bina Mulya, ambil jurusan ekonomi dan bisnis, sesuai dengan cita-cita aku.
Grey menekuk alisnya.
GREYDAKSA
Kok universitas Bina Mulya sih? Terus juga kenapa ekonomi dan bisnis?
ARKANA
Ya karena aku pengennya di situ, aku ambil ekonomi dan bisnis juga karena cita-cita aku kan jadi pengusaha. (Tersenyum)
Grey menggebrak meja membuat atensi sekelas teralih padanya. Arkana terkejut dan air mata mulai menggenang di kelopak matanya.
ARKANA
Kenapa? Emang salah?
GREYDAKSA
Jelas salah! Kamu seharusnya kuliah di Universitas Bhakti Negara. Dan ambil jurusan Kedokteran, seperti bunda aku!
Arkana terisak. Dia menangis sesenggukan. Lily datang dan langsung menampar pipi kanan Grey.
Greydaksa memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan Lily yang begitu keras, Arkana terkejut.
GREYDAKSA
Lo apa-apaan sih? Ngapain lo tiba-tiba lo tampar gue?
LILY
Masih nanya lo? Punya perasaan gak sih? Punya otak gak sih?
GREYDAKSA
Maksud lo apa?
ARKANA
Udah Ly, udah enggak apa-apa.
LILY
Oh enggak bisa gitu dong Ar, lo juga punya masa depan, lo juga punya cita-cita, dia enggak bisa seenaknya main rampas semua yang udah lo impikan sejak lama.
Dan elo.. (menunjuk muka Grey)
Sahabat gue ini manusia! Dia perempuan, dia punya hati! Dan dia.. dia punya cita-cita yang harus di kejar! Di dunia ini bukan hanya tentang nyokap lo! Nyokap lo jadi dokter karena itu memang cita-cita dia, tapi Arkana? Dia pengen jadi pengusaha! Bukan jadi dokter! Jadi tolong, jangan paksakan kehendak dan ego lo sendiri!
GREYDAKSA
Kenapa gue enggak boleh lakuin ini? Gue pacarnya! Dan gue punya hak untuk atur dia, dan gue mau dia jadi seperti nyokap gue, seorang dokter yang hebat! Elo yang enggak punya hak sama sekali untuk ikut campur, karena lo bukan siapa-siapa!
Lily tertawa, tertawa mengejek.
LILY
Gue? (Menunjuk dirinya sendiri)
Gue bukan siapa-siapa? (Tertawa mengejek)
Ngaca Woy! Elo yang bukan siapa-siapa! (Menaiki intonasi suaranya)
Gue, gue sahabat Arkana, sahabat dia dari kecil. Dan gue tahu semua tentang kehidupan Arkana! Dan gue tahu persis sejak kecil cita-cita dia pengen jadi pengusaha, dan lo enggak bisa seenaknya main atur hidup dia!
GREYDAKSA
Terserah lo mau ngomong apa, yang jelas Arkana harus tetap jadi dokter, seperti bunda gue! Enggak akan ada yang bisa merubah keputusan itu!
LILY
Oh enggak bisa gitu dong.. lo engg.. (ucapan terpotong)
ARKANA
Cukup! Kenapa kalian malah berantem sih? Udah cukup! Aku enggak suka liat sahabat dan pacarku berantem kaya gini!
Dan Ly, thanks Lo udah bela gue. Tapi enggak apa-apa gue ikuti apa kata Grey aja, gue mau kok jadi dokter, lo juga pengen jadi dokter kan? Itung-itung kita bisa kuliah bareng. (Tersenyum getir)
LILY
Enggak bisa gitu dong Ar, terus gimana dengan impian lo? Gimana dengan cita-cita lo?
ARKANA
Udah enggak apa, gue pikir-pikir juga lebih enak jadi dokter, bisa nyembuhin banyak orang, itu salah satu pekerjaan yang mulia. (Bohong Arkana)
GREYDAKSA
Lo denger kan apa kata Arkana? Dia aja enggak masalah, kenapa lo yang sibuk!?
LILY
Terserah!
FLASHBACK — OFF
19. INT. KELAS GREY — PAGI
Grey kembali bertanya. Tangannya mengusap rambut lembut Arkana.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Kamu kenapa, sayang?
ARKANA
Enggak apa-apa, perut aku sakit, mungkin karena aku udah mau PMS, mangkanya jadi cengeng. (Berbohong)
GREYDAKSA
Oh, kirain kenapa. Pacar aku enggak boleh cengeng. (Mengusap air mata Arkana)
Kamu harus kaya bunda aku, bunda itu orang yang kuat, enggak lemah, jadi jangan sering-sering nangis ya cantik!
Arkana menghela nafas
ARKANA (VOICE OVER)
Kapan kamu bisa sadar Grey, kalau ini aku, Arkana. Bukan bunda kamu.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Sayang, kamu udah enggak ada kelas lagi kan?
ARKANA
Enggak ada, kenapa memangnya?
GREYDAKSA
Jalan-jalan yok, boring banget nih aku.
ARKANA
Dih, bukannya kamu masih ada kelas ya?
GREYDAKSA
Iya sih, masih ada. Tapi males banget aku, abis ini ada mata kuliah pak botak, bikin sakit mata aja, kepalanya berkilau.
Arkana terkekeh.
ARKANA
Kamu kayanya punya dendam pribadi bagi ya sama pak Yoyog.
GREYDAKSA
Oh tentu, udah masuk enggak pernah absen, tapi enggak pernah ngejelasin pelajaran, kerjaannya cuma ngomongin mantan istrinya aja. Terus sekalinya ngasih tugas bejibun lagi. Plus kepalanya yang sangat bening itu bikin sakit mata.
ARKANA
Ya udah iya, sekali ini kamu boleh bolos, tapi cukup sekali ini aja ya, awas kamu kalau ngulangi lagi.
Grey bergaya ala hormat.
GREYDAKSA
Siap tuan putri, laksanakan.
Yuk, jalan-jalan yuk.
ARKANA
Ayo.
Mereka berdua pun berdiri dengan grey menggandeng tangan Arkana.