57. INT. RUMAH ARKANA — SORE
Arkana keluar dari kamar mandi, die memegang handuk guna mengeringkan rambutnya.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Yaya.. dek..
Yaya berlari mendekati Arkana.
ADELLIA (VOICE AND SUBJEK)
Iya, kak? Kenapa?
ARKANA
Udah mandi belum kamu?
Yaya menyengir kuda.
ADELLIA
Belum, kak, hihi..
Arkana menatap adik semata wayangnya itu.
ARKANA
Mandi dulu geeh, udah mau magrib, enggak baik tau cewek mandi mendekati magrib.
Yaya berlagak hormat.
ADELLIA
Ciappp kakak cantik..
Arkana tersenyum, dia mengacak pelan rambut Yaya.
ARKANA
Pinter, itu baru adiknya kakak.
Yaya berlari masuk ke dalam kamar mandi. Arkana berjalan menuju kamarnya. Langkahnya terhenti saat mendengar pintu rumahnya di ketuk. Arkana berjalan menuju pintu depan. Arkana membuka pintu, Grey berdiri di depan pintu rumahnya.
Arkana menatap Grey. Penampilan Grey sangat lusuh. Mata Arkana berkaca-kaca.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Ngapain ke sini? Ngapain kamu masih dateng ke perempuan yang kamu bilang murahan?
Grey menggeleng. Dia menunduk.
GREYDAKSA
Maaf..
ARKANA
Maaf untuk apa? Kamu enggak salah kok, kan aku yang salah. Aku yang murahan, aku yang sasimo, aku yang gak tau diri. Iya, kan? Kamu mah enggak salah.
Grey menggeleng kuat.
GREYDAKSA
Enggak, Ar, enggak. Kamu gak salah, aku yang salah. Aku udah nyakitin hati kamu, aku udah nampar kamu. Aku yang salah, Ar.. aku salah..
Arkana memanglingkan wajahnya.
ARKANA (VOICE OVER)
Aku bingung sama diriku sendiri, Grey. Kamu udah sering nyakitin aku, bahkan kamu udah hancurin mimpi aku, hancurin cita-cita aku. Tapi aku tetap gak bisa benci sama kamu. Apa aku sanggup untuk kasih kamu kesempatan, lagi.
Grey bertekuk lutut di hadapan Arkana.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Maaf, Ar, maaf. Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh pukul aku, tapi tolong, jangan benci aku, jangan tinggalin aku. Cukup bunda, cukup bunda yang pergi, kamu jangan.. hiks..
Arkana menatap Grey.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Bangun, Grey. Jangan gini.
Grey menggeleng.
GREYDAKSA
Aku gak bakal berdiri sebelum kamu maafin aku.
ARKANA
Berdiri!
GREYDAKSA
Enggak!
Arkana menghela nafas berat.
ARKANA
Oke, fine. Aku maafin kamu.
Tapi tolong, jangan gitu lagi, Grey. Fariz itu sahabat aku, tolong ngertiin posisi aku, Grey.
Grey berdiri, dia memeluk erat Arkana.
GREYDAKSA
Aku bakal tahan diri aku, untuk gak emosi kalau liat kamu sama laki-laki lain. Tapi tolong, jangan terlalu deket sama mereka. Aku gak mau kehilangan kamu, Ar. Sakit banget rasanya, kehilangan orang yang berharga di hidup kita.
Arkana melepas pelukan Grey. Dia menghapus air mata Grey dan air matanya sendiri. Arkana tersenyum.
ARKANA
Iya.. aku sama Fariz cuma sahabat kok, enggak lebih.
GREYDAKSA
Iya, aku percaya kok..
ARKANA
Udah, pulang geeh. Udah mau magrib. Enggak baik tau magrib masih bertamu.
GREYDAKSA
Iyaa..
Arkana tersenyum. Grey melangkah menuju motornya.
GREYDAKSA
Oh iya, Ar.
ARKANA
Apa?
GREYDAKSA
Kan hari ini kamu gak ikut pengarahan ngambil spesialis. Nah, rencananya kapan kamu mau ambil. Dan tau kan ambilnya spesialis apa?
Arkana diam, dia menatap mata Grey. Matanya berkaca-kaca.
ARKANA (VOICE OVER)
Ku kira maaf tadi sekalian untuk hal ini, ternyata tidak. Kamu masih mau aku jadi dokter bedah, seperti bundamu. Itu artinya, aku benar-benar harus merelakan cita-citaku.
GREYDAKSA (VOICE AND SUBJEK)
Ar?
ARKANA
E-eh.. iya.. bareng Lily kali.
GREYDAKSA
Oke, ambilnya spesialis bedah ya.
Ya udah, aku pulang ya.. bye cantik..
Arkana tersenyum getir, menatap motor Grey yang mulai menjauh. Tangis Arkana pecah.
ARKANA (VOICE OVER)
Aku tau, dokter itu pekerjaan yang mulia, tapi dokter bukan impian aku. Apa aku bisa, jalanin pekerjaan yang jelas bukan bidang aku?
Yaya datang menghampiri Arkana.
ADELLIA (VOICE AND SUBJEK)
Kakak.. kak Arkana.
Arkana buru-buru menghapus air matanya.
ARKANA
Iya, kenapa, dek?
ADELLIA
Ndak papa. Yaya kirla kakak ilang.
Arkana tertawa gemas.
ARKANA
Ya Allah, kakak mau hilang ke mana, astaghfirullah.
ADELLIA
Ya kan bisa aja, kakak dia cuyik wewek gombal.
Arkana tertawa.
ARKANA
Wewek gombel deh, kenapa jadi wewek gombal dah. Dia nge-gombalin siapa?
Yaya cekikikan sendiri.
ARKANA
Ya udah, masuk yuk, udah mau magrib.
ADELLIA
Oke, kak.
Arkana dan Yaya masuk ke dalam rumahnya.
58. INT. RUMAH GREY — Malam
Grey masuk ke dalam rumahnya, di dalam sudah ada Hendra duduk di sofa ruang tamu.
HENDRA (VOICE AND SUBJEK)
Baru pulang jam segini. Dari mana aja, Grey?
GREYDAKSA
Dari rumah Arkana, yah. Ada sedikit problem tadi.
HENDRA
Problem apa, nak?
Grey menggaruk belakang lehernya.
GREYDAKSA
Bukan apa-apa kok, yah. Cuma masalah kecil aja, biasalah anak muda.
HENDRA
Tapi udah selesai kan masalahnya?
GREYDAKSA
Udah kok, yah.. kan udah Grey bilang, cuma masalah kecil.
Hendra tersenyum.
HENDRA
Anak ayah sudah dewasa rupanya, udah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Grey tersenyum.
GREYDAKSA
Enggak juga, yah. Cuma yaa, Grey mau belajar lebih dewasa lagi aja. Kan Grey enggak selamnya, jadi anak-anak, suatu saat Grey bakal jadi kepala keluarga, dan itu harus punya pikiran yang dewasa.
HENDRA
Aduh, anak ayah udah mikirin jadi kelapa keluarga aja. Udah mau nikah emangnya?
Grey menatap sang ayah.
GREYDAKSA
Do'ain aja dulu, yah.
HENDRA
Pasti.
Ya udah mandi geeh, terus sholat. Belum sholat kan kamu? Udah mau abis nih waktu magrib.
GREYDAKSA
Iya, yah.
Grey masuk ke dalam kamarnya. Hendra kembali duduk memainkan ponselnya.
59. INT. KAMAR ARKANA — MALAM
Arkana duduk di pinggir jendela, menatap ke luar yang sedikit gerimis. Arkana memejamkan matanya. Menarik nafas, lalu membuangnya. Arkana menatap ke luar jendela.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
Hujan lagi malam ini.
Arkana menghela nafas berat. Arkana memejamkan matanya.
ARKANA (VOICE OVER)
Yah, bu, sampai kapan kalian bakal giniin Arkana? Sampai kapan kalian enggak peduli sama Arkana? Sampai kapan yah, bu. Arkana butuh kalian. Arkana pengen kaya anak-anak di luar sana, bisa cerita-cerita sama orang tuanya. Bisa minta pendapat. Arkana kangen kalian, tubuh kalian deket sama Arkana, masih satu kota. Tapi hati kita, jauh. Mau sampai kapan kalian benci Arkana. Apa Arkana harus mati dulu, biar kalian peduli sama Arkana?
Arkana menangis. Arkana memeluk lututnya sendiri, kepalanya menunduk.
ARKANA (VOICE OVER)
Arkana pengen rasain di peluk kalian, sekali aja. Apa itu aja Arkana enggak bisa dapetin? Mau sampe kapan, yah, bu. Arkana sakit, Arkana butuh kalian.
Arkana menangis. Yaya masuk ke dalam kamar Arkana.
ADELLIA (VOICE AND SUBJEK)
Kak, kak Arkana. Ajarin Yaya gambar pelangi dong.
Arkana buru-buru menghapus air matanya.
ARKANA (VOICE AND SUBJEK)
E-eh iyaa..
Yaya menatap Arkana.
ADELLIA
Kakak nangis?
ARKANA
Hah? Nangis? Eng-enggak kok.
Kamu tadi mau ngapain?
ADELLIA
Ajarin Yaya gambar pelangi yang bagus. Masa Yaya buat pelangi, jadinya malah gini.
Arkana tertawa menatap pelangi buatan Yaya.
ARKANA
Gambar pelangi itu enggak gitu dek, sini-sini kakak ajarin.
Arkana berdiri, dan kembali duduk di karpet sebelah kasurnya.
ARKANA
Sini, duduk. Biar kakak ajarin buat pelangi.
Yaya duduk di sebelah Arkana, Arkana mulai menggambar pelangi.
ADELLIA
Kak, Yaya boleh tanya cecuatu Ndak?
ARKANA
Tanya apa?
ADELLIA
Kapan Yaya bisa sekolah? Yaya pengen sekolah, kak.
Arkana menoleh, menatap Yaya.
ARKANA
Insyaallah tahun ini kamu bisa sekolah. Tunggu pendaftaran dulu tapi.
Yaya tersenyum, menatap Arkana.
ADELLIA
Serius kak? Yaya bakal sekolah tahun ini? Emangnya kakak udh ada biaya untuk Yaya sekolah?
Arkana tersenyum, dia mengusap pucuk kepala Yaya.
ARKANA
Insyaallah, ada. Tapi kamu harus janji, kalau udah mulai sekolah, sekolah yang bener, belajar, jangan banyak main.
ADELLIA
Iya kak, Yaya janji. Nanti Yaya mau jadi orang sukses. Pokoknya nanti, kalau Yaya udah sukses, kakak orlang pertama yang Yaya panggil dan Yaya peluk.
Arkana tersenyum.
ARKANA
Iyah
Yaya berdiri, dia melompat-lompat kegirangan.
ADELLIA
Yeye.. yeye.. yeye.. sekolah, sekolah.. Yaya bakal sekolah.
Arkana tersenyum.
ARKANA (VOICE OVER)
Cari uang kemana ya? Untuk sekolah Yaya, untuk kuliah aku, belum untuk makan sehari-hari.
Yaya masih melompat-lompat. Arkana menatap sang adik yang sedang bahagia.