Cuplikan Chapter ini
Seorang bijak pernah berbilang. Kacang itu tak boleh lupa dengan kulitnya. Tapi nampaknya aku mudah lupa. Entah mengapa. Apa karena kami mulai enggan berziarah. Saat kami mulai mengenal dunia. Organisasi, jabatan, intelektuil—dan yang serba kami sombongkan lainnya. Aku bocah kuper nan polos ini, bisa mengetahui dunia dengan prespektif yang berbeda dari sebelumnya. Tapi masih sering lupa, pada mereka yang menuntun kami. Dengan pongahnya kami berujar, “aku penggerak langkah nyata. Bukan penci