Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Opera Cinta Lusiana
Suka
Favorit
Bagikan
47. Cinta dan Persahabatan

47. INT – KANTOR RD RADIO, MALAM.

 

Cast: 

Lusiana, Anggara, Restu (penyiar radio RD, 23 tahun), Tito (pengarah musik, 25 tahun).  


Lusi duduk di meja siaran, menyimak lagu tentang cinta yang sedang berkumandang.  Seperangkat mikrofon di atas meja berjarak cukup dekat dari wajahnya. Headphone di kepala menutup kedua telinga Lusi. Jam digital di dalam ruang siaran menunjukkan pukul 20.53 WIB. Di ruang yang sama, penyiar senior bernama Restu duduk di meja pengarah musik. 

Mendekati ujung lagu, Lusi menegakkan tubuh, mendekatkan wajah ke mikrofon, kemudian mulai berbicara. 

 

Lusi

Wow, meleleh, ya Ardiers! Lagu yang sangat klop banget dengan obrolan kita malam ini. 
Persahabatan dan cinta, apakah bisa sejalan?  Dari sharing Ardiers tadi, ternyata tidak semudah itu untuk membuat keduanya berjalan selaras! Beruntunglah, kalian yang sukses menjaga dua kata itu dalam harmoni.

  

Lusi mengangkat ibu jari dan telunjuk kanan bergantian ke arah Restu yang langsung mengangguk.

 

Lusi

OK, Ardiers. Sebelum lagu terakhir, gue Clumsy Lusi, mau kasih pesan supaya kalian enggak melakukan kebodohan yang pernah gue lakukan.
Kalau kamu sudah mendapatkan seseorang yang selalu ada di saat-saat sulit, yang selalu bisa membuat tertawa di saat sedih, dan selalu bisa membuat kamu menjadi diri sendiri, jaga dia baik-baik!
Jaganya dengan apa? Dengan cinta atau dengan persahabatan yang tulus tentunya! 
Bye, bye, Ardiers! Be happy and spread love!

 

Sebuah lagu cinta berkumandang. Lusi menoleh dan mengangguk pada Restu yang mengacungkan ibu jari kanan. Pintu terbuka. Tito masuk dan menghampiri Restu.

 

Restu

Dateng juga elo, To! Telat enggak kira-kira!

 

Tito

Sori, Boss!

 

Di bangkunya, Lusi melepaskan headset dari kepala, mengambil tas, lalu berdiri.

Tito datang mendekat, Lusi memberi jalan pada Tito untuk duduk di bangku penyiar.

  

Lusi

Duluan, ya To!


Tito mengacungkan jempol.

Lusi berjalan menuju pintu dan melambai pada Restu.

 

Lusi

Mas Restu, aku pulang, ya!


Restu

Thanks, Lus!
Keren kamu barusan!

 

Lusi tersenyum senang, kemudian membuka pintu, dan keluar dari ruangan. 

Di luar studio, lagu yang diputar Restu terdengar cukup jelas. Memasuki ruang resepsionis, Lusi berhenti melangkah, menatap terpaku pada Anggara yang duduk di sofa, menunduk melihat ke layar ponsel. 


Lusi

(Lirih)

Angga?


Anggara mengangkat wajah, tersenyum pada Lusi. Tangannya mengambil buket bunga mawar putih yang tergeletak di atas sofa, kemudian baru beranjak, dan berjalan menghampir Lusi.

Lusi juga berjalan mendekat. Keduanya berhenti di tengah ruangan, saling berhadapan. Anggara menyodorkan buket bunga, Lusi menerima tanpa kata.


Anggara

Selamat, ya! Keren tadi! 

  

Lusi tidak menjawab, hanya mengusap lembut kelopak-kelopak mawar di tangannya.  Anggara menatap lekat. 

  

Anggara

Kok penyiar RD jadi pendiam?

 

Lusi mengangkat wajah, menatap Anggara lekat. 

 

Lusi

Kenapa ke sini?


Anggara

Kemarin ada yang curhat di WA, pengen siaran solonya didengar. Daripada di rumah, lebih enak dengerin langsung di sini. 
Sekalian jadi obat buat yang lagi kangen banget.

 

Lusi tersenyum, matanya berkaca-kaca. Anggara maju mendekat, menyentuh ujung rambut Lusi, dan menatap lekat.

Air mata mengalir di pipi Lusi. Anggara mengelapnya dengan punggung jari telunjuk.

 

Anggara

Gue senang elo tersiksa.
Karena gue juga tersiksa. 

 

Lusi

Jahat!


Anggara

(Lembut)

Kamu juga jahat.


Lusi

Kamu?


Anggara

Iya, kamu!
Biar mesra.


Anggara menatap lekat, Lusi tersenyum.

Sedetik kemudian, mata Lusi menyipit, menatap Anggara tajam.


Lusi

(Galak)

Janji enggak ngejauh lagi?

 

Anggara tersenyum, lalu mengangguk.

 

Lusi

Bilang janji!


Anggara

Janji.

  

Anggara menarik Lusi mendekat, lalu menempelkan wajahnya di kepala Lusi beberapa detik.


Anggara

Ayo, pulang, Sayang! 


Lusi mengangguk dan menyelipkan jari-jarinya ke antara jemari Anggara. Kemudian, keduanya berjalan keluar ruangan sambil bergandengan tangan. 

 

 THE END


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar