43. INT. RUANG KELUARGA
Cast:
Lusi, Bu Lini.
Di sofa ruang keluarga, Bu Lini duduk sendirian, menatap layar smart TV yang menayangkan ceramah seorang Ustaz terkenal. Tangan Bu Lini menutupi buku sketsa di pangkuannya. Gambar bunga yang dibuat dengan pinsil hitam terlihat pada halamannya yang terbuka.
Lusi masuk dari arah ruang tamu, lalu membanting tubuh ke sofa, dan membenamkan wajahnya ke lengan Bu Lini sambil menangis. Bu Lini memindahkan buku sketsa ke atas sofa.
Bu Lini
Usi kenapa?
Kenapa nangis, Sayang?
Lusi tidak menjawab, terisak pelan di pangkuan Bu Lini.
Bu Lini
Usi kangen Papih?
Lusi tidak menjawab.
Bu Lini
Ada masalah lagi di kampus?
Lusi kembali menggeleng. Bu Lini mengusap-usap kepala Lusi.
Bu Lini
Apa pun itu. Sabar, ya Sayang.
Sabar dan doa! Cuma itu kekuatan manusia. Usi ingat 'kan pesan Papih?
Lusi memiringkan kepala, masih menangis. Bu Lini merapikan rambut Lusi.
Lusi
(Sedih)
Kenapa semua jadi berat begini, Mamih?
Bu Lini
Ini ujian dari Allah supaya kita jadi orang lebih baik, Sayang.
Mungkin juga ini teguran buat Papih Mamih yang pasti pernah lalai, pernah khilaf.
Lusi
Aku kangen Papih, aku sedih pisah sama Bang Nathan.
Tapi ..., Angga yang bikin aku nangis, Mamih.
Bu Lini membungkuk, memeluk bahu Lusi.
Bu Lini
Ya ampun, anak Mamih jatuh cinta!
Lusi
Aku enggak mau jatuh cinta. Aku enggak mau kehilangan Angga, Mamih.
Sudah cukup sakit hati, ngeliat Papih ditahan! Padahal, Papih belum terbukti bersalah!
Lusi terisak lagi.
Bu Lini
Dalam hukum ada proses yang harus dijalani, Usi, sampai akhirnya putusan sidang.
Usi yang bilang ke Mamih harus yakin. Usi juga harus yakin!
Bu Lini merapikan rambut Lusi.
Bu Lini
Kamu kenapa sama Angga?
Lusi
Angga enggak mau cuma sahabatan, tapi aku enggak bisa, Mamih.
Aku sayang Angga, tapi .... Sudah terlalu banyak masalah.
Mamih, aku enggak suka jadi cengeng begini!
Bu Lini mencium pelipis Lusi.
Bu Lini
Itu tandanya, Usi sudah bukan remaja lagi. Usi sudah jadi perempuan dewasa. Maasya Allah!
Lusi membalikkan tubuh, lalu menatap Bu Lini.
Lusi
Seberat ini jadi perempuan dewasa, Mamih?
Bu Lini
Allah lagi membentuk anak kesayangan Mamih Papih jadi perempuan kuat, perempuan tangguh!
Bu Lini tersenyum lembut sambil mengusap-usap kepala Lusi.
Bu Lini
Menangis, itu tanda kedewasaan.
Bisa mengungkapkan perasaan, mau berdamai dengan rasa sedih, dengan keadaan, itu juga tanda kedewasaan.
Seperti kamu sekarang ini.
Hening selama beberapa saat. Bu Lini masih terus mengusap kepala Lusi.
Lusi menarik tangan Bu Lini dan mencium punggung tangannya.
Lusi
I love you, Mamih.
Bu Lini memejamkan mata, menggenggam tangan Lusi erat.
Bu Lini
I love you, Usi.
Kita doa terus, ya buat Papih.
CUT TO