Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
46. INT & EXT – VARIOUS LOCATION, DAY & NIGHT.
Cast:
Lusiana, Anggara, Pak Feriadi, Bu Lini, seorang supir, seluruh mahasiswa FIKOM Semester 3 angkatan 2015, Pak Binsar, Tito (Penyiar, 22 tahun), Restu (Pemilik Radio RD, 26 tahun).
BEGIN MONTAGE.
- Malam hari, di tempat tidur Lusi berbaring gelisah. Di kamarnya Anggara termenung memegang ponsel, menatap nama Clumsy Lusi di layar.
- Pagi hari, Lusi di ruang makan, menyantap roti tanpa semangat, kemudian mengambil ponsel di atas meja, dan mengetik sebuah pesan untuk Anggara bertuliskan; Apa kabar? Gue enggak sedang baik-baik saja. Di kamarnya, Anggara membaca pesan dan langsung menghapusnya.
- Hari lain, siang. Di lobi kampus, berjarak tiga meter, Lusi melihat Anggara berjalan ke arahnya. Lusi melempar senyum, Anggara langsung membalikkan badan, dan pergi menjauh.
- Hari lain, pagi. Di perpustakaan, Anggara duduk sendirian, membuat catatan di agenda, termenung sejenak, lalu menulis nama Lusi namun langsung mencoretnya. Di waktu yang sama, Lusi sedang serius mengerjakan soal-soal kuis di ruang kuliah. Seisi kelas terlihat serius. Pak Binsar duduk di kursi dosen, mengawasi dengan serius.
- Hari lain, sore. Lusi mundar-mandir gelisah di beranda rumah, Zanti duduk melihat ke jalan. Beberapa saat kemudian, pagar halaman terbuka lebar, sebuah sedan masuk dan parkir. Lusi Pak Feriadi keluar dari bangku belakang bersama Bu Lini. Lusi menghamburm memeluk Pak Feriadi. Bu Lini bergabung. Bertiga, berpelukan.
JUMP CUT TO
Di kamarnya, mengenakan baju tidur, Anggara serius mengetik dengan laptop. Ponsel di meja belajar berdering. Anggara melihat pada layar ponsel. Nama Clumsy Lusi terlihat di layar. Anggara membiarkannya hingga dering berhenti.
Panggilan masuk dari Lusi terdengar lagi, sebanyak tiga kali. Anggara hanya melirik. Dering berhenti. Beberapa menit berlalu, Anggara menatap ponsel dengan gelisah.
Pesan dari Lusi masuk, Anggara membacanya: Alhamdulillah, Papih bebas karena tidak terbukti bersalah. Terima kasih sudah support gue di masa-masa sulit, Angga. Miss us, very very much.
Anggara duduk terpaku, masih memegang ponsel. Angka pada jam digital berlalu beberapa menit. Denting pesan masuk terdengar lagi, Anggara membuka sebuah pesan panjang dari Lusi.
Voice Over - Lusi
Hai! Besok malam, untuk pertama kalinya gue siaran sendiri. Harusnya gue deg-degan karena ini siaran solo pertama gue, ya ‘kan? Tapi, yang ada di pikiran gue cuma satu, seseorang bernama Anggara. Gue berharap banget dia bisa ikut dengerin siaran gue, ikut merasa bangga karena sudah sukses membuat gue sanggup keluar dari tempurung dan mendorong gue untuk menemukan passion.
Sungguh, dua bulan ini gue tersiksa karena rasa kangen gue ke dia. Tapi, sepertinya menjauh dari gue memang yang terbaik untuk dia. Jadi, mulai hari ini, gue putuskan untuk berdamai dengan keputusan dia. Kata Mami, menerima kenyataan dan bersabar merangkul kesedihan adalah bagian dari menjadi dewasa. Gue sudah dewasa sekarang, jadi gue akan lakukan itu.
Thanks for the past, Angga.
Yang pernah bodoh, Lusiana.
Anggara menatap muram pada ponsel. Beberapa detik kemudian, Anggara bangkit dari tempat tidur, melempar ponsel ke atas kasur, dan meninggalkan kamar.
CUT TO