13. INT. RUANG KULIAH, SIANG.
Cast:
Pak Binsar, Lusiana.
Ruangan kuliah sepi. Di bangku dosen, Pak Binsar terlihat serius menulis di buku agenda. Lusi berjalan menghampiri. Tangan kanannya memegang makalah, tas kuliah tersampir di pundak kiri.
Lusi
(Sopan)
Maaf, Pak!
Pak Binsar mendongak, menurunkan kaca mata bacanya ke ujung hidung.
Pak Binsar
Salah apa anda, minta maaf?
Lusi tertawa kecil.
Lusi
Mengganggu Bapak yang lagi sibuk.
Lusi menyodorkan makalah bersampul biru kepada Pak Binsar.
Lusi
Ini revisi tugas saya, Pak.
Pak Binsar
Sudah hasil perenungan?
Lusi
(Ragu)
Ehmm, sudah. Tapi ..., tidak sepenuhnya jujur, Pak.
Pak Binsar melepas kaca matanya, lalu menatap Lusi.
Pak Binsar
Bagaimana?
Lusi
Masalah saya adalah, ehm .... Saya merasa tidak punya bakat apa-apa, Pak. Saya tidak punya hobi yang bisa dijadikan penunjang cita-cita yang saya tulis. Bahkan, rasanya ..., yang saya tulis itu, bukan cita-cita saya, Pak.
Pak Binsar menunjuk pada makalah Lusi.
Pak Binsar
Ini bukan rencana masa depan anda?
Lusi menggeleng.
Lusi
Bukan, Pak. Tapi, itu saya sendiri yang buat.
Pak Binsar mengangguk.
Pak Binsar
Anda masih bingung tentang cita-cita?
Lusi
Saya bahkan tidak pernah berpikir tentang masa depan. Mungkin, karena saya merasa tidak punya bakat apa pun, Pak. Jadi, bagaimana mungkin saya bisa menjawab pertanyaan tentang cita-cita?
Pak Binsar
(Tersenyum)
Saya paham dan saya menghargai kejujuran anda!
Lusi
Saya butuh saran, Pak.
Pak Binsar menatap Lusi beberapa saat.
Pak Binsar
Tidak ada manusia yang tidak diberi kelebihan oleh Tuhan. Anda harus percaya itu! Tugas kita adalah menggalinya dari dalam diri sendiri.
Menggali dan menemukan potensi diri itu adalah sebuah proses, waktunya tidak tentu. Tapi, ada caranya. Cara mudah!
Lusi
Caranya bagaimana, Pak?
Pak Binsar
Simpelnya begini, anda ingat baik-baik, kegiatan apa yang bisa membuat anda betah berlama-lama mengerjakannya. Pasti ada! Tanya itu ke diri sendiri dan jawab dengan jujur!
Hobi mengobrol misalnya, itu pun bisa dikembangkan menjadi skill!
Lusi mengangguk.
Pak Binsar
Anda memilih Ilmu Komunikasi, saudari Lusi. Anda tidak bisa hanya mengandalkan kata-kata tanpa ada sesuatu yang bisa dijual dari anda. Matangkan diri anda pada setidaknya satu skill. Lalu kawinkan dengan kemampuan berkomunikasi. Paham maksud saya?
Lusi
(Bersemangat)
Paham, Pak!
Terima kasih, Pak.
Pak Binsar mengangguk, mengambil pulpen, dan mulai kembali menulis.
Lusi berjalan keluar sambil tersenyum.
CUT TO