FADE OUT
FADE IN
82.EXT.PASAR MALAM-MALAM HARI.
Rini dan Jefri kemudian sudah sampai di sebuah pasar malam. Mereka berdua turun dari sepeda motor.
Rini
Eh, aku tidak menyangka ada pasar malam sekarang.
Jefri
Ayo cepat masuk.
(Memegang tangan Rini.)
Jefri dan Rini kemudian masuk dan mulai berkeliling.
Rini
Aku ditraktir lagi tidak nih.
(Melihat penjual makanan sosis bakar.)
Jefri
Tidak dirimu pasti hanya menghabiskan uangku. Bayar sendiri.
(Melihat Rini.)
Rini
Sudah kuduga dirimu tidak mungkin bertahan lama jadi manusia pasti kembali lagi menjadi monster.
(Melangkahkan kaki meninggalkan Jefri menghampiri penjual sosis.)
Jefri
Kamu jadi beli. Kamu sudah makan banyak tadi. Dasar perut siluman.
(Melangkahkan kaki disamping Rini.)
Rini
Di pasar malam itu terkenal dengan makanan enak-enak. Aku mau beli. Lagipula tadi energi juga terbuang di perjalanan dan kita tadi jalan-jalan juga berkeliling di pasar malam ini.
(Melihat Jefri.)
Jefri
Hanya berkeliling sebentar saja dirimu sudah kelaparan. Cacing di perutmu pasti banyak.
Penjual sosis
Mau pesan kak?
Rini
Iya sosis bakarnya satu ya kak.
(Memeragakan angka satu dengan tangan kanannya.)
Penjual sosis
Ditunggu sebentar ya kak.
Rini
Iya kak.
Penjual sosis
Sosisnya sudah jadi harga total semuanya sepuluh ribu rupiah kak.
Rini
Bentar ya kak.
(Mengeluarkan dompet mencari uang.)
Jefri
Ini kak.
(Mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah dan mengulurkan tangannya kepada penjual sosis.)
Penjual sosis
Terimakasih kak sudah membeli.
Rini
Bukannya kamu tidak mau mentraktir. Kenapa kamu yang membayar?
(Melihat Jefri.)
Jefri
Kelamaan kalau menunggumu mencari uang. Ayo cepat pergi kesana.
(Melangkahkan kaki.)
Rini
Hay tunggu.
(Melangkahkan kaki mengikuti langkah Jefri.)
Jefri
Ramai banget pasar malamnya.
Rini
Iya. Eh ada permainan itu aku mau kesana.
(Menunjuk permainan capit dan menarik tangan Jefri yang berada di depannya sehingga Jefri berbalik badan mengikuti langkah kaki Rini.)
Jefri
Kekanak-kanakkan sekali. Kamu mau main ini. Ini permainanku saat aku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Rini
Ada juga remaja dan orang dewasa yang main permainan ini. Kamunya saja yang acuh dengan keadaan sekitar dan norak. Jangan cerewet aku mau ambil boneka beruang cokelat itu.
(Memasukkan koin dan mulai memainkan capit dengan memperhatikan kearah depan kaca yang berisi boneka.)
Jefri
Iya jangan lama-lama. Cepat kamu mainkan dan ambil.
Rini
Jangan cerewet. Permainan ini butuh konsentrasi. Ah..jatuh kamu sih terlalu berisik.
(Menoleh dari kaca boneka kemudian kearah Jefri.)
Jefri
Kamunya saja yang payah.
Rini
Jangan berisik. Aku mau coba lagi.
(Memasukkan koin dan mulai memainkan capit dengan memperhatikan kearah depan kaca dan berisi boneka.)
Jefri
Ya sudah mainlah. Aku akan diam.
Rini
Kenapa jatuh lagi padahal sudah aku arahkan dengan cepat.
Jefri
Sudah kubilang siluman payah sepertimu tidak cerdas sepertiku tidak mungkin bisa. Aku diam saja buktinya kamu juga masih belum bisa mengambilnya.
Rini
Sudah jangan cerewet tersisa satu koin. Aku akan mencobanya kembali.
(Melihat Jefri dan membuka tangannya berisi satu koin.)
Jefri
Kelamaan..Biar aku saja yang mengambilnya.
(Mengambil koin dari tangan Rini dan memainkan permainan capit.)
Rini
Iya ambil yang itu. Boneka yang itu.
(Menunjuk kaca kearah boneka beruang cokelat.)
Jefri
Tanganmu menghalangi pandanganku. Minggir.
Rini
Dasar monster, iya..iya.. aku minggir.
Jefri
Akhirnya berhasil keluar boneka itu. Lihat aku bisa mengambilnya, tidak sepertimu yang payah.
(Mengambil boneka beruang cokelat dari tempat keluar boneka kemudian memberikan kepada Rini.)
Rini
Iya kali ini aku mengakui kehebatanmu. Terimakasih. Eh disana ada tempat foto.
(Menerima boneka dari Jefri dan kemudian melangkahkan kaki menuju kearah tempat foto.)
Jefri
Hay tunggu.
(Teriak mengikuti langkah Rini.)
Rini
Ayo sini pose bersamaku.
Jefri
Aku tidak suka difoto
Rini
Cerewet sudah sini. Ikuti saja gayaku. Foto itu bukti kenangan kalau aku bersama dengan monster sepertimu
(Menarik tangan Jefri.)
Jefri
Bilang saja kamu ingin foto denganku. Kamu ngfans denganku dari dulu bukan.
Rini
Kepedean. Ayo cepat kita hanya diberikan jatah empat foto dan sudah banyak yang antri di belakang kita.
Jefri dan Rini kemudian berfoto bersama.
Tukang foto
Sudah kak, ini hasilnya bayarnya dua puluh ribu rupiah.
Rini
Ini kak.
(Mengulurkan uang kepada tukang foto.)
Jefri
Jangan pakai uangmu. Pakai uangku saja.
(Mengenggam tangan Rini yang mengeluarkan uang dan mengulurkan uang ditangan satunya kepada tukang foto.)
Tukang foto
Terimakasih. Semoga kalian berbahagia selalu sebagai pasangan kekasih.
Rini
Kami tidak berpacaran.
Jefri
Kami cocok bukan pak
(Memegang pundak Rini dan menatap tukang foto.)
Tukang foto
Cocok sekali.
(Mengacungkan kedua jempol kepada Jefri dan Rini.)
Rini
Apaan sih. Aku pergi
(Menginjak kaki Jefri dan melangkahkan kaki pergi dari tempat foto.)
Jefri
Aduh, hay tunggu.
(Melangkahkan kaki pergi mengikuti Rini yang sedang berjalan sambil mengamati hasil foto mereka berdua.)
Rini
Lihat deh hasil jepretannya lucu sekali. Kamu terlihat seperti monster yang sudah tidak ganas lagi tapi imut.
(Memperlihatkan empat foto yang jadi satu.)
Jefri
Ya ampun mengikuti gayamu terkesan diriku aneh. Sini fotonya.
Rini
Tidak bisa. Biar aku saja yang menyimpannya.
(Menyimpan kedalam tas.)
Jefri
Hay fotoku tadi sangat jelek karena mengikuti posemu. Cepat sini berikan padaku
(Mengulurkan tangan.)
Rini
Tidak mau. Foto ini bukti kenangan bersamamu biar aku yang simpan.
Jefri
Bilang saja kalau dirimu rindu denganku kamu menatap fotoku untuk mengamati ketampananku ini.
Rini
Apaan sih? Eh ada kembang api. Ayo lihat.
(Menarik tangan Jefri untuk melihat kembang api dari jarak dekat.)
Jefri
Kamu menyukai kembang api.
Rini
Iya aku menyukainya. Warnanya berwarna-warni dan indah ketika dipandang menyejukan mata dan hati.
(Menatap langit malam yang bercahaya karena kembang api.)
Jefri
Sepertimu.
(Melihat Rini.)
Rini
Apa? Kamu bicara apa barusan.
(Menatap Jefri.)
Jefri
Bukan apa-apa.
Rini
Sudah jam berapa sekarang? Ya ampun aku harus pulang nanti ayah pasti menungguku lagi. Cepat pergi dari sini.
(Melihat handphone kemudian menarik tangan Jefri dan melangkahkan kaki menuju parkiran sepeda motor.)