Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KETIKA CITA TERBENTUR CINTA
Suka
Favorit
Bagikan
20. Kenangan Bersamamu

FADE OUT

FADE IN

82.EXT.PASAR MALAM-MALAM HARI.

Rini dan Jefri kemudian sudah sampai di sebuah pasar malam. Mereka berdua turun dari sepeda motor.

Rini          

Eh, aku tidak menyangka ada pasar malam sekarang.

Jefri         

Ayo cepat masuk.

(Memegang tangan Rini.)

Jefri dan Rini kemudian masuk dan mulai berkeliling.

Rini          

Aku ditraktir lagi tidak nih.

(Melihat penjual makanan sosis bakar.)

Jefri         

Tidak dirimu pasti hanya menghabiskan uangku. Bayar sendiri.

(Melihat Rini.)

Rini          

Sudah kuduga dirimu tidak mungkin bertahan lama jadi manusia pasti kembali lagi menjadi monster.

(Melangkahkan kaki meninggalkan Jefri menghampiri penjual sosis.)

Jefri         

Kamu jadi beli. Kamu sudah makan banyak tadi. Dasar perut siluman.

(Melangkahkan kaki disamping Rini.)

Rini         

Di pasar malam itu terkenal dengan makanan enak-enak. Aku mau beli. Lagipula tadi energi juga terbuang di perjalanan dan kita tadi jalan-jalan juga berkeliling di pasar malam ini.

(Melihat Jefri.)

Jefri       

Hanya berkeliling sebentar saja dirimu sudah kelaparan. Cacing di perutmu  pasti banyak.

Penjual sosis

Mau pesan kak?

Rini         

Iya sosis bakarnya satu ya kak.

(Memeragakan angka satu dengan tangan kanannya.)

Penjual sosis

Ditunggu sebentar ya kak.

Rini         

Iya kak.

Penjual sosis

Sosisnya sudah jadi harga total semuanya sepuluh ribu rupiah kak.

Rini        

Bentar ya kak.

(Mengeluarkan dompet mencari uang.)

Jefri        

Ini kak.

(Mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah dan mengulurkan tangannya kepada penjual sosis.)    

Penjual sosis

Terimakasih kak sudah membeli.

Rini         

Bukannya kamu tidak mau mentraktir. Kenapa kamu yang membayar?

(Melihat Jefri.)

Jefri        

Kelamaan kalau menunggumu mencari uang. Ayo cepat pergi kesana.

(Melangkahkan kaki.)

Rini         

Hay tunggu.

(Melangkahkan kaki mengikuti langkah Jefri.)

Jefri        

Ramai banget pasar malamnya.

Rini         

Iya. Eh ada permainan itu aku mau kesana.

(Menunjuk permainan capit dan menarik tangan Jefri yang berada di depannya sehingga Jefri berbalik badan mengikuti langkah kaki Rini.)

Jefri       

Kekanak-kanakkan sekali. Kamu mau main ini. Ini permainanku saat aku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Rini         

Ada juga remaja dan orang dewasa yang main permainan ini. Kamunya saja yang acuh dengan keadaan sekitar dan norak. Jangan cerewet aku mau ambil boneka beruang cokelat itu.

(Memasukkan koin dan mulai memainkan capit dengan memperhatikan kearah depan kaca yang berisi boneka.)

Jefri         

Iya jangan lama-lama. Cepat kamu mainkan dan ambil.

Rini          

Jangan cerewet. Permainan ini butuh konsentrasi. Ah..jatuh kamu sih terlalu berisik.

(Menoleh dari kaca boneka kemudian kearah Jefri.)

Jefri         

Kamunya saja yang payah.

Rini         

Jangan berisik. Aku mau coba lagi.

(Memasukkan koin dan mulai memainkan capit dengan memperhatikan kearah depan kaca dan berisi boneka.)

Jefri         

Ya sudah mainlah. Aku akan diam.

Rini         

Kenapa jatuh lagi padahal sudah aku arahkan dengan cepat.

Jefri         

Sudah kubilang siluman payah sepertimu tidak cerdas sepertiku tidak mungkin bisa. Aku diam saja buktinya kamu juga masih belum bisa mengambilnya.

Rini         

Sudah jangan cerewet tersisa satu koin. Aku akan mencobanya kembali.

(Melihat Jefri dan membuka tangannya berisi satu koin.)

Jefri         

Kelamaan..Biar aku saja yang mengambilnya.

(Mengambil koin dari tangan Rini dan memainkan permainan capit.)

Rini          

Iya ambil yang itu. Boneka yang itu.

(Menunjuk kaca kearah boneka beruang cokelat.)

Jefri        

Tanganmu menghalangi pandanganku. Minggir.

Rini        

Dasar monster, iya..iya.. aku minggir.

Jefri        

Akhirnya berhasil keluar boneka itu. Lihat aku bisa mengambilnya, tidak sepertimu yang payah.

(Mengambil boneka beruang cokelat dari tempat keluar boneka kemudian memberikan kepada Rini.)

Rini          

Iya kali ini aku mengakui kehebatanmu. Terimakasih. Eh disana ada tempat foto.

(Menerima boneka dari Jefri dan kemudian melangkahkan kaki menuju kearah tempat foto.)

Jefri          

Hay tunggu.

(Teriak mengikuti langkah Rini.)

Rini         

Ayo sini pose bersamaku.

Jefri        

Aku tidak suka difoto

Rini         

Cerewet sudah sini. Ikuti saja gayaku. Foto itu bukti kenangan kalau aku bersama dengan monster sepertimu

(Menarik tangan Jefri.)

Jefri         

Bilang saja kamu ingin foto denganku. Kamu ngfans denganku dari dulu bukan.

Rini         

Kepedean. Ayo cepat kita hanya diberikan jatah empat foto dan sudah banyak yang antri di belakang kita.

Jefri dan Rini kemudian berfoto bersama.

Tukang foto

Sudah kak, ini hasilnya bayarnya dua puluh ribu rupiah.

Rini        

Ini kak.

(Mengulurkan uang kepada tukang foto.)

Jefri       

Jangan pakai uangmu. Pakai uangku saja.

(Mengenggam tangan Rini yang mengeluarkan uang dan mengulurkan uang ditangan satunya kepada tukang foto.)

Tukang foto

Terimakasih. Semoga kalian berbahagia selalu sebagai pasangan kekasih.

Rini           

Kami tidak berpacaran.

Jefri         

Kami cocok bukan pak

(Memegang pundak Rini dan menatap tukang foto.)

Tukang foto

Cocok sekali.

(Mengacungkan kedua jempol kepada Jefri dan Rini.)           

Rini           

Apaan sih. Aku pergi

(Menginjak kaki Jefri dan melangkahkan kaki pergi dari tempat foto.)

Jefri          

Aduh, hay tunggu.

(Melangkahkan kaki pergi mengikuti Rini yang sedang berjalan sambil mengamati hasil foto mereka berdua.)

Rini           

Lihat deh hasil jepretannya lucu sekali. Kamu terlihat seperti monster yang sudah tidak ganas lagi tapi imut.

(Memperlihatkan empat foto yang jadi satu.)

Jefri          

Ya ampun mengikuti gayamu terkesan diriku aneh. Sini fotonya.

Rini          

Tidak bisa. Biar aku saja yang menyimpannya.

(Menyimpan kedalam tas.)

Jefri          

Hay fotoku tadi sangat jelek karena mengikuti posemu. Cepat sini berikan padaku

(Mengulurkan tangan.)

Rini           

Tidak mau. Foto ini bukti kenangan bersamamu biar aku yang simpan.

Jefri         

Bilang saja kalau dirimu rindu denganku kamu menatap fotoku untuk mengamati ketampananku ini.

Rini           

Apaan sih? Eh ada kembang api. Ayo lihat.

(Menarik tangan Jefri untuk melihat kembang api dari jarak dekat.)

Jefri         

Kamu menyukai kembang api.

Rini         

Iya aku menyukainya. Warnanya berwarna-warni dan indah ketika dipandang menyejukan mata dan hati.

(Menatap langit malam yang bercahaya karena kembang api.)

Jefri         

Sepertimu.

(Melihat Rini.)

Rini         

Apa? Kamu bicara apa barusan.

(Menatap Jefri.)

Jefri        

Bukan apa-apa.

Rini         

Sudah jam berapa sekarang? Ya ampun aku harus pulang nanti ayah pasti menungguku lagi. Cepat pergi dari sini.

(Melihat handphone kemudian menarik tangan Jefri dan melangkahkan kaki menuju parkiran sepeda motor.)

                   

 

 

                        

 

 

 

 

                                 

 

 

 


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar