Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Godwin Agency (script)
Suka
Favorit
Bagikan
34. Part 20

48. INT. GEDUNG LANGIT KACA — SIANG

Cast : River, Sean, Divya, Aaron, 2 gadis, pengunjung gedung. 

Dua hari setelah kasus mereka usai, ada hal lain yang harus diselesaikan. River menghubungi dan meminta sedikit waktunya untuk bertemu. Orang itu setuju—dengan sedikit terpaksa—dan mereka memilih bertemu di tempat favoritnya di kota ini yang juga menjadi tempat River untuk mencari inspirasi.

Pria itu duduk dengan tenang dan menikmati suasana sekelilingnya, memandang obrolan orang yang memberi banyak ekspresi. Sesekali ia mengetik sesuatu di ponselnya dengan senyum yang terpancar dari wajahnya.

River datang, lalu berdiri di samping kursi di hadapan pria itu.

RIVER

Sean G.

SEAN

Rivera Thane? 

River memasang senyum miringnya, lalu duduk tenang menghadapi pemilik janji temunya itu.

RIVER

Ada yang ingin aku bicarakan.

SEAN

Maaf, jika ini tentang Divya, aku benar-benar—

RIVER

Aku yang melakukannya. (memotongku cepat) Divya sama sekali tidak memata-mataimu. Aku yang melakukannya, menyusup ke kamar dan membuka laptopmu. Divya sama sekali tidak mengetahuinya, bahkan mencoba melindungimu, tapi kau malah salah sangka padanya.

Sean hanya terdiam bingung.

River menunjukkan peta dengan titik hijau yang bergerak di layar ponselnya.

RIVER

Divya akan datang beberapa menit lagi.

SEAN

Bagaimana jika kalian bersengkokol? (curiga)

RIVER

Aku dengar kau bisa membaca ekspresi orang dengan baik dan punya mata yang jeli. Jadi, kau bisa memutuskan apakah aku sedang berbohong atau tidak.

River memajukan badan, membiarkan Sean menatap wajahnya lebih detail.

Sean berkedip beberapa kali dengan gugup.

RIVER

Aku yang mengintaimu karena aku butuh data dari laptopmu. Ini bukan tentang naskahmu, tapi hal lain yang sebaiknya tidak kau ketahui. Divya teman baikku dan aku tidak ingin melihatnya sedih.

SEAN

(Mengangguk pelan) Kurasa aku paham perasaanmu.

RIVER

(Tersenyum simpul) Dia menyukaimu dan kudengar kalian nampak akrab sebelum kejadian itu. Jadi, aku ingin memperbaiki keadaan. 

SEAN

Baiklah. (lirih)

RIVER

Kalian masih bisa bersama dan kau tidak perlu mengungkit masalah ini ataupun pertemuan ini. Aku ingin kau menjaganya, walaupun aku tahu dia bisa menjaga kalian berdua lebih baik.

SEAN

(Memandang bingung) Menjaga kami berdua?

RIVER

Apa kau ingin bersama Divya lagi?

SEAN

(Mengerutkan kening) Ya, kurasa aku menyukai dirinya.

RIVER

Bagus. (tersenyum) Sekarang dengarkan aku.

Wajah Sean kembali terfokus pada River, walaupun masih ada kebingungan.

RIVER

Jaga Divya. Aku ingin kalian—dia—bahagia. Tapi jika kau menyakitinya, aku akan menguburmu. Jika aku melihatnya menangis, aku akan menguburmu. Jika aku melihatnya kecewa, aku akan menguburmu. Bahkan jika sampai aku melihatnya murung,.. (memasang senyum prihatinku) Aku akan menguburmu. Kau paham? (ekspresi ramah yang menakutkan)

Sean terdiam kaku selama beberapa saat, mendengar semua ucapan River.

SEAN

Ya. Tapi kau tidak bisa membunuhku dan menguburnya begitu saja. Orang-orang terdekatku pasti akan mengetahui—

RIVER

Aku tidak bilang akan membunuhmu.

SEAN

Ouh,.. (mengatur pandangan) Tapi—

Ucapan Sean tersenti saat River menancapkan sebuah pisau tepat di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya.

RIVER

Bayangkan jika aku meleset.

Sean mengatur nafasnya selama beberapa detik dan hanya memandang pisau yang menancap itu dengan gugup.

SEAN

Kurasa aku tahu maksudmu. (tergagap)

River mencabut pisau dan menyimpannya kembali dengan aman. Ia melihat layar ponselnya sejenak, lalu beranjak meninggalkan mejanya.

RIVER

Divya sudah dekat. Kau beruntung dia masih menyukaimu Aku akan membiarkan kalian bicara berdua untuk memperbaiki keadaan. 

SEAN

Ya, tapi River,.. (ragu) Kau serius dengan ucapanmu?

RIVER

Ya.

SEAN

Maksudku, jika Divya memang menyukaiku?

RIVER

Oh. (tertegun sesaat) Kupikir kau menanyakan tentang aku yang akan menguburmu. Tapi, ya, Divya menyukaimu. (menatap lekat) Apa kau lihat aku berbohong?

SEAN

(Menggeleng) Sejauh ini aku melihat dirimu serius mengatakannya. Termasuk jika aku membuat Divya sedih. 

RIVER

(Tersenyum) Kalau begitu, kau sudah memahaminya. Kudoakan hubungan kalian selalu serasi. Dan kau bisa menjadikan pertemuan ini sebagai inspirasi pada novelmu. Terima kasih kembali!

River melanjutkan kembali langkahnya.

Sean tidak menjawab, entah bingung atau terusik dengan hal lain, yang jelas River tidak ingin mengganggu pikirannya saat ini.

Tak lama kemudian, perempuan yang menjadi pembahasan keduanya itu datang dengan setengah berlari. Ia menuju ke meja Sean G begitu River memberinya isyarat agar melanjutkan langkah dan melewatinya. Tidak ada kata protes, tapi jelas Divya menatap River lekat sambil berlalu. 

AARON

River!

Aaron memanggil sambil melambaikan tangan. Tak lama, ia datang menghampiri dengan dua orang berada di belakangnya.

AARON

Maaf mengganggumu, tapi aku ada janji dengan mereka.

Aaron menunjuk dua gadis yang mengikutinya. Gadis yang sama dengan yang ditunjukannya saat mengancam River dulu.

RIVER

Ada apa, Aaron?

AARON

Tanda tangan.

Aaron menyodorkan dua buku karya River. Ia bahkan langsung menyodorkan pena begitu River mengambil bukunya.

River membuka tutup penanya dan mulai menuliskan nama dua fansnya beserta tanda tangannya. Tak lama, ia mengembalikannya lagi.

Kedua gadis itu nampak senang dan berjalan dengan ceria.

Satu bungkus es krim tersodor di hadapan River, begitu dua bayangannya itu pergi di luar jangkauan suara mereka.

RIVER

Kau berusaha menyogokku?

Aaron hanya nyengir kuda, pura-pura polos.

River menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat tingkah Aaron. Ia menerima es krim dari Aaron dan langsung memakannya.

AARON

Jadi, bagaimana sidangmu?

Aaron mengingat sidang River dengan Godwin semalam sambil menikmati es krim pilihannya sama seperti River.

River menyusun kedua tangan ke depan.

RIVER

Yeah, Eddie punya pengaruh banyak dalam sidang semalam. Dan—

River menarik kalung totem Godwin miliknya, sebagai lanjutan kalimatnya.

AARON

Kau berhasil!

RIVER

Tentu saja. (sedikit menyobongkan diri)

Aaron hanya tertawa kecil mendengar nada River. Ia mengarahkannya untuk duduk di salah satu bangku sambil memandang jalanan depan mereka.

RIVER

Kenapa kau tidak mencoba untuk menjadi Godwin?

AARON

(Senyum tenang) Yeah, itu akan menyenangkan. (menatap River) Tapi aku sudah terbiasa bekerja sendiri. Lagipula, mereka percaya padaku, jadi kita bisa bekerjasama lagi kedepannya.

River menyetujui maksudnya, lagipula Aaron sudah membuktikan peformanya kemarin.

AARON

Ngomong-ngomong soal percaya, Eddie sudah mengatakan alasan kenapa kau tidak mudah percaya dengan orang lain, bahkan temanmu sekalipun.

Perhatian River mengarah pada Aaron, penasaran.

RIVER

Apa yang Eddie bilang?

AARON

Pengkhianatan. (nada serius) Sahabat, teman, rekanmu. Bahkan kau sudah mengalaminya sejak bangku sekolah hingga akademi Godwin. 

River mengarahkan pandangan ke depan sambil menikmati es krimnya yang sudah tinggal setengah.

AARON

Kau trauma.

Tidak ada tanggapan dari River.

AARON

Itu menyakitkan, aku tahu. Tapi tidak semua orang seperti mereka. Kau lihat Divya, Shayla, Eddie, aku! Oke, mungkin aku terlalu cepat. Tapi setidaknya kau lihat bahwa masih ada orang yang akan menjagamu dan kau bisa lebih terbuka. Jangan dipendam sendiri. 

RIVER

Kau ingin memulai sesi konseling sekarang?

AARON

Bukan begitu. Oke, maaf jika itu menyinggungmu. Aku hanya tidak ingin kau terlarut dalam pengalaman burukmu itu. 

RIVER

Aku tidak terlarut dalam pengalaman itu, aku hanya belajar dari pengalaman itu.

AARON

Ya, aku tahu. Tapi setidaknya cobalah santai sedikit dengan dirimu. Berikan sedikit kepercayaan pada teman dekatmu agar kau tidak merasa sendiri.

RIVER

(Tersenyum) Aku sudah melakukannya.

AARON

Pada Divya dan Shayla. Butuh bertahun-tahun bagimu untuk mereka. Tapi cobalah ke orang baru yang kau tahu dia tidak akan menyakitimu. 

RIVER

Ya, aku sudah melakukannya.

River menatap Aaron sebagai maksud kalimatnya barusan.

Aaron terdiam sejenak, dengan posisi membeku.

AARON

Jika wajahku memerah, bunuh aku segera.

River tertawa, lalu melahap bagian terakhir dari es krimnya, mengabaikan wajah Aaron yang mulai merona.

AARON

Oke, cukup dengan sesi curhatnya. Sebagai perayaan atas selesainya kasusku dan diterimanya dirimu menjadi Godwin—lagi—bagaimana jika kita makan malam bersama? 

RIVER

Kau yang masak?

AARON

Tentu saja!

River mengangkat dagu sejenak, berpura-pura memikirkan usulan Aaron.

RIVER

Oke, deal.

AARON

Bagus! Tapi kita perlu mampir untuk belanja.

RIVER

Astaga, aku paling malas belanja.

AARON

Tidak boleh protes!

Aaron menarik tangan River agar mengikuti langkahnya. 

-[G]-

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar