Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
30. Int. Rumah Bagindo Sulaiman. Malam hari
Pemain : Bintang dan Layla
Setting : Di dalam kamar Bintang
Layla mendekati Bintang yang sedang memasukkan berkas-berkas lamaran kerja. Tertulis di amplop depan nama-nama berbagai perusahaan besar di Jakarta.
Layla :
Semoga tak lama lagi kamu mendapatkan panggilan kerja ya, Nak
Bintang :
Doakan saja Mande. Bintang yakin, begitu membaca curriculum vitae Bintang, pasti mereka tertarik
Layla :
Pasti anakku, sekarang tidurlah sudah larut malam
Layla :
Baik Mande (Bintang berkata sambil merapikan buku-buku dan lembaran kertas di atas mejanya)
Layla :
(VO) Bintang, tak salah bila kau menjadi panutan adik-adikmu. Sebagai kakak, kau pantang menyerah dan memiliki kemauan yang keras untuk mencapai cita-citamu. Mande bangga padamu
Cut to
31. Int. Kamar Bintang. Siang hari
Pemain : Layla dan Bintang
Terlihat Bintang sedang duduk fokus membaca buku dengan tangan di atas meja belajarnya.
Layla :
Bintang, makanlah dulu. Dari tadi Mande liat kamu membaca terus sampai lupa sarapan. Sekarang udah siang, pasti perutmu keroncongan (Mande berdiri di depan pintu kamar Bintang yang setengah terbuka)
Bintang :
Iya Mande
Bintang pun menutup bukunya dan berdiri dari kursinya
Cut to
32. Int. Di Meja makan. Siang hari
Pemain : Bintang dan Layla
Terlihat Layla sedang menyusun piring berisi lauk ikan sambel dan semangkuk sayur daun singkong serta tempat nasi di atas meja makan
Bintang sudah duduk di meja makan ditemani Layla. Wajahnya terlihat kurang ceria menatap piring dan lauk yang tersaji
Layla :
Maafkan Mande Bintang, karena tak bisa lagi menyajikan rendang daging kesukaanmu
Bintang :
Lauk ikan sambel juga sudah cukup Mande, kita kan harus berhemat
Layla :
Tapi mengapa wajahmu terlihat murung, Nak?
Bintang :
Mengapa belum ada juga panggilan kerja dari Jakarta untuk Bintang ya Mande.
Layla :
Kamu harus sabar, Bintang. Mencari kerja itu memang tak bisa cepat
Bintang :
Sudah hampir setahun Bintang mengirimkan lamaran ke berbagai perusahaan yang ada di Jakarta, Mande. Tapi kok belum ada satupun yang diterima
Layla :
Sebaiknya makanlah dulu Bintang. Jangan terlalu dipikirkan (Layla menyendokkan nasi dan lauk ke piring Bintang)
Bintang :
Kita lagi butuh banyak biaya Mande. Apalagi Abak sedang sakit. Adik-adik juga butuh biaya sekolah. Siapa yang akan menanggung biaya hidup kita?
Layla :
Tenang saja, Mande kan masih punya tabungan walau sedikit. Lagipula Arman katanya mau kerja di restoran si yanuar buat bantu-bantu
Bintang :
Kasihan Arman, kan sebaiknya lanjut kuliah Mande, bukannya bekerja setamat SMA.
Layla :
Hanya sementara Bintang, sampai kita punya biaya untuk menguliahkan Arman adikmu
Bintang :
Pokoknya kalau nanti Bintang sudah bekerja dengan gaji yang tinggi, semua adik-adik harus bisa kuliah
Layla :
Amin. Pasti Allah mendengar keinginanmu itu, Nak.
Bintang :
Terima kasih Mande, karena selalu memotivasi Bintang.
Layla :
Iya Nak. Teruslah berusaha, Mande yakin kamu akan diterima bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Doa Mande tak akan pernah putus untukmu.
Murung di wajah Bintang pun berganti senyuman. Ia lalu menikmati makan siangnya bersama Mande.
Cut to