Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
06.Int.Di dalam kamar Layla.Malam hari
Pemain : Layla
Setting : Kamar sederhana dengan sebuah kasur, lemari kayu dan mesin jahit di atas meja.
CU : Wajah Layla tengah melamun menatap ke langit kamar sambil berbaring di atas kasurnya.
Layla :
(VO) Andai Abak masih hidup, aku bisa meminta dukungannya. Perjodohan ini pasti tak akan terjadi. Padahal umurku belum 25 tahun
Cut to flash back
07. Int. Di meja makan.Malam hari
Pemain : Layla dan Aini
Setting : Di meja makan 5 tahun lalu. Malam hari
Layla :
Layla sudah lapar Mande
Aini :
Kita tunggulah Abakmu pulang
Layla :
Tapi sudah hampir satu jam kita menunggu Mande
Aini tidak menjawab tapi malah menutup makanan dengan tudung saji. Lalu kembali duduk dengan senyum getir.
Layla :
(VO) Kasihan Mande, baginya makan tanpa Abak rasanya kurang lengkap. Kata Mande ibarat rendang bila bumbunya kurang komplit maka tidak enak. Wajar, karena bertahun-tahun Mande tak pernah makan sendirian tanpa Abak dan dirinya. Tapi sejak Abak menikah lagi, ia semakin jarang makan bersama Mande.
Layla terkenang kembali saat almarhum Abak meminta menikah lagi.
08. Int. Di depan mesin jahit dalam kamar. Malam hari
Pemain : Layla
Layla tengah duduk di depan mesin jahit di pinggir tempat tidurnya.
MS: Layla duduk di depan mesin jahit memegang-megang baju berhiaskan bordir. Disampingnya tergeletak buku pola bordir pemberian Abak.
Layla :
(VO) Kalau kelak sudah menikah nanti, aku ingin membuka butik hasil jahitanku sendiri. Banyak yang bilang suka dengan hasil bordiranku. Tapi entah mengapa beberapa hari ini mata sebelah kananku sering sakit dibawa menjahit.
Cut to
09. Int. Rumah panggung sederhana. Pagi hari
Pemain : Layla dan Aini
Setting : Di ruang tamu dalam sebuah rumah panggung sederhana bertembok batako yang belum di cat
Aini:
Layla, duduklah sini Mande mau bicara
Layla yang sedang berdiri di depan jendela menatap ke halaman depan rumah segera berbalik dan mendekati Layla.
Layla :
Iya Mande ada apa? (Layla sudah duduk di kursi tamu di depan Mande)
Aini :
Begini Layla, Bagindo Sulaiman berterus terang ingin segera melamarmu
Layla :
Kenapa begitu buru-buru Mande? Layla kan belum mengenal Bagindo Sulaiman lebih dekat (ekspresi wajah Layla terkejut)
Aini :
Dia tak ingin berlama-lama menunggu Layla. Kamu harus tahu, bagi lelaki yang sudah lama ditinggal istrinya dalam jangka waktu lama sungguh berat hidup sendiri.
Layla :
Tapi layla belum siap Mande (terisak)
Aini :
Layla, apalagi yang kau tunggu Nak. Bagindo Sulaiman sudah begitu baik pada kita. Dia juga bersedia mengobati matamu untuk di operasi. Kamu masih ingin menjahit bordir kan?
Layla hanya diam menunduk sambil kembali memilin-milin ujung baju kurungnya.
Layla :
(VO) Sepertinya hidupku sudah tak ada pilihan lagi. Adi yang kuharapkan untuk segera menikahiku juga tak ada kabar berita. Mungkin Adi memilih mundur karena tahu Mande tidak suka padanya
Aini :
Bagaimana Layla? Apa kau masih menunggu si tukang pos itu? Mande lihat dia sudah jarang lewat. Untuk apa kau masih mengharapkan dirinya?
Layla :
Bolehkah Layla meminta waktu untuk menjawabnya Mande?
Aini :
Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Kasihan Bagindo Sulaiman harus di suruh menunggu lagi. Matamu juga harus segera di operasi Layla. Mande tidak punya uang untuk membayarnya.
Layla :
(VO) Kayaknya aku harus segera menyusun rencana, agar tidak jadi menikah dengan duda itu.
Aini :
Kamu renungkanlah dulu Layla. Mande mau berangkat kerja ke lapau Bagindo Sulaiman.
Layla mengangguk dan segera menuju kamarnya.
Cut to