Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Giyanti
Suka
Favorit
Bagikan
28. ADEGAN 28
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

LOKASI: Dalam Keraton Yogyakarta — Ruang Singgasana dan Ruang Rahasia

WAKTU: Malam hari setelah pertempuran

VISUAL:

Keraton Yogyakarta di malam hari tampak megah namun penuh ketegangan. Lampu-lampu minyak dan lentera berkelap-kelip di lorong-lorong panjang, bayangan gelap berbaur dengan sinar temaram. Suasana berbeda dari biasanya, terasa penuh waspada dan curiga.

LOKASI: Ruang Singgasana Sultan — Malam

SULTAN HAMENGKUBUWANA I duduk di singgasana dengan raut wajah muram. Beberapa pejabat kerajaan dan penasihatnya berdiri di sekeliling, menunggu arahan.

SULTAN (menghela napas panjang):

"Pertempuran di Giyanti bukan hanya soal senjata dan medan. Ini adalah cermin dari perpecahan hati rakyat dan istana. Aku harus bertindak bijaksana."

PEJABAT 1:

"Yang Mulia, Ki Setra semakin tak terkendali. Rencananya untuk menguasai kerajaan dengan cara apapun semakin jelas."

SULTAN (dengan suara tegas):

"Jika ia hendak menguasai dengan kekerasan, aku harus mencari cara untuk melemahkan pengaruhnya tanpa membuat rakyat semakin terpecah."

PENASIHAT UTAMA:

"Kami punya beberapa mata-mata di lingkaran Ki Setra. Kami bisa mengacaukan rencana dan mengadu domba di antara mereka."

SULTAN (menatap jauh):

"Aku takut, kalau strategi itu membuat perang saudara pecah. Tapi kalau dibiarkan, akan lebih buruk."

LOKASI: Ruang Rahasia Keraton — Beberapa menit kemudian

KI SETRA sedang berdiskusi dengan beberapa pejabat militan yang setia padanya. Mereka merencanakan langkah selanjutnya untuk menundukkan Giyanti dan melemahkan Sultan.

KI SETRA (marah, penuh ambisi):

"Sultan terlalu lemah. Aku akan ambil alih kendali, satu langkah demi satu langkah. Pertempuran baru saja dimulai."

PEJABAT MILITAN 1:

"Kita harus segera mengirim pasukan lebih besar dan menguasai jalur logistik Giyanti."

KI SETRA:

"Tapi jangan sampai Sultan curiga. Kita harus lakukan ini dengan halus, dengan jebakan yang membuatnya terlihat seperti bukan kita."

PEJABAT MILITAN 2:

"Ada juga kabar bahwa beberapa pejabat di Keraton mulai meragukan Ki Setra. Kita harus memastikan mereka tetap diam."

LOKASI: Balai Pertemuan Rahasia — Malam Hari

SRI, RAKA, dan SOMA bersama beberapa tokoh perlawanan bertemu dengan utusan rahasia dari Keraton yang membelot, membawa informasi penting tentang intrik Ki Setra.

SRI (dengan serius):

"Informasi ini sangat berharga. Jika Ki Setra terus berkuasa, kita bukan hanya melawan pasukan, tapi juga pengkhianatan dari dalam."

RAKA:

"Kita harus perkuat aliansi dengan desa-desa sekitar dan juga siap menghadapi kemungkinan pengkhianatan."

SOMA:

"Jangan lupa, Sultan masih bisa jadi kunci perubahan. Kita harus cari cara untuk menjalin komunikasi langsung."

UTUSAN RAHASIA:

"Sultan belum mengetahui sepenuhnya rencana Ki Setra, tapi ia mulai curiga. Kalau kita bisa membantu Sultan mengambil langkah tegas, perlawanan kita bisa lebih kuat."

LOKASI: Ruang Singgasana Sultan — Tengah malam

SULTAN duduk sendiri, memegang surat dan dokumen rahasia. Ia termenung, berjuang dengan keputusan berat.

NARATOR (VO):

"Pemimpin sejati bukan hanya yang memimpin di medan perang, tapi yang mampu mengendalikan diri dan keadaan saat badai melanda."

VISUAL:

Sultan menulis surat rahasia kepada Sri Dewi Arya, sebagai tanda niatnya untuk diam-diam membantu perlawanan rakyat Giyanti.

LOKASI: Balai Desa Giyanti — Dini hari

SRI menerima surat dari utusan rahasia. Wajahnya campur aduk antara haru dan waspada. Ia membacakan surat itu di hadapan para pejuang.

SRI (dengan suara penuh harapan):

"Sultan ingin berdiri bersama kita, tapi secara rahasia. Ini adalah kesempatan langka. Kita harus menjaga amanah ini dengan sebaik-baiknya."

RAKA:

"Ini juga berarti kita harus lebih berhati-hati. Ki Setra pasti akan curiga."

SOMA:

"Kita harus bertindak cepat, perkuat pertahanan dan cari dukungan lebih luas."

LOKASI: Ruang Keraton — Kamar Ki Setra — Tengah malam

KI SETRA menerima laporan dari mata-mata bahwa surat dari Sultan ke Giyanti mungkin sudah bocor. Ia mengamuk.

KI SETRA (berteriak):

"Siapa yang berani mengkhianati aku di dalam istana? Tangkap dan hukum mati! Aku tak akan membiarkan pengkhianat mengganggu rencana besar ini."

PEJABAT MILITAN:

"Kami sedang mencari mereka, Yang Mulia. Namun kita harus waspada, ini bisa membuat Sultan semakin waspada terhadap kita."

LOKASI: Balai Pertemuan Giyanti — Pagi hari berikutnya

SRI, RAKA, dan SOMA menggelar rapat strategis.

SRI:

"Kita harus bergerak cepat, jangan sampai Ki Setra menguasai Keraton dan menekan Sultan. Kita akan kirim utusan khusus untuk berkomunikasi langsung dengan Sultan."

RAKA:

"Aku dan Soma akan memimpin misi itu. Kita harus hati-hati, ini sangat berbahaya."

SOMA:

"Tapi ini satu-satunya cara untuk mendapatkan dukungan penuh dari Keraton."

VISUAL PENUTUP ADEGAN:

Para pejuang bersiap dengan perlengkapan dan dokumen rahasia. Suasana penuh ketegangan, namun juga harapan. Kamera menyorot wajah Sri yang penuh tekad, menandai babak baru perjuangan.

NARATOR (VO):

"Ketika api perlawanan bertemu intrik istana, hanya keberanian dan kepercayaan yang bisa menyatukan mereka. Perjuangan Giyanti belum selesai, malah baru saja dimulai."

FADE OUT.

[AKHIR ADEGAN 28]

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)