Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
LOKASI: Dalam Keraton Yogyakarta — Ruang Singgasana dan Ruang Rahasia
WAKTU: Malam hari setelah pertempuran
VISUAL:
Keraton Yogyakarta di malam hari tampak megah namun penuh ketegangan. Lampu-lampu minyak dan lentera berkelap-kelip di lorong-lorong panjang, bayangan gelap berbaur dengan sinar temaram. Suasana berbeda dari biasanya, terasa penuh waspada dan curiga.
LOKASI: Ruang Singgasana Sultan — MalamSULTAN HAMENGKUBUWANA I duduk di singgasana dengan raut wajah muram. Beberapa pejabat kerajaan dan penasihatnya berdiri di sekeliling, menunggu arahan.
SULTAN (menghela napas panjang):
"Pertempuran di Giyanti bukan hanya soal senjata dan medan. Ini adalah cermin dari perpecahan hati rakyat dan istana. Aku harus bertindak bijaksana."
PEJABAT 1:
"Yang Mulia, Ki Setra semakin tak terkendali. Rencananya untuk menguasai kerajaan dengan cara apapun semakin jelas."
SULTAN (dengan suara tegas):
"Jika ia hendak menguasai dengan kekerasan, aku harus mencari cara untuk melemahkan pengaruhnya tanpa membuat rakyat semakin terpecah."
PENASIHAT UTAMA:
"Kami punya beberapa mata-mata di lingkaran Ki Setra. Kami bisa mengacaukan rencana dan mengadu domba di antara mereka."
SULTAN (menatap jauh):
"Aku takut, kalau strategi itu membuat perang saudara pecah. Tapi kalau dibiarkan, akan lebih buruk."
LOKASI: Ruang Rahasia Keraton — Beberapa menit kemudianKI SETRA sedang berdiskusi dengan beberapa pejabat militan yang setia padanya. Mereka merencanakan langkah selanjutnya untuk menundukkan Giyanti dan melemahkan Sultan.
KI SETRA (marah, penuh ambisi):
"Sultan terlalu lemah. Aku akan ambil alih kendali, satu langkah demi satu langkah. Pertempuran baru saja dimulai."
PEJABAT MILITAN 1:
"Kita harus segera mengirim pasukan lebih besar dan menguasai jalur logistik Giyanti."
KI SETRA:
"Tapi jangan sampai Sultan curiga. Kita harus lakukan ini dengan halus, dengan jebakan yang membuatnya terlihat seperti bukan kita."
PEJABAT MILITAN 2:
"Ada juga kabar bahwa beberapa pejabat di Keraton mulai meragukan Ki Setra. Kita harus memastikan mereka tetap diam."
LOKASI: Balai Pertemuan Rahasia — Malam HariSRI, RAKA, dan SOMA bersama beberapa tokoh perlawanan bertemu dengan utusan rahasia dari Keraton yang membelot, membawa informasi penting tentang intrik Ki Setra.
SRI (dengan serius):
"Informasi ini sangat berharga. Jika Ki Setra terus berkuasa, kita bukan hanya melawan pasukan, tapi juga pengkhianatan dari dalam."
RAKA:
"Kita harus perkuat aliansi dengan desa-desa sekitar dan juga siap menghadapi kemungkinan pengkhianatan."
SOMA:
"Jangan lupa, Sultan masih bisa jadi kunci perubahan. Kita harus cari cara untuk menjalin komunikasi langsung."
UTUSAN RAHASIA:
"Sultan belum mengetahui sepenuhnya rencana Ki Setra, tapi ia mulai curiga. Kalau kita bisa membantu Sultan mengambil langkah tegas, perlawanan kita bisa lebih kuat."
LOKASI: Ruang Singgasana Sultan — Tengah malamSULTAN duduk sendiri, memegang surat dan dokumen rahasia. Ia termenung, berjuang dengan keputusan berat.
NARATOR (VO):
"Pemimpin sejati bukan hanya yang memimpin di medan perang, tapi yang mampu mengendalikan diri dan keadaan saat badai melanda."
VISUAL:
Sultan menulis surat rahasia kepada Sri Dewi Arya, sebagai tanda niatnya untuk diam-diam membantu perlawanan rakyat Giyanti.
LOKASI: Balai Desa Giyanti — Dini hariSRI menerima surat dari utusan rahasia. Wajahnya campur aduk antara haru dan waspada. Ia membacakan surat itu di hadapan para pejuang.
SRI (dengan suara penuh harapan):
"Sultan ingin berdiri bersama kita, tapi secara rahasia. Ini adalah kesempatan langka. Kita harus menjaga amanah ini dengan sebaik-baiknya."
RAKA:
"Ini juga berarti kita harus lebih berhati-hati. Ki Setra pasti akan curiga."
SOMA:
"Kita harus bertindak cepat, perkuat pertahanan dan cari dukungan lebih luas."
LOKASI: Ruang Keraton — Kamar Ki Setra — Tengah malamKI SETRA menerima laporan dari mata-mata bahwa surat dari Sultan ke Giyanti mungkin sudah bocor. Ia mengamuk.
KI SETRA (berteriak):
"Siapa yang berani mengkhianati aku di dalam istana? Tangkap dan hukum mati! Aku tak akan membiarkan pengkhianat mengganggu rencana besar ini."
PEJABAT MILITAN:
"Kami sedang mencari mereka, Yang Mulia. Namun kita harus waspada, ini bisa membuat Sultan semakin waspada terhadap kita."
LOKASI: Balai Pertemuan Giyanti — Pagi hari berikutnyaSRI, RAKA, dan SOMA menggelar rapat strategis.
SRI:
"Kita harus bergerak cepat, jangan sampai Ki Setra menguasai Keraton dan menekan Sultan. Kita akan kirim utusan khusus untuk berkomunikasi langsung dengan Sultan."
RAKA:
"Aku dan Soma akan memimpin misi itu. Kita harus hati-hati, ini sangat berbahaya."
SOMA:
"Tapi ini satu-satunya cara untuk mendapatkan dukungan penuh dari Keraton."
VISUAL PENUTUP ADEGAN:Para pejuang bersiap dengan perlengkapan dan dokumen rahasia. Suasana penuh ketegangan, namun juga harapan. Kamera menyorot wajah Sri yang penuh tekad, menandai babak baru perjuangan.
NARATOR (VO):
"Ketika api perlawanan bertemu intrik istana, hanya keberanian dan kepercayaan yang bisa menyatukan mereka. Perjuangan Giyanti belum selesai, malah baru saja dimulai."
FADE OUT.
[AKHIR ADEGAN 28]