Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Giyanti
Suka
Favorit
Bagikan
27. ADEGAN 27
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

LOKASI: Pinggiran hutan dekat Desa Giyanti — Pagi hari

WAKTU: Beberapa jam setelah fajar

VISUAL:

Kabut pagi masih menggantung rendah di antara pepohonan. Suara burung hutan terdengar samar, namun suasana penuh ketegangan. Pasukan Giyanti berbaris rapi, mengenakan pakaian sederhana tapi dengan senjata tajam: keris, tombak, dan panah. Sri, Raka, dan Soma berada di depan, memimpin pasukan.

SRI (berbisik pada Raka dan Soma):

"Hari ini adalah ujian pertama kita. Kita tidak boleh kalah, bukan hanya untuk kita, tapi untuk seluruh rakyat Giyanti."

RAKA:

"Musuh mungkin lebih banyak dan berlatih, tapi kita punya semangat dan pengetahuan medan."

SOMA:

"Kita harus pastikan serangan mendadak, buat mereka terkejut dan kacau."

VISUAL:

Mereka bersembunyi di balik semak dan pepohonan, menunggu momen yang tepat. Di kejauhan, tampak pasukan Keraton dengan baju besi dan senjata lengkap mulai bergerak menuju desa.

SRI (mengangkat tangan):

"Siap semua? Ingat, jangan sampai kita panik. Fokus pada sasaran utama dan lindungi rakyat."

PASUKAN (serempak):

"Siap, Sri Dewi Arya!"

VISUAL:

Pasukan Keraton mulai memasuki area perbatasan desa. Mereka mengatur formasi dengan disiplin militer. Ki Setra, yang memimpin pasukan tersebut, mengawasi dengan tatapan dingin dan penuh strategi.

KI SETRA (berbicara pada pasukannya):

"Jangan beri mereka kesempatan. Hancurkan pemberontakan ini sebelum menyebar ke wilayah lain."

LOKASI: Tengah Hutan — Suara Tembakan Panah dan Keris Bertemu

VISUAL:

Serangan pasukan Giyanti tiba-tiba menerjang dengan panah-panah yang tepat sasaran. Suara keris beradu dengan pedang berbunyi keras. Para pejuang bertarung dengan gigih, saling melindungi dan menutupi posisi.

SRI (berteriak):

"Jangan mundur! Pertahankan posisi! Kita berjuang bukan hanya dengan senjata, tapi dengan jiwa kita!"

RAKA (sambil menebas musuh):

"Tembak lebih banyak panah! Buat mereka takut!"

SOMA (mengawasi dari tepi hutan):

"Lawan di kanan! Ada pasukan berkuda yang mendekat!"

VISUAL:

Pasukan berkuda Keraton mulai menyerang dari samping, mencoba mengepung pasukan Giyanti. Beberapa prajurit Giyanti terdesak, tapi mereka tetap bertahan.

LOKASI: Dalam Keraton Yogyakarta — Ruang Rahasia Ki Setra

KI SETRA (marah, melempar peta ke meja):

"Ini belum selesai! Aku tidak akan membiarkan Sri Dewi Arya dan para pengikutnya merebut wilayah ini!"

PEJABAT 2:

"Bagaimana dengan Sultan? Apakah beliau mengetahui kekalahan ini?"

KI SETRA (sinis):

"Sultan? Beliau terlalu lemah untuk memahami ini. Aku harus ambil alih kendali secara diam-diam."

LOKASI: Pinggiran Hutan — Pertempuran Makin Sengit

VISUAL:

Pertempuran berlangsung brutal. Beberapa prajurit Giyanti terluka dan jatuh, namun semangat mereka tidak surut. Sri memimpin barisan depan, membela dengan gagah.

SRI (teriak pada pasukan):

"Jangan biarkan mereka melewati benteng terakhir kita! Untuk Giyanti dan kemerdekaan!"

RAKA (menangkap pedang musuh dan membalas):

"Ini tanah kami! Kalian tidak akan menguasainya!"

VISUAL:

Salah satu prajurit Giyanti, yang ternyata adalah mata-mata Ki Setra, mulai bergerak diam-diam ke arah Sri. Ia mengangkat keris, siap menusuk. Namun tiba-tiba Raka melihat gerak-geriknya.

RAKA (teriak):

"Pengkhianat!"

VISUAL:

Raka menangkis serangan mata-mata itu, terjadi duel sengit antara keduanya. Mata-mata itu akhirnya berhasil ditangkap dan dibawa ke Sri.

LOKASI: Tengah Pertempuran — Dekat Sri

SRI (dengan suara dingin pada mata-mata):

"Mengapa kau mengkhianati kami? Untuk uang? Atau karena takut pada Ki Setra?"

MATA-MATA (terengah, takut):

"Aku tak punya pilihan. Ki Setra ancam keluargaku. Maafkan aku..."

SRI (menatap tajam):

"Kepercayaan adalah kekuatan kita. Kau harus membayar harga atas pengkhianatan ini."

VISUAL:

Sri memerintahkan prajurit untuk mengawal mata-mata itu. Namun, ia menunjukkan sikap adil dan menahan amarah, menandakan kepribadian pemimpin yang tegas namun berperikemanusiaan.

LOKASI: Akhir Pertempuran — Hutan Mulai Tenang

VISUAL:

Pasukan Keraton mundur dengan sisa kekuatan, meninggalkan banyak korban. Pasukan Giyanti berdiri tegap meski lelah dan terluka. Raka mengangkat tangan memberi tanda kemenangan.

SRI (bernafas berat, berbicara pada pasukan):

"Hari ini kita menang bukan hanya dengan senjata, tapi dengan hati. Kita harus siap menghadapi pertempuran yang lebih besar."

SOMA:

"Ini baru permulaan. Ki Setra tidak akan berhenti."

LOKASI: Ruang Singgasana Sultan — Malam Hari

SULTAN HAMENGKUBUWANA I duduk termenung, wajah penuh beban. Di sampingnya, seorang penasihat berbisik pelan.

SULTAN (berkata pelan):

"Ki Setra telah mengambil jalan gelap. Ini akan menjadi ujian berat bagi kita semua."

PENASIHAT:

"Kita perlu menyusun strategi baru. Sultan harus bisa meredam konflik tanpa memecah belah kerajaan."

SULTAN (mengangguk pelan):

"Aku tidak ingin perang saudara. Namun, jika jalan itu tak terhindarkan, aku akan berdiri bersama rakyat."

VISUAL:

Sultan menatap jauh ke luar jendela, wajahnya menunjukkan dilema seorang pemimpin yang harus memilih antara kesetiaan, kekuasaan, dan keadilan.

NARATOR (VO):

"Dalam medan pertempuran, darah mengalir, tapi keputusan yang diambil dalam keheningan istana bisa mengubah nasib sebuah kerajaan."

FADE OUT.

[AKHIR ADEGAN 27]

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)