Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Giyanti
Suka
Favorit
Bagikan
26. ADEGAN 26
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

LOKASI: Desa Giyanti — Senja

WAKTU: Beberapa jam setelah upacara sumpah di Keraton Yogyakarta

VISUAL:

Desa Giyanti yang tampak tenang di bawah langit jingga senja. Namun di balik ketenangan itu, api semangat perlahan mulai berkobar. Beberapa warga berkumpul di sebuah balai desa sederhana, wajah mereka penuh kecemasan dan tekad.

SRI, RAKA, dan SOMA berdiri di tengah-tengah kerumunan, yang terdiri dari petani, prajurit desa, dan warga biasa. Semua memandang dengan penuh harap.

SRI (berdiri di atas panggung kayu, suara penuh semangat):

"Kita tidak bisa menyerah pada tekanan dari Keraton dan Kompeni! Mereka mengira dengan sumpah palsu dan janji manis kita akan tunduk, tapi kita tahu jalan kita. Kita akan berjuang demi Giyanti, demi kemerdekaan kita!"

KERUMUNAN (berteriak, menyemangati):

"Merdeka! Merdeka! Merdeka!"

RAKA (mengangkat tangan, menyuruh tenang):

"Ini bukan hanya soal berani berperang. Kita harus cerdas. Perang tanpa strategi hanya akan membawa kehancuran."

SOMA (mengeluarkan peta dan menggambarkan rute pergerakan musuh):

"Pasukan Kompeni dan Keraton akan menyerbu dari utara dan timur. Tapi mereka tidak tahu betapa kita mengenal setiap sudut desa ini. Kita bisa memanfaatkan hutan dan sungai sebagai benteng alami."

SRI (mengangguk):

"Ini saatnya kita bersatu. Bukan hanya dengan senjata, tapi juga dengan hati. Rakyat harus percaya, bahwa kita bisa mengubah nasib kita."

VISUAL:

Wajah-wajah warga berubah dari takut menjadi penuh keyakinan. Anak-anak berlarian sambil membawa panji kecil, para wanita menyiapkan makanan dan obat-obatan, pria-pria menajamkan senjata tradisional.

LOKASI: Ruang Rahasia di Balai Desa — Malam hari

SRI, RAKA, dan SOMA duduk membahas strategi di sebuah ruang kecil. Di meja terdapat beberapa peta, gulungan surat, dan beberapa alat komunikasi sederhana.

SOMA:

"Kita perlu menghubungi kelompok-kelompok perlawanan di desa-desa sekitar. Jika mereka bersatu, kita punya peluang besar menahan serangan."

RAKA:

"Aku akan kirim utusan malam ini. Mereka harus tahu, kita sudah mulai bergerak."

SRI:

"Kita juga harus waspada terhadap mata-mata Keraton. Ki Setra pasti sudah curiga."

RAKA:

"Aku akan buat jebakan. Kita bisa manfaatkan keraguan mereka."

VISUAL:

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar ruangan. Seorang pria berjubah gelap masuk dengan wajah serius.

PRIA BERJUBAH GELAP:

"Saya membawa kabar dari Keraton. Ki Setra berencana mengirim pasukan khusus malam ini untuk menangkap kalian."

SRI (tenang tapi tegas):

"Mereka meremehkan kami. Tapi ini justru kesempatan untuk menunjukkan kekuatan kita."

PRIA BERJUBAH GELAP:

"Aku bisa bantu kalian. Ada beberapa orang dalam Keraton yang tidak setuju dengan Ki Setra. Mereka ingin perubahan."

SOMA (tersenyum tipis):

"Kita bisa gunakan bantuan itu. Tapi jangan sampai kita jadi alat mereka."

LOKASI: Gerbang Desa Giyanti — Tengah malam

Utusan dari Raka berlari kencang membawa surat ke desa tetangga, diiringi bayangan-bayangan gelap yang mengikuti dari kejauhan.

VISUAL:

Kamera mengikuti utusan melewati hutan lebat, melewati sungai berliku, dan ladang yang mulai gelap. Ketegangan terasa kental, suara langkah kaki dan napas terengah-engah memenuhi suasana.

LOKASI: Ruang Sidang Keraton — Malam yang sama

KI SETRA duduk di meja besar dengan beberapa pejabat lainnya. Wajahnya marah, penuh perhitungan.

KI SETRA:

"Mereka mulai bergerak. Jika kita tidak segera bertindak, seluruh Mataram akan terbakar oleh pemberontakan Giyanti."

PEJABAT 1:

"Apa kita harus mengirim pasukan elite? Atau lebih baik menggunakan mata-mata untuk membongkar jaringan mereka?"

KI SETRA (dengan suara dingin):

"Kita lakukan keduanya. Namun jangan sampai Sultan mengetahui semua rencana ini. Ini saatnya kita ambil alih kendali."

LOKASI: Hutan Dekat Desa Giyanti — Fajar

SRI, RAKA, dan SOMA memimpin sekelompok pejuang bergerak dengan hati-hati melewati pepohonan. Mereka berhenti saat mendengar suara langkah pasukan musuh di kejauhan.

SRI (berbisik):

"Kita sudah siap. Ini saatnya membalas apa yang telah mereka lakukan."

RAKA:

"Jangan ada yang ragu. Ini bukan hanya perang senjata, tapi perang jiwa."

SOMA:

"Bersiaplah, serangan akan datang kapan saja."

VISUAL:

Kamera menyorot wajah penuh tekad para pejuang, dari yang muda hingga yang sudah beruban, semuanya bersatu dalam satu tujuan: mempertahankan tanah dan martabat mereka.

NARATOR (VO):

"Ketika api perlawanan menyala di hati yang tertindas, tak ada kekuatan yang mampu memadamkannya. Giyanti bukan sekadar tempat, tapi simbol keberanian yang akan dikenang sepanjang masa."

FADE OUT.

[AKHIR ADEGAN 26]

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)