Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ADEGAN 5: Pertarungan Terakhir di Jantung Markas Obsidian
Lokasi: Lorong Utama Markas Obsidian, Tengah Malam
---
INT. LORONG MARKAS OBISDIAN – MALAM
Aidan dan Sarah berlari sejauh mungkin, menghindari pasukan yang mengejar mereka. Pintu-pintu besar terbuka dengan suara gemuruh, menambah ketegangan suasana yang semakin mencekam. Lampu di sepanjang lorong berkedip, menciptakan bayangan yang bergerak dengan cepat di dinding beton yang dingin.
AIDAN
(dengan napas terengah)
Kita harus cepat. Kalau mereka mengepung kita di sini, kita tidak akan bisa keluar.
SARAH
(berusaha tetap tenang, tetapi ketegangan jelas terlihat di wajahnya)
Aku tahu. Kita harus sampai ke ruang utama sebelum pasukan itu datang. Kita butuh jalan keluar.
Mereka berlari lebih cepat, kaki mereka menghantam lantai beton dengan keras. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang menggema di belakang mereka. Beberapa penjaga bersenjata lengkap muncul di ujung lorong, menutup jalan mereka. Mereka berhenti di tengah-tengah lorong, siap menyerang.
PEMIMPIN PENJAGA
(dengan suara tegas)
Kamu tidak akan keluar hidup-hidup dari sini, Aidan Hale.
Aidan dan Sarah berhenti sejenak, bersiap. Dalam beberapa detik, situasi menjadi sangat tegang. Aidan memandang Sarah, memberi isyarat untuk siap bertarung. Di dalam dirinya, ia tahu bahwa tidak ada jalan lain selain berjuang untuk hidupnya.
AIDAN
(berbisik, penuh determinasi)
Jika kita jatuh di sini, mereka akan menang. Tapi kita tidak bisa biarkan itu terjadi.
SARAH
(dengan suara keras, menantang)
Kita akan bertarung sampai akhir!
PEMIMPIN PENJAGA
(melangkah maju, mendekati mereka dengan senyum jahat)
Kau pikir kamu bisa melawan kita semua? Kami lebih kuat dan lebih siap. Lihat saja apa yang akan terjadi padamu.
Aidan segera mengambil senjatanya dan mengarahkannya ke penjaga pertama yang muncul. Begitu senjata itu terlepas, sebuah tembakan keras terdengar, memecah keheningan. Penjaga pertama jatuh ke tanah, terluka parah. Namun, lebih banyak penjaga lainnya muncul, bersiap untuk melawan.
AIDAN
(teriak sambil menembak)
Sarah, kita harus berpencar!
SARAH
(berlari cepat, menghindari tembakan yang datang)
Aku ke kiri!
Mereka berpisah, Aidan bergerak ke kanan dan melindungi Sarah dari tembakan yang datang. Aidan melepaskan beberapa tembakan lagi dengan presisi tinggi, membuat beberapa penjaga mundur. Namun, jumlah mereka semakin banyak, dan Aidan merasa semakin terpojok.
AIDAN
(sambil berlari, berteriak)
Kita harus ke ruang kontrol utama! Itu satu-satunya jalan keluar!
Aidan menembak lagi, membuat salah satu penjaga terjatuh. Sarah berlari ke arah yang berbeda, menggiring beberapa penjaga menjauh dari Aidan. Mereka bekerja sama, menghindari jebakan dan melawan dengan segenap kekuatan yang mereka miliki.
SARAH
(melompat ke belakang dinding, menembak dari balik perlindungan)
Aidan! Ke kiri! Ada ruangan di sana!
Aidan mengangguk dan berlari ke arah Sarah. Mereka bergerak cepat, terus menghindari tembakan yang semakin banyak, sementara di belakang mereka terdengar suara lengkingan senjata dan jeritan. Setelah beberapa detik, mereka tiba di pintu ruang kontrol utama.
AIDAN
(menghela napas, cemas)
Ini dia. Kita harus mengakses sistem mereka.
Aidan dengan cepat memasukkan alat hackingnya ke dalam terminal komputer di pintu ruang kontrol. Suara detik-detik yang memekakkan telinga terdengar semakin kencang, hingga akhirnya pintu terbuka dengan suara berderit.
SARAH
(terengah-engah, penuh harap)
Ayo! Kita punya sedikit waktu lagi.
Aidan melangkah masuk terlebih dahulu, diikuti oleh Sarah. Begitu mereka masuk ke ruang kontrol utama, mereka disambut oleh pemandangan komputer-komputer besar yang menampilkan berbagai data dan informasi. Di tengah ruangan, ada seorang ilmuwan yang sedang bekerja dengan cepat di depan layar utama.
ILMUNAN
(tanpa menoleh, suara tegang)
Kau akhirnya datang, Aidan. Kami sudah menunggu.
AIDAN
(terkejut, dengan nada tajam)
Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?
ILMUNAN
(berbalik, tersenyum dingin)
Aku adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Sebuah rencana yang sudah jauh lebih mendalam daripada yang kau bayangkan. Ini semua sudah diprediksi.
Aidan menggeram, menyiapkan senjatanya untuk menyerang, tetapi ilmuwan itu dengan cepat menarik sebuah remote kecil dari sakunya dan menekan tombol. Seketika, layar utama menunjukkan gambar yang mengerikan—tubuh manusia yang sedang diuji dengan teknologi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Itu adalah rencana terakhir dari Proyek Obsidian—sebuah ciptaan yang lebih kuat, lebih tahan terhadap segala bentuk serangan, dan lebih cepat dari manusia biasa.
SARAH
(melihat layar dengan ngeri)
Ini... ini lebih dari sekadar eksperimen. Mereka mencoba menciptakan monster!
ILMUNAN
(dengan suara rendah, penuh keyakinan)
Tidak, Sarah. Mereka bukan monster. Mereka adalah masa depan. Masa depan yang kalian takkan pernah pahami. Kami akan mengubah dunia ini dengan kekuatan yang tak bisa dihentikan. Semua yang lemah akan musnah. Hanya yang kuat yang akan bertahan.
AIDAN
(dengan tegas, marah)
Aku tidak akan membiarkanmu merusak dunia ini dengan ambisimu!
Tanpa peringatan, Aidan melompat ke arah ilmuwan itu, menembakkan senjatanya tepat ke arah layar komputer. Ledakan besar terjadi, merusak sistem yang ada. Ilmuwan itu berteriak kesakitan dan terjatuh ke lantai, sementara Sarah berlari menuju panel kontrol utama untuk menghentikan eksperimen.
SARAH
(mencoba mematikan sistem)
Aku perlu waktu untuk mematikan semuanya. Ini akan menghentikan proyek ini selamanya!
Aidan berlari ke arah Sarah, melindunginya dari serangan yang datang. Tembakan-tembakan terus berdatangan dari arah pintu masuk yang sudah dipenuhi penjaga. Aidan menembak balik dengan presisi tinggi, sementara Sarah semakin cepat mengakses terminal untuk mematikan eksperimen.
AIDAN
(dengan suara berbisik, penuh tekanan)
Kita tidak punya banyak waktu.
SARAH
(berusaha keras, tegang)
Aku hampir selesai!
Ketegangan semakin meningkat saat Sarah akhirnya berhasil mengunci seluruh sistem, menghentikan eksperimen yang sedang berlangsung. Tapi, saat itu juga, pintu besar ruang kontrol terbuka lebar.
PEMIMPIN PENJAGA
(dengan suara dingin)
Sudah terlambat, Aidan. Kami sudah menunggu kalian.
Aidan menatap Sarah, dan dengan tekad bulat, dia tahu bahwa ini adalah momen terakhir.
AIDAN
(kepada Sarah, dengan suara penuh keyakinan)
Kita selesaikan ini, Sarah.
Dengan berani, mereka melangkah maju, siap untuk menghadapi apa pun yang datang.
---
CUT TO BLACK