Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ADEGAN 2: Pintu Masuk yang Tertutup
Lokasi: Gudang Tua, pusat kota
---
INT. GUDANG TUA – MALAM
Aidan dan Sarah tiba di sebuah gudang besar yang tampak terbengkalai, dikelilingi oleh tembok-tembok bata yang telah rusak oleh waktu. Lampu neon yang berkedip-kedip di sudut ruangan menciptakan suasana yang suram dan penuh ketegangan. Ruang ini terasa kosong, sunyi, dan sangat besar. Di tengah-tengah ruang tersebut, sebuah pintu besi besar terpasang rapat, seolah menunggu untuk dibuka.
Aidan berjalan maju, mata terfokus pada pintu besar itu. Sarah mengikuti di belakangnya, tangannya terus memegang perangkat kecil di tangannya.
AIDAN
(memperhatikan pintu besi)
Ini pintu masuknya?
SARAH
(melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang melihat)
Ya. Tapi kamu harus hati-hati. Ini bukan hanya gudang. Di sini ada banyak informasi tentang Obsidian. Kita perlu mengakses komputer utama di dalam.
Aidan mengangguk. Meskipun ekspresinya tenang, di dalam dirinya terasa kegelisahan. Dia tahu apa yang ada di depan mereka bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata. Mereka melangkah semakin dekat ke pintu besar itu.
Aidan mengeluarkan perangkat pemecah kode dari dalam tasnya. Dia mulai mengetik dengan cepat, mencoba mengakses sistem keamanan pintu tersebut.
AIDAN
(mengecek layar perangkat)
Sudah lebih dari dua minggu sejak kita mendapatkan informasi tentang gudang ini. Kalau data ini benar, Obsidian menyembunyikan segala sesuatunya di sini.
SARAH
(serius)
Iya, dan kita perlu data itu, Aidan. Ini tentang siapa yang ada di balik organisasi itu, dan bagaimana mereka bergerak. Kita bisa menghentikan mereka jika kita tahu lebih banyak.
Sambil berbicara, Aidan berhasil menghubungkan perangkatnya ke sistem keamanan gudang. Suara derak terdengar ketika kunci pintu elektronik mulai terbuka.
AIDAN
(tersenyum tipis)
Sistemnya lebih mudah daripada yang kupikirkan.
SARAH
(dengan nada khawatir)
Itu terlalu mudah. Jangan pernah anggap remeh, Aidan. Mereka pasti sudah mengantisipasi hal seperti ini.
Pintu besi yang besar itu akhirnya terbuka dengan suara keras yang menggema di seluruh gudang. Mereka melangkah masuk dengan hati-hati, menutup pintu dengan gesit. Begitu berada di dalam, ruangan itu terungkap penuh dengan rak-rak komputer dan layar besar yang menyala. Layar-layar itu menampilkan data dan informasi yang tampaknya sangat berharga.
AIDAN
(terkejut)
Kita benar-benar menemukan markas mereka, ya?
SARAH
(berbisik)
Ya. Data ini bisa membongkar segalanya. Semua operasi mereka.
Aidan langsung menuju ke meja utama yang berisi komputer besar. Dia membuka perangkat keras kecil yang dibawanya untuk menghubungkan ke sistem utama, tetapi begitu dia menyentuh keyboard, layar komputer langsung menyala dengan cepat, menampilkan barisan kode yang bergerak sangat cepat.
AIDAN
(berbisik)
Kita hampir selesai, Sarah. Ini dia, data yang kita cari.
Namun, tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar keras, menggema di seluruh ruang kosong gudang itu. Aidan menoleh cepat, dan matanya bertemu dengan mata Sarah yang penuh kekhawatiran. Mereka berdua tahu apa yang itu artinya.
AIDAN
(berbisik dengan tegas)
Mereka sudah datang.
Sarah segera melangkah mundur, bersembunyi di balik tumpukan barang di sudut ruangan. Aidan tetap fokus pada layar komputer, berusaha untuk mengunduh sebanyak mungkin data sebelum mereka ditemukan. Namun, saat itu juga, suara alarm menggema keras, menandakan bahwa sistem telah terdeteksi.
SARAH
(panik)
Aidan, kita butuh waktu! Mereka pasti sudah tahu kita di sini!
AIDAN
(berusaha tetap tenang)
Beberapa detik lagi, Sarah. Aku bisa melakukannya.
Di luar ruangan, suara pintu besi terbuka, dan pasukan bersenjata lengkap masuk, mengenakan pakaian hitam dengan masker yang menutupi wajah mereka. Aidan dapat mendengar suara perintah yang datang dari salah satu pemimpin pasukan, tetapi dia tidak bisa berhenti sekarang.
AIDAN
(sambil berusaha mengakses lebih dalam)
Aku akan pastikan kita punya data ini, Sarah. Kita harus melawan.
Tapi, sebelum Aidan bisa menyelesaikan pengunduhan, suara tembakan yang keras menggema, menghancurkan kesunyian sejenak. Tembakan itu hampir mengenai mereka berdua, menghantam tembok di dekatnya. Sarah melompat mundur, menendang meja kecil yang ada di sebelahnya.
SARAH
(terengah-engah)
Aidan, kita tidak punya waktu!
Aidan akhirnya mencabut kabel dari perangkat komputer dan menyimpannya di dalam tasnya.
AIDAN
(berteriak)
Sekarang! Lari!
Dengan cepat, mereka berlari menuju pintu keluar, namun pasukan Obsidian yang lengkap mulai mengejar mereka. Aidan menoleh, dan dalam sekejap, dia melemparkan granat asap kecil yang meledak tepat di depan mereka. Asap putih pekat mulai mengisi ruangan, menghalangi pandangan musuh.
AIDAN
(terengah-engah, mendekati pintu keluar)
Kita hampir keluar.
SARAH
(melihat ke belakang, cemas)
Mereka akan mengejar kita!
Aidan menggenggam tangan Sarah lebih erat, mereka berlari keluar melalui pintu yang sudah terbuka. Saat keluar dari gudang, mereka melihat langit malam yang gelap, dan suara mesin kendaraan yang semakin mendekat.
AIDAN
(berbisik)
Kita harus ke tempat yang lebih aman.
Namun, saat mereka berlari ke arah jalan utama, mereka mendengar suara mobil yang datang sangat cepat. Mereka berbelok, berlari ke arah gang yang lebih kecil dan gelap. Tapi pasukan Obsidian sudah lebih dulu menutup jalan keluar mereka.
SARAH
(terkejut, cemas)
Mereka sudah menguasai jalan keluar!
AIDAN
(memutar badan, menatap Sarah dengan tatapan serius)
Tidak ada pilihan lagi, Sarah. Kita harus berjuang.
---
CUT TO BLACK