Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
28. #28 Di Pondok Peranginan

FADE IN:

135. EXT. PONDOK PERANGINAN LYZBETH (PAGI)

Cast: Jozua, Gesù, Anna, Para Tamu, Hendrick Pietersen, Lyzbeth

Jozua tengah berada kerumunan pesta Pondok Peranginan ketika dia melihat perahu yang ditumpangi Gesu merapat ke dermaga bambu. Dia lalu menunggu Gesù turun dari perahu dan bergabung dengan para tamu.

Halaman pondok yang biasanya sekadar tanah lapang lengang kini terisi meja-meja pesta dengan berbagai makanan melimpah. Ditata rapi, bertaplak putih bersih, dengan piring-piring besar penuh makanan.

Botol-botol anggur spanyol dan bir jerman ditata rapi, berjajar dengan gelas-gelas kristal. Wadah-wadah nasi dilengkapi nampan-nampan berisi daging ayam dimasak bumbu kari, bihun, ayam kalkun, daging sapi direbus dipanggang, dimasak kari, sup, kue-kue kering. Beberapa orang tampak tak sabar mencicipi ikan emas yang diguyuri anggur lalu dibakar oleh juru masak, di hadapan mereka. 

JOZUA 

(Menepuk pundak Gesù)

Tuan Gesù. Ingat saya?

GESÙ

(Antusias)

Tentu saja, Tuan Jozua.

Mereka bersalaman sambil berbalas senyum. Jozua berpenampilan lain dari biasa. Dia menukar rompi tanpa lengannya dengan kemeja lengan panjang warna tanah. Wajahnya pun bersih sama sekali dari brewok, kumis, dan jenggot. Tetapi, dia mempertahankan kucir rambutnya.

GESÙ

(Celingkukan)

Pesta yang meriah. Saya sangat semangat untuk hadir setelah menerima undangan dari Nyonya Lyzbeth. Tapi, saya tak melihat anak-anak panti. Atau undangan saya yang keliru?

JOZUA

Mereka para undangan dan keluarga Diaken, Tuan. Anak-anak panti punya acara sendiri di belakang pondok.

GESÙ

Oh, begitu?

JOZUA

Ya. Anda ingin ke sana?

GESÙ

(Kikuk)

Mungkin setelah ini.

JOZUA

Anda minum anggur?

GESÙ

Tapi tidak pernah terlalu banyak.

JOZUA

Tunggu di sini.

Jozua meninggalkan Gesù, menyelinap di antara kerumunan. Gesù melihat ke sekeliling. Dia melihat tuan rumah pesta; Lyzbeth van Hoorn yang tengah berbincang dengan beberapa orang. Bahasa tubuhnya terlalu bersemangat. Dia berpenampilan habis-habisan hari ini. Mungkin semua perhiasan dia pakai. Wajahnya pun dipoles dengan mencolok.

Di sebelah Lyzbeth ada Hendrick Pietersen (Tunangan Lyzbeth sudah tidak muda, meski juga tidak terlalu tua. Berkumis tebal, lelaki itu tidak berpenampilan istimewa) 

Jozua kembali kepada Gesù dengan membawa segelas anggur. 

JOZUA

(Menyerahkan gelas tulip)

Silakan, Tuan.

GESÙ

Terimakasih, Tuan. Anda sendiri tidak minum?

JOZUA

(Menggeleng sambil tersenyum)

Itu tidak cocok dengan lidah saya.

GESÙ

(Mencicipi minuman) 

Atau karena Anda orang yang sangat taat.

JOZUA

(Tertawa)

Saya mudah mabuk.

Dua-duanya tertawa akrab.

JOZUA

Bagaimana dengan lahan yang Anda sewa, Tuan? Saya belum sempat menengok ke sana.

GESÙ

Pondok kami sudah jadi, meski sederhana. Mungkin saya juga akan menanam sirih agar lahannya tidak menganggur.

JOZUA

Ide bagus, Tuan. Kami menjual bibit sirih.

GESÙ

Benarkah?

JOZUA

(Mengangguk)

Untuk Anda tentu ada harga yang istimewa.

Keduanya lagi-lagi tertawa. Gesù meminum anggurnya, seteguk kecil.

GESÙ

Keamanan wilayah barat agak mengkhawatirkan, Tuan Jozua. Mudah-mudahan tidak semakin buruk.

JOZUA

(Bersidekap)

Saya mendengar kabar itu. Kawasan barat berbatasan langsung dengan wilayah Banten, Tuan. Orang-orang Banten masih akan terus membuat masalah dengan Kompeni.

GESÙ

Wilayah Timur lebih aman? Bukankah raja Jawa berkali-kali menyerang Batavia?

JOZUA

Raja yang sekarang lebih lunak, Tuan. Saya kira tidak akan ada serangan dari Jawa dalam waktu yang lama.

GESÙ

Saya dengar, pembunuhan di Kali Udang sangat brutal. Belasan orang mati.

JOZUA

Saya dengar begitu.

GESÙ

(Melirik Jozua)

Masih mengherankan mengapa orang-orang itu terbunuh di halaman, di samping, bahkan di kebun belakang. Tapi tak seorang pun yang ditemukan di dalam pondok.

JOZUA

Kabarnya tabib itu justru selamat?

GESÙ

Ya. Dia sekarang tinggal di kota. Tampaknya, ada kelompok lain yang membunuh para penyerang. Mencegah mereka mencelakai tabib itu.

JOZUA

Anda tahu cukup banyak rupanya, Tuan Gesù?

GESÙ

Saya mengenal tabib itu. Malah sekarang saya ikut mengurus tanaman-tanaman obat di pondok itu sebelum pemiliknya kembali.

JOZUA

Pondok itu dekat dengan lahan Anda?

GESÙ

Ya. Bertetangga.

Pembicaraan mereka terpotong ketika Anna Saal menyapa Jozua. 

ANNA

Tuan Jozua, tampaknya saya membutuhkan pertolongan Anda.

JOZUA

Nona Anna. Apa yang bisa saya lakukan untuk Nona?

ANNA

Saya kira kami butuh dua atau tiga kereta sewaan agar anak-anak bisa bergantian mengeliling area ini, melihat-lihat suasana. Apakah Tuan bisa menghubungi seseorang?

JOZUA

(Tersenyum)

Tidak ada masalah, Nona, Perkebunan ini punya beberapa bendi. Nona bisa menggunakannya.

ANNA

Itu akan sangat merepotkan Tuan.

JOZUA

Sama sekali tidak. Nyonya Lyzbeth sudah mengatakan, anak-anak bebas bermain di tempat ini.

ANNA

Anak-anak pasti akan senang.

JOZUA

(Mempersilakan Anna dengan tangannya)

Mari saya antar.

JOZUA

(Menoleh pada Gesù)

Tuan Gesù. Maaf saya harus tinggal Anda. Silakan menikmati hidangan.

GESÙ

(Mengangguk)

Silakan, Tuan. Terimakasih sudah menemani saya.

ANNA

(Tampak tak enak hati) 

Maafkan saya sudah memotong perbincangan Anda, Tuan.

GESÙ

Tidak masalah Nona.

Keduanya saling mengangguk, memberi penghormatan. Jozua dan Anna lalu meninggalkan Gesù dalam hiruk-pikuk. Gesù termenung sebentar sebelum ia tenggak semua sisa anggur di dalam gelas. Dia kemudian menghampir meja prasmanan, gelas dia letakkan.

CUT TO:

136. EXT. LAPANGAN BELAKANG PONDOK (PAGI)

Cast: Gesù, Byomå, Jacoba, Anak-anak Panti

Gesù lalu berjalan menuju belakang pondok, perlahan-lahan, agar tak tampak mencolok. Dia berusaha santai dengan tersenyum kepada para tamu yang sebagian adalah orang-orang kulit putih. Gesù melewati Gazebo, terus ke belakang. Dia segera melihat pemandangan yang berbeda. 

Mereka yang berpesta di halaman adalah anak-anak panti. Mereka tampak sangat bergembira dan menikmati suasana. Beberapa anak berlarian saling kejar dengan teman-temannya. Lainnya sibuk mencicipi makanan yang melimpah. Menu yang bisa jadi tidak pernah mereka nikmati di panti.

Meja-meja prasmanan penuh dengan piring-piring makanan. Setiap ada piring mulai kosong, petugas dapur datang untuk mengisinya kembali. Ayam goreng, roti pisang, pastel ayam, perkedel daging dan kerang, asparagus, roti keju, mentega Belanda, daging asap, aneka kue, sirop, potongan mangga. Pesta yang sangat mengenyangkan. 

Gesù berupaya agar kehadirannya tidak mencurigakan. Dia menyapa beberapa anak, berusaha membaur.

GESÙ

Halo! Apa kabar?

Dua gadis cilik tertawa kecil sambil lari menjauh. Gesù terus memasuki pesta anak-anak itu sambil berusaha awas terhadap kanan kirinya. Anak-anak perempuan semua mengenakan baju terbaik. Baju sumbangan para dermawan, berlapis-lapis, dengan halsje; pakaian luar aneka corak. Potongan rapat di pinggang lalu mekar menutupi bawahan. Mereka mengenakan kaus kaki dan sepatu dengan hak kecil, rambutnya ditutupi kain breed. 

Anak-anak laki-laki bermain dalam kerumunan terpisah. Mereka didandani dengan baik. Masing-masing mengenakan onderbroek; celana wol, hemd; kemeja, jas sepanjang bokong, berkaus kaki rapi dan mengenakan sepatu pantofel.

Gesù berharap menemukan Byomå di antara mereka. Sejauh ini usahanya belum berhasil. Sampai Byomå malah muncul di belakangnya.

BYOMȦ

Tuan Gesù.

GESÙ

(Membalikkan badan)

Byomå.

Gesù menoleh ke sekeliling. Khawatir seseorang memperhatikan. 

GESÙ

Ke bawah pohon itu, Byomå.

Lebih dulu Gesù melangkah ke sebuah pohon rindang di pinggir kebun belakang. Tempatnya agak tersamar, tidak langsung membuat siapa pun jadi pusat perhatian. Byomå mengikuti Gesù dengan langkah ragu-ragu.

CUT TO:

137. EXT. BAWAH POHON RINDANG, HALAMAN BELAKANG PONDOK (PAGI)

Cast: Gesù, Byomå, Jacoba, Anak-anak Panti, Jozua, Anna

Gesù menyandar di batang pohon. Dia memberi isyarat agar Byomå tak berdiri terlalu dekat.

GESÙ

Saya sudah lama mencari kamu, Byomå.

BYOMȦ

Mbakyu dan Mlêtik, Tuan.

GESÙ

Saya tahu. Mereka baik-baik saja. Saathi dan Mlêtik juga sangat ingin menemuimu.

Gesù merogoh kantung celana, mengeluarkan bungkusan kain berwarna merah, berhuruf Tionghoa warna emas. 

GESÙ

Ada titipan dari Mlêtik.

BYOMA

(Keheranan)

Tuan bertemu Mlêtik?

GESÙ

Iya. Dia tinggal di rumah Tabib Nioto di dalam kota. Kakakmu Saathi juga ada di Batavia.

BYOMȦ

(Menerima bungkusan kain itu)

Saya mau bertemu Mbakyu Saathi dan Mlêtik.

GESÙ

Tentu, Byomå. Tentu. Tapi, kamu harus bersabar. Saya sedang mengusahakannya.

Mata Byomå berkaca-kaca. Gesù menatapnya dengan sedih. Dia meraih kepala Byomå. Mengelusnya. 

GESÙ

Kamu pasti kuat, Byomå. Kalian pasti berkumpul lagi.

Di tengah-tengah kebun belakang pondok terjadi keriuhan. Anak-anak mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Mereka sedang mengerumuni Anna Saal yang tampaknya sedang mengumumkan sesuatu. Di sebelah Anna, Jozua berdiri mendampingi. Rupanya mereka sedang membuat antrean siapa dulu yang naik bendi untuk berkeliling area perkebunan.

BYOMȦ

(Menunjuk kerumunan)

Tuan, itu orang yang menculik Mbakyu Saathi.

JOZUA

Siapa, Byomå?

BYOMȦ

Laki-laki di sebelah Nona Anna Saal. Dia menculik kami dari Mbok Marti. Dia membawa kami ke tempat ini.

GESÙ

Maksudmu, kalian di bawa ke pondok ini?

Byomå mengangguk. Gesù kaget bukan main. Rasanya tak percaya. Sebab, Byomå begitu yakin dengan perkataannya.

GESÙ

Kamu yakin, Byomå?

BYOMȦ

Laki-laki itu yang kirim saya ke panti, Tuan.

GESÙ

Apa dia sempat menyakitmu? Memukul atau…

BYOMȦ

(Menggeleng)

Dia suruh orang panti menjemput saya ke sini. Tapi, dia orang jahat.

Gesù bingung harus mengatakan apa.

BYOMȦ

Nyonya raksasa itu memanggil dia Jozua.

GESÙ

Nyonya raksasa?

BYOMȦ

(Mengangguk)

Nyonya yang menyuruh-nyuruh lelaki itu.

GESÙ

Kamu melihat Nyonya Raksasa itu di pesta ini?

BYOMȦ

Iya. Dia minum-minum dan tertawa-tawa di depan sana.

GESÙ

 (Berjongkok di depan Byomå)

Byomå, dengarkan saya. Kangan mempercayai siapa pun. Kamu harus bertahan di panti sampai kami menjemputmu. Kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri.

BYOMȦ

Kalau Jacoba bagaimana?

GESÙ

Jacoba? Siapa Jacoba?

Byomå menunjuk ke kerumuman anak-anak. Menunjuk gadis paling jangkung di antara mereka. Gadis yang menoleh ke sana-sini, mencari seseorang.

GESÙ

Dia temanmu?

BYOMȦ

(Mengangguk)

Jacoba memukul Moses karena mengganggu saya.

GESÙ

Oh …baiklah kamu boleh percaya terhadap Jacoba.

BYOMȦ

Kalau Nona Anna?

GESÙ

Nona Anna?

Byomå menunjuk lagi ke kerumunan anak-anak panti.

GESÙ

Dia baik kepadamu?

BYOMȦ

Nona Anna guru yang tidak galak. Guru-guru lainnya suka bentak saya.

Gesù mengangguk lagi tetapi ragu. Dari kerumunana, Jacoba berteriak-teriak memanggil Byomå.

JACOBA

Nicolaas! Heii! Nicolaas!

Gesù menoleh berkali-kali antara Byomå dan Jacoba.

GESÙ

Dia memanggilmu?

Byomå mengangguk.

GESÙ

Mereka mengganti namamu menjadi Nicolaas?

BYOMȦ

Nyonya raksasa itu yang ganti nama saya.

GESÙ

(Menepuk lengan Byomå) 

Begitu? Pergilah. Tapi ingat, jika ada yang menanyaimu, jangan katakan kamu mengenal saya.

BYOMȦ

Kenapa, Tuan?

GESÙ

Jika mereka tahu kita saling kenal, itu akan mengganggu rencana saya mengeluarkanmu dari panti.

Byomå mengangguk. Dia lalu berlari menuju ke tengah kebun, menghampiri Jacoba yang terus mengangkat tangan dan memanggilnya. Anna yang menemukan Byomå di antara kerumunan kemudian berkata sesuatu kepadanya. Byomå melolos suling dari pinggang lalu mulai memainkannya. Anna mengajak anak-anak membuat lingkaran besar dan menari bersama.

Gesù duduk lagi, menyender pohon. 

CUT TO:

138. EXT. HALAMAN DEPAN PONDOK PERANGINAN (SORE)

Cast: Jozua, Anna, Lyzbeth, Hendrick

Anna Saal didampingi Jozua datang ke halaman pondok untuk menemui Lyzbeth. Di halaman, dia disambut hangat.

LYZBETH

Nona Anna. 

Lyzbeth mengecup kecil pipi Anna sementara tangannya masih memegang gelas tulip berisi anggur yang sudah beberapa kali diisi.

LYZBETH

(Melirik Hendrick genit)

Tuan Pietersen baru saja memberi kabar luar biasa kepada saya. Tuan Gubernur sudah mendengar perihal pesta amal ini dan beliau berencana mengunjungi Ommelanden bulan depan.

ANNA

(Tersenyum lebar)

Oh, itu kabar yang sangat baik, Nyonya.

LYZBETH

Semua berkat Nona Anna. Terimakasih telah menyampaikan kepada Tuan Gubernur tentang acara di tempat saya yang sederhana ini.

ANNA

Tuan Gubernur tentu menghargai undangan yang Nyonya kirim. Saya hanya bercerita perihal rencana pesta ini di Dewan Diaken. Tidak lebih.

LYZBETH

(Tertawa)

Nona terlalu merendah. Nona tahu bagaimana Tuan Gubernur lebih mendengar Gereja dibanding anak buahnya sendiri.

HENDRICK

Tuan Gubernur memang menyebut demikian, Nona. Pesta ini memberi pesan sangat kuat bahwa Nyonya Van Hoorn amat peduli dengan gereja dan anak-anak yatim piatu. Tuan Gubernur ingin bertemu dengan Nyonya Van Hoorn.

ANNA

Saya senang jika dianggap demikian Tuan.

LYZBETH

(Menoleh ke Jozua)

Jozua, pertemuan dengan Tuan Gubernur akan diadakan di gedung pengelola Ommelanden. Tentu saja saya ingin menanggung semua pengeluaran. Saya ingin semuanya disiapkan dengan sempurna.

JOZUA

(Mengangguk, sedikit membungkuk)

Baik, Nyonya.

LYZBETH 

(Mengangkat gelas)

Angkau tahu kekurangan pesta ini, Jozua? Musik. Nanti dalam pertemuan dengan Tuan Gubernur, saya mau ada musik.

JOZUA

Musik apa yang Nyonya ingin saya siapkan?

LYZBETH

(Menoleh pada Hendrick)

Tuan Gubernur suka jenis musik tertentu?

HENDRICK

Saya kira beliau terlalu sering mendengar musik Eropa.

JOZUA

Bagaimana jika musik pribumi, Nyonya?

LYZBETH

Maksud angkau musik portugis hitam itu?

JOZUA

Maksud saya, pribumi pulau ini, Nyonya.

LYZBETH

Oh, angkau belum bisa melupakan kampung halamanmu, Jozua?

JOZUA

(Merasa salah bicara)

Maafkan saya, Nyonya.

HENDRICK

Saya kira itu usul menarik, Lyzbeth. Tuan Gubernur pernah bercerita dalam pertemuan di Kastil tentang kunjungannya ke istana raja Jawa.

Lyzbeth menyimak perkataan tunangannya.

HENDRICK

Beliau terkesima dengan musik yang dimainkan di sana.

LYZBETH

(Sangsi)

Orang pedalaman bisa menyanyi?

HENDIRCK

Menyanyi dan memainkan musik bersamaan.

ANNA

(Menyela)

Saya penasaran ingin melihatnya langsung.

LYZBETH

(Menoleh pada Jozua)

Di mana angkau bisa menemukan mereka? Apakah angkau harus pergi ke pedalaman Jawa?

JOZUA

Budak Nyonya adalah seorang pemusik dan penyanyi gamelan Jawa.

LYZBETH

(Berpikir sejenak)

Maksud angkau … Mary?

JOZUA

Benar, Nyonya. Dia adalah pengamen gamelan dengan dua adiknya.

LYZBETH

Angkau tidak pernah bercerita tentang ini, Jozua.

JOZUA

Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak berpikir ini hal penting.

LYZBETH

(Bergumam)

Hm … perempuan roh jahat itu.

HENDRICK

(Penasaran)

Apa maksudmu, Lyzbeth?

LYZBETH

(Tangan mengibas)

Ah, bukan apa-apa, Hendrick.

JOZUA

Semua peralatan gamelan mereka masih ada, Nyonya.

LYZBETH

Angkau menyimpannya?

JOZUA

(Mengangguk)

Ada di gerobak mereka.

LYZBETH

Baiklah… nanti akan saya coba pikirkan.

LYZBETH

(Menoleh pada Anna)

Anda sudah mencicipi anggur spanyol kami, Nona?

ANNA

Sudah, Nyonya. Sedikit terlalu keras untuk saya.

LYZBETH

(Berkata ke Jozua)

Ah, kalau begitu Nona bisa minum teh, atau sirop. Jozua, mengapa tidak angkau ambilkan satu gelas sirop untuk Nona Anna?

JOZUA

Maafkan saya, Nyonya. Saya ambilkan segera.

ANNA

Tidak perlu, Tuan Jozua. Saya bisa mengambilnya sendiri.

LYZBETH

Tidak … tidak … tidak. Anda tamu, Nona. Sudah sewajarnya kami layani.

Jozua mengangguk lalu meninggalkan mereka.

LYZBETH

Nona Anna. Saya sebenarnya sangat membutuhkan pertolongan Nona.

ANNA

Apa yang bisa saya bantu, Nyonya?

LYZBETH

(Menoleh pada Hendrick)

Anda tahu saya dan Tuan Pietersen sudah bertunangan cukup lama. Gereja masih tidak membolehkan kami menikah.

ANNA

Maafkan saya, Nyonya. Saya sama sekali tidak tahu tentang itu.

LYZBETH

Saya sudah mengajukan permohonan itu. Tetapi, Gereja belum mengabulkannya.

ANNA

Apa sebabnya, Nyonya?

LYZBETH

(Agak ragu dan malu)

Eh …Dewan Gereja mendapat kabar bohong bahwa saya masih punya suami di Belanda.

Anna mengangguk pelan. 

LYZBETH

(Berapi-api)

Saya sudah bercerai dengan suami pertama saya, Nona. Dia seorang pria tidak bertanggungjwab yang menghabiskan harta saya di Amersfoort. Tentu saja dia tidak ingin saya bahagia dan berusaha menghalangi pernikahan saya terwujud.

ANNA

Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, Nyonya. Tetapi saya akan mencari tahu apa yang bisa saya lakukan untuk Nyonya.

LYZBETH

Saya sudah banyak menyumbang kepada gereja, Nona. Setiap tahun saya menyumbang Dewan Gereja, saya juga tidak keberatan menerima anak-anak dekil itu.

HENDRICK

(Khawatir)

Lyzbeth, engkau terlalu banyak minum.

LYZBETH

(Mengibaskan tangan)

Tidak … tidak, Hendrick. Saya tidak mabuk. Saya hanya perlu mengatakan apa yang saya pikirkan. Bahwa Gereja tidak cukup tahu diri dengan segala kemurahan hati saya.

Hendrick hendak mengambil gelas Lyzbeth, tetapi tunangannya itu menolak. Dia malah menenggak habis isi gelasnya, baru dia serahkan kepada Hendrick. 

LYZBETH

Bagaimana dengan kain Sumatra yang saya hadiahkan itu, Nona Anna? Bukankah kain itu sangat indah? Anda tahu harganya berapa?

Anna terpaku di tempatnya berdiri. 

LYZBETH

Saya sudah sangat bermurah hati. Saya harap Nona mengerti.

ANNA

Iya, Nyonya. Kain itu sangat indah. Terlalu bagus untuk saya. Saya akan mengirimkan kembali kepada Nyonya.

LYZBETH

(Tertawa kencang)

Mengapa dikembalikan, Nona? Jika Nona menjahitnya jadi baju, Nona akan terlihat berkelas Anda masih terlalu muda untuk terus-menerus mengenakan setelah wol warna hitam, Nona.

ANNA

Saya kira, ini waktunya saya untuk pamit, Nyonya.

Tidak menunggu jawaban Lyzbeth, Anna membalikkan badan. 

LYZBETH

Tunggu Nona Anna, pesta belum selesai.

ANNA

Anak-anak harus kembali ke kota sebelum pintu gerbang ditutup, Nyonya.

Lysbeth bengong. Seperti berpikir, seprti kebingungan sendiri.

LYZBETH

(Menoleh ke Hendrick)

Kurasa aku baru saja mengacau. Benar begitu?

HENDRICK

(Mengangguk)

Kurasa begitu.

Lysbeth mambanting gelas anggurnya. Anna meninggalkan pasangan itu dengan langkah menderu. Jozua yang datang membawa gelas berisi sirop kebingungan dengan kesan wajah Anna yang di luar kebiasaan.

JOZUA

Sirop Anda, Nona.

ANNA

(Tersenyum terpaksa)

Saya tidak haus, Tuan. Untuk Anda saja.

Jozua termangu. Dia menoleh bergantian antara Anna yang terus pergi dengan langkah menderap dan Lyzbeth yang masih tertawa tak karuan dan Pietersen yang berupaya mengajaknya menyingkir dari tengah pesta.

FADE OUT:

FADE IN:

139. INT. RUMAH SYAIKH AKHMAT

Cast: Syaikh Akhmat, Nanhi Pari

Di dalam rumahnya yang bertaman bunga mawar, Syaikh Akhmat bin Hisba dan putrinya Nanhi Pari duduk berhadapan, sementara kitab-kitab tebal menumpuk di antara keduanya. Diterangi lentara minyak yang berpendar, ayah anak itu bersahut-sahutan tanya dan jawaban, dalam nada yang bersungguh-sungguh.

NANHI PARI

Kompeni telah menghidupkan kekuatan kuno itu, Ayah. Apa yang harus kita lakukan sekarang?

SYAIKH AKHMAT

(Menatap putrinya lekat-lekat)

Ibumu pun syahid untuk melawan mereka, Nanhi. Mereka telah mengobarkan perang sejak Islam kali pertama menapak di Pulau Jawa, hampir seribu tahun lalu.

NANHI PARI

Benarkah ajaran mereka juga datang dari India Ayah?

SYAIKH AKHMAT

(Menerawang)

Benar. Orang-orang India Selatan. Mereka yang menolak kasta. Mereka beribadah dengan mabuk arak.

NANHI PARI

Bagaimana mungkin sebuah peribadatan dilakukan dengan mabuk?

SYAIKH AKHMAT

(Menatap Nanhi Pari)

Bukan hanya minum arak hingga mabuk, Putriku. Mereka melakukan upacara memakan mayat, ikan beracun, menari di kuburan, dan bersetubuh bagai binatang.

Nanhi Pari tercekat. Dia sampai tak mampu mengatakan satu pun kalimat.

SYAIKH AKHMAT

Sultan Al-Gabah dari Rum, Persia,ratusan tahun lalu mengirim ribuan keluarga Islam ke Tanah Jawa. Semua dibunuh, bahkan dimakan oleh orang-orang Bhairawa dan pemimpin mereka yang disebut Banaspati. Sultan Al-Gabah murka lalu mengirim ulama yang memiliki karomah bernama Syaikh Subakir. Beliau memulai dakwah Islam melawan Bhairawa yang diteruskan oleh Wali Sanga, dan para pendahulu kita.

Sekarang mereka bangkit lagi setelah dua puluh tahun menghilang.

NANHI PARI

Bangkit lagi dan bersekutu dengan Kompeni.

SYAIKH AKHMAT

Kompeni mengambil pasukan bayaran dari berbagai tempat. Mereka tidak peduli bagamana orang-orang itu beragama. Urusan ini menjadi semakin rumit. Apakah kita telah menerima perintah dari Penerus?

NANHI PARI

(Mengangguk)

Iya Ayah. Penerus telah memilih pemimpin pasukan.

SYAIKH AKHMAT

Artinya akan ada bantuan?

NANHI PARI

Semoga saja demikian.

SYAIKH AKHMAT

Bagaimana dengan pasukanmu?

NANHI PARI

(Menatap ayahnya)

Untuk saat-saat seperti inilah kami berlatih selama bertahun-tahun.

SYAIKH AKHMAT 

Semoga Allah memberi perlindungan.

Nanhi Pari mengangguk. Pada matanya tersimpan keyakinan.

CUT TO:

140. EXT. SERAMBI RUMAH LYZBETH (PETANG)

Cast: Lyzbeth, Hester, Saathi, Sussana, Pedro, Warga Kota

Hester dan Sussana berpamitan kepada Lyzbeth yang sedang menikmati teh di serambi. Di serambi, Lyzbeth tinggal ditemani Saathi dan Pedro. Keduanya duduk di lantai kayu dan diam tanpa suara. Pedro melihat ke jalanan sedangkan Saathi menatap lantai.

HESTER

(Takut-takut)

Nyonya…

LYZBETH

(Menyeruput the)

Jadi kalian lihat pesta orang Cina?

HESTER

(Mengangguk)

Iya, Nyonya. Orang-orang punya omongan, tahun ini karnaval lampionnya sangat meriah.

SOUND EFFECT: BUNYI PETASAN DAN KEMBANG API DI KEJAUHAN

LYZBETH 

(Melirik)

Berisik sekali petasan-petasan itu.

HESTER

(Merunduk-runduk)

Kami berangkat, Nyonya.

LYZBETH  

Pulang jangan terlalu malam.

HESTER

Baik, Nyonya.

SUSSANA

Pergi dulu, Nyonya.

Lyzbeth mengangguk saja. Dia sekarang duduk di kursi, melihat suasana. Jalan Utrecht ramai dilewati orang-orang yang hendak melihat pawai orang-orang Tionghoa. Mulai dari tuan nyonya Belanda, para mardiker, budak, semuanya tumpah-ruah di jalanan.

LYZBETH

Pedro, Menurut angkau ada pegi ke mana itu Fernando? 

PEDRO

(Menggeleng perlahan)

Saya tiada tahu, Nyonya.

LYZBETH

Dia ada saya suruh menagih hutang ke tukang roti Jan Slecht dari pagi tidak pulang-pulang. Jangan-jangan dia curi uang tagihan dua ringgit itu.

Pedro menunduk. Ketakutan.

LYZBETH

Angkau tahu apa hukuman buat pembohong?

Pedro mengangguk-angguk. Semakin ketakutan.

LYZBETH

Apa yang satu budak lakukan jikalau dianya ada uang?

PEDRO

(Takut-takut melihat pada Lyzbeth)

Mungkin… mungkin dianya ada pegi ke orang Cina punya warung arak, Nyonya.

LYZBETH

(Mengangguk-angguk dengan dingin

Angkau mulai jujur.

PEDRO

Itu betul, Nyonya. Saya orang sunggu-sunggu tiada tahu menahu soal Fernando, Nyonya.

LYZBETH

Di mana itu orang Cina punya warung ada jual arak?

PEDRO

Di … di seberang itu Rumah Sakit Kompeni, Nyonya.

LYZBETH

(Tanpa emosi)

Itu jauh sekali. Hampir-hampir sampai ke itu Gerbang Diest.

PEDRO

Itu betul, Nyonya.

LYZBETH

(Menoleh pada Pedro)

Begini… angkau cari itu Fernando ke itu warung-warung arak. Kasi dia omongan, pulang sekarang juga. Jikalau tidak, saya bekal naik saya punya kuda, bawa saya punya cambuk Jepang. Saya bekal kasih seret dia pake itu kuda, sampai di ini Jalan Utrecht. Sepanjang jalan, saya bekal kasih cambuk dia sampai berdarah-darah.

Pedro gemetar mendengar ancaman Lyzbeth yang datar namun menakutkan itu.

LYZBETH

Paham?

PEDRO

I…iya, Nyonya. Saya paham.

LYBETH

(Mengambil cangkir tehnya)

Tunggu apa lagi?

PEDRO

Ba .. baik, Nyonya.

Pedro buru-buru bangun lalu merunduk dalam-dalam sebelum dia meninggalkan serambi. Lyzbeth belum berkata apa-apa. Dia masih menikmati tehnya. Menoleh ke serambi tetangga. Malam ini dia hampir-hampir sendirian. Saathi duduk timpuh dengan kedua kaki melipat di samping.

LYZBETH

Sussana punya omongan, angkau di pasar banyak-banyak bicara?

Saathi mengangkat wajah sesaat, menunduk lagi tanpa menjawab.

LYZBETH

Angkau lebi kasi hormat tukang ikan daripada angkau punya majikan.

Saathi bertambah diam.

LYZBETH

Angkau tahu saya terlalu benci dengan angkau punya wajah, Mary? Bukan kerna angkau punya mata biru atawa angkau punya kulit iang bikin saya cemburu. Tetapi, kesan wajah angkau itu ada sembunyi sesuatu. Angkau tiada senyum, tiada menangis, tiada tertawa, tiada banyak kata, tiada emosi.

Lyzbeth bangun lalu merapat ke pagar teras. Melihat ke langit Batavia yang pecaah oleh dentuman kembang api. 

LYZBETH 

Angkau tiada lebi dari satu budak. Tiada layak satu budak punya wajah angkuh macam angkau itu.

SOUND EFFECT: BUNYI KEMBANG API

LYZBETH

Kabar buruknya ia itu, angkau bekal jadi budak saya selama-lamanya. Saya tiada perlu kasih paksa, angkau suatu hari akan minta ampun kepada saya. Saya bekal kasih siksa angkau punya rasa sampai angkau kasih lepas itu kesan wajah sialan.

Saathi menoleh ke jalan. Seolah-olah dia sudah selesai mendengarkan.

LYZBETH

(Melirik dengan sengit) 

Saya dapat omongan, angkau ada kebisaan menyanyi?

Saathi menoleh. Mengangguk kemudian.

LYZBETH

Menyanyi apa?

SAATHI

Sastra Gendhing, Nyonya.

LYZBETH

Itu lagu macam apa?

SAATHI

Lagu berbahasa Jawa, diiringi gamelan.

Lyzbeth menahan kalimatnya beberapa lama.

LYZBETH

Saya mempertaruhkan saya punya nama baek buat suruh kamu menyanyi di hadapan Tuan Gubernur.

Wajah Saathi terangkat.

LYZBETH

Saya bekal jamu Tuan Gubernur di Ommelanden, dua pekan lagi. Angkau bole siapkan diri?

Saathi mengangguk lemah.

LYZBETH

Saya punya aturan terlalu sederhana. Jikalau angkau menyanyi dengan baek, angkau bekal kembali ke ini rumah. Tapi…, jikalau tampil jelek, itu Tuan Gubernur benci kepada angkau punya nyanyian, saya bekal kasih tarik angkau punya lidah sampai putus. Saya bekal kasih kirim angkau ke itu Gerbang Baru, supaya angkau bole kerja jadi prampuan jalanan.

Wajah Saathi terangkat lagi.

LYZBETH

(Menyeringai)

Kenapa? Bukankah itu sama dengan angkau punya panggilan jiwa? Angkau prampuan roh jahat iang suka hati kasih hiburan itu laki-laki hidung belang?

Saathi tidak menjawab. Namun, kali ini dia menantang tatapan Lyzbeth. Memandangnya tanpa jeda. Lyzbeth merinding karenanya. Dia membuang muka.

LYZBETH

(Menggumamkan doa pengusir setan)

…. juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar