Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
135. EXT. PONDOK PERANGINAN LYZBETH (PAGI)
Cast: Jozua, Gesù, Anna, Para Tamu, Hendrick Pietersen, Lyzbeth
Jozua tengah berada kerumunan pesta Pondok Peranginan ketika dia melihat perahu yang ditumpangi Gesu merapat ke dermaga bambu. Dia lalu menunggu Gesù turun dari perahu dan bergabung dengan para tamu.
Halaman pondok yang biasanya sekadar tanah lapang lengang kini terisi meja-meja pesta dengan berbagai makanan melimpah. Ditata rapi, bertaplak putih bersih, dengan piring-piring besar penuh makanan.
Botol-botol anggur spanyol dan bir jerman ditata rapi, berjajar dengan gelas-gelas kristal. Wadah-wadah nasi dilengkapi nampan-nampan berisi daging ayam dimasak bumbu kari, bihun, ayam kalkun, daging sapi direbus dipanggang, dimasak kari, sup, kue-kue kering. Beberapa orang tampak tak sabar mencicipi ikan emas yang diguyuri anggur lalu dibakar oleh juru masak, di hadapan mereka.
JOZUA
(Menepuk pundak Gesù)
Tuan Gesù. Ingat saya?
GESÙ
(Antusias)
Tentu saja, Tuan Jozua.
Mereka bersalaman sambil berbalas senyum. Jozua berpenampilan lain dari biasa. Dia menukar rompi tanpa lengannya dengan kemeja lengan panjang warna tanah. Wajahnya pun bersih sama sekali dari brewok, kumis, dan jenggot. Tetapi, dia mempertahankan kucir rambutnya.
GESÙ
(Celingkukan)
Pesta yang meriah. Saya sangat semangat untuk hadir setelah menerima undangan dari Nyonya Lyzbeth. Tapi, saya tak melihat anak-anak panti. Atau undangan saya yang keliru?
JOZUA
Mereka para undangan dan keluarga Diaken, Tuan. Anak-anak panti punya acara sendiri di belakang pondok.
GESÙ
Oh, begitu?
JOZUA
Ya. Anda ingin ke sana?
GESÙ
(Kikuk)
Mungkin setelah ini.
JOZUA
Anda minum anggur?
GESÙ
Tapi tidak pernah terlalu banyak.
JOZUA
Tunggu di sini.
Jozua meninggalkan Gesù, menyelinap di antara kerumunan. Gesù melihat ke sekeliling. Dia melihat tuan rumah pesta; Lyzbeth van Hoorn yang tengah berbincang dengan beberapa orang. Bahasa tubuhnya terlalu bersemangat. Dia berpenampilan habis-habisan hari ini. Mungkin semua perhiasan dia pakai. Wajahnya pun dipoles dengan mencolok.
Di sebelah Lyzbeth ada Hendrick Pietersen (Tunangan Lyzbeth sudah tidak muda, meski juga tidak terlalu tua. Berkumis tebal, lelaki itu tidak berpenampilan istimewa)
Jozua kembali kepada Gesù dengan membawa segelas anggur.
JOZUA
(Menyerahkan gelas tulip)
Silakan, Tuan.
GESÙ
Terimakasih, Tuan. Anda sendiri tidak minum?
JOZUA
(Menggeleng sambil tersenyum)
Itu tidak cocok dengan lidah saya.
GESÙ
(Mencicipi minuman)
Atau karena Anda orang yang sangat taat.
JOZUA
(Tertawa)
Saya mudah mabuk.
Dua-duanya tertawa akrab.
JOZUA
Bagaimana dengan lahan yang Anda sewa, Tuan? Saya belum sempat menengok ke sana.
GESÙ
Pondok kami sudah jadi, meski sederhana. Mungkin saya juga akan menanam sirih agar lahannya tidak menganggur.
JOZUA
Ide bagus, Tuan. Kami menjual bibit sirih.
GESÙ
Benarkah?
JOZUA
(Mengangguk)
Untuk Anda tentu ada harga yang istimewa.
Keduanya lagi-lagi tertawa. Gesù meminum anggurnya, seteguk kecil.
GESÙ
Keamanan wilayah barat agak mengkhawatirkan, Tuan Jozua. Mudah-mudahan tidak semakin buruk.
JOZUA
(Bersidekap)
Saya mendengar kabar itu. Kawasan barat berbatasan langsung dengan wilayah Banten, Tuan. Orang-orang Banten masih akan terus membuat masalah dengan Kompeni.
GESÙ
Wilayah Timur lebih aman? Bukankah raja Jawa berkali-kali menyerang Batavia?
JOZUA
Raja yang sekarang lebih lunak, Tuan. Saya kira tidak akan ada serangan dari Jawa dalam waktu yang lama.
GESÙ
Saya dengar, pembunuhan di Kali Udang sangat brutal. Belasan orang mati.
JOZUA
Saya dengar begitu.
GESÙ
(Melirik Jozua)
Masih mengherankan mengapa orang-orang itu terbunuh di halaman, di samping, bahkan di kebun belakang. Tapi tak seorang pun yang ditemukan di dalam pondok.
JOZUA
Kabarnya tabib itu justru selamat?
GESÙ
Ya. Dia sekarang tinggal di kota. Tampaknya, ada kelompok lain yang membunuh para penyerang. Mencegah mereka mencelakai tabib itu.
JOZUA
Anda tahu cukup banyak rupanya, Tuan Gesù?
GESÙ
Saya mengenal tabib itu. Malah sekarang saya ikut mengurus tanaman-tanaman obat di pondok itu sebelum pemiliknya kembali.
JOZUA
Pondok itu dekat dengan lahan Anda?
GESÙ
Ya. Bertetangga.
Pembicaraan mereka terpotong ketika Anna Saal menyapa Jozua.
ANNA
Tuan Jozua, tampaknya saya membutuhkan pertolongan Anda.
JOZUA
Nona Anna. Apa yang bisa saya lakukan untuk Nona?
ANNA
Saya kira kami butuh dua atau tiga kereta sewaan agar anak-anak bisa bergantian mengeliling area ini, melihat-lihat suasana. Apakah Tuan bisa menghubungi seseorang?
JOZUA
(Tersenyum)
Tidak ada masalah, Nona, Perkebunan ini punya beberapa bendi. Nona bisa menggunakannya.
ANNA
Itu akan sangat merepotkan Tuan.
JOZUA
Sama sekali tidak. Nyonya Lyzbeth sudah mengatakan, anak-anak bebas bermain di tempat ini.
ANNA
Anak-anak pasti akan senang.
JOZUA
(Mempersilakan Anna dengan tangannya)
Mari saya antar.
JOZUA
(Menoleh pada Gesù)
Tuan Gesù. Maaf saya harus tinggal Anda. Silakan menikmati hidangan.
GESÙ
(Mengangguk)
Silakan, Tuan. Terimakasih sudah menemani saya.
ANNA
(Tampak tak enak hati)
Maafkan saya sudah memotong perbincangan Anda, Tuan.
GESÙ
Tidak masalah Nona.
Keduanya saling mengangguk, memberi penghormatan. Jozua dan Anna lalu meninggalkan Gesù dalam hiruk-pikuk. Gesù termenung sebentar sebelum ia tenggak semua sisa anggur di dalam gelas. Dia kemudian menghampir meja prasmanan, gelas dia letakkan.
CUT TO:
136. EXT. LAPANGAN BELAKANG PONDOK (PAGI)
Cast: Gesù, Byomå, Jacoba, Anak-anak Panti
Gesù lalu berjalan menuju belakang pondok, perlahan-lahan, agar tak tampak mencolok. Dia berusaha santai dengan tersenyum kepada para tamu yang sebagian adalah orang-orang kulit putih. Gesù melewati Gazebo, terus ke belakang. Dia segera melihat pemandangan yang berbeda.
Mereka yang berpesta di halaman adalah anak-anak panti. Mereka tampak sangat bergembira dan menikmati suasana. Beberapa anak berlarian saling kejar dengan teman-temannya. Lainnya sibuk mencicipi makanan yang melimpah. Menu yang bisa jadi tidak pernah mereka nikmati di panti.
Meja-meja prasmanan penuh dengan piring-piring makanan. Setiap ada piring mulai kosong, petugas dapur datang untuk mengisinya kembali. Ayam goreng, roti pisang, pastel ayam, perkedel daging dan kerang, asparagus, roti keju, mentega Belanda, daging asap, aneka kue, sirop, potongan mangga. Pesta yang sangat mengenyangkan.
Gesù berupaya agar kehadirannya tidak mencurigakan. Dia menyapa beberapa anak, berusaha membaur.
GESÙ
Halo! Apa kabar?
Dua gadis cilik tertawa kecil sambil lari menjauh. Gesù terus memasuki pesta anak-anak itu sambil berusaha awas terhadap kanan kirinya. Anak-anak perempuan semua mengenakan baju terbaik. Baju sumbangan para dermawan, berlapis-lapis, dengan halsje; pakaian luar aneka corak. Potongan rapat di pinggang lalu mekar menutupi bawahan. Mereka mengenakan kaus kaki dan sepatu dengan hak kecil, rambutnya ditutupi kain breed.
Anak-anak laki-laki bermain dalam kerumunan terpisah. Mereka didandani dengan baik. Masing-masing mengenakan onderbroek; celana wol, hemd; kemeja, jas sepanjang bokong, berkaus kaki rapi dan mengenakan sepatu pantofel.
Gesù berharap menemukan Byomå di antara mereka. Sejauh ini usahanya belum berhasil. Sampai Byomå malah muncul di belakangnya.
BYOMȦ
Tuan Gesù.
GESÙ
(Membalikkan badan)
Byomå.
Gesù menoleh ke sekeliling. Khawatir seseorang memperhatikan.
GESÙ
Ke bawah pohon itu, Byomå.
Lebih dulu Gesù melangkah ke sebuah pohon rindang di pinggir kebun belakang. Tempatnya agak tersamar, tidak langsung membuat siapa pun jadi pusat perhatian. Byomå mengikuti Gesù dengan langkah ragu-ragu.
CUT TO:
137. EXT. BAWAH POHON RINDANG, HALAMAN BELAKANG PONDOK (PAGI)
Cast: Gesù, Byomå, Jacoba, Anak-anak Panti, Jozua, Anna
Gesù menyandar di batang pohon. Dia memberi isyarat agar Byomå tak berdiri terlalu dekat.
GESÙ
Saya sudah lama mencari kamu, Byomå.
BYOMȦ
Mbakyu dan Mlêtik, Tuan.
GESÙ
Saya tahu. Mereka baik-baik saja. Saathi dan Mlêtik juga sangat ingin menemuimu.
Gesù merogoh kantung celana, mengeluarkan bungkusan kain berwarna merah, berhuruf Tionghoa warna emas.
GESÙ
Ada titipan dari Mlêtik.
BYOMA
(Keheranan)
Tuan bertemu Mlêtik?
GESÙ
Iya. Dia tinggal di rumah Tabib Nioto di dalam kota. Kakakmu Saathi juga ada di Batavia.
BYOMȦ
(Menerima bungkusan kain itu)
Saya mau bertemu Mbakyu Saathi dan Mlêtik.
GESÙ
Tentu, Byomå. Tentu. Tapi, kamu harus bersabar. Saya sedang mengusahakannya.
Mata Byomå berkaca-kaca. Gesù menatapnya dengan sedih. Dia meraih kepala Byomå. Mengelusnya.
GESÙ
Kamu pasti kuat, Byomå. Kalian pasti berkumpul lagi.
Di tengah-tengah kebun belakang pondok terjadi keriuhan. Anak-anak mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Mereka sedang mengerumuni Anna Saal yang tampaknya sedang mengumumkan sesuatu. Di sebelah Anna, Jozua berdiri mendampingi. Rupanya mereka sedang membuat antrean siapa dulu yang naik bendi untuk berkeliling area perkebunan.
BYOMȦ
(Menunjuk kerumunan)
Tuan, itu orang yang menculik Mbakyu Saathi.
JOZUA
Siapa, Byomå?
BYOMȦ
Laki-laki di sebelah Nona Anna Saal. Dia menculik kami dari Mbok Marti. Dia membawa kami ke tempat ini.
GESÙ
Maksudmu, kalian di bawa ke pondok ini?
Byomå mengangguk. Gesù kaget bukan main. Rasanya tak percaya. Sebab, Byomå begitu yakin dengan perkataannya.
GESÙ
Kamu yakin, Byomå?
BYOMȦ
Laki-laki itu yang kirim saya ke panti, Tuan.
GESÙ
Apa dia sempat menyakitmu? Memukul atau…
BYOMȦ
(Menggeleng)
Dia suruh orang panti menjemput saya ke sini. Tapi, dia orang jahat.
Gesù bingung harus mengatakan apa.
BYOMȦ
Nyonya raksasa itu memanggil dia Jozua.
GESÙ
Nyonya raksasa?
BYOMȦ
(Mengangguk)
Nyonya yang menyuruh-nyuruh lelaki itu.
GESÙ
Kamu melihat Nyonya Raksasa itu di pesta ini?
BYOMȦ
Iya. Dia minum-minum dan tertawa-tawa di depan sana.
GESÙ
(Berjongkok di depan Byomå)
Byomå, dengarkan saya. Kangan mempercayai siapa pun. Kamu harus bertahan di panti sampai kami menjemputmu. Kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri.
BYOMȦ
Kalau Jacoba bagaimana?
GESÙ
Jacoba? Siapa Jacoba?
Byomå menunjuk ke kerumuman anak-anak. Menunjuk gadis paling jangkung di antara mereka. Gadis yang menoleh ke sana-sini, mencari seseorang.
GESÙ
Dia temanmu?
BYOMȦ
(Mengangguk)
Jacoba memukul Moses karena mengganggu saya.
GESÙ
Oh …baiklah kamu boleh percaya terhadap Jacoba.
BYOMȦ
Kalau Nona Anna?
GESÙ
Nona Anna?
Byomå menunjuk lagi ke kerumunan anak-anak panti.
GESÙ
Dia baik kepadamu?
BYOMȦ
Nona Anna guru yang tidak galak. Guru-guru lainnya suka bentak saya.
Gesù mengangguk lagi tetapi ragu. Dari kerumunana, Jacoba berteriak-teriak memanggil Byomå.
JACOBA
Nicolaas! Heii! Nicolaas!
Gesù menoleh berkali-kali antara Byomå dan Jacoba.
GESÙ
Dia memanggilmu?
Byomå mengangguk.
GESÙ
Mereka mengganti namamu menjadi Nicolaas?
BYOMȦ
Nyonya raksasa itu yang ganti nama saya.
GESÙ
(Menepuk lengan Byomå)
Begitu? Pergilah. Tapi ingat, jika ada yang menanyaimu, jangan katakan kamu mengenal saya.
BYOMȦ
Kenapa, Tuan?
GESÙ
Jika mereka tahu kita saling kenal, itu akan mengganggu rencana saya mengeluarkanmu dari panti.
Byomå mengangguk. Dia lalu berlari menuju ke tengah kebun, menghampiri Jacoba yang terus mengangkat tangan dan memanggilnya. Anna yang menemukan Byomå di antara kerumunan kemudian berkata sesuatu kepadanya. Byomå melolos suling dari pinggang lalu mulai memainkannya. Anna mengajak anak-anak membuat lingkaran besar dan menari bersama.
Gesù duduk lagi, menyender pohon.
CUT TO:
138. EXT. HALAMAN DEPAN PONDOK PERANGINAN (SORE)
Cast: Jozua, Anna, Lyzbeth, Hendrick
Anna Saal didampingi Jozua datang ke halaman pondok untuk menemui Lyzbeth. Di halaman, dia disambut hangat.
LYZBETH
Nona Anna.
Lyzbeth mengecup kecil pipi Anna sementara tangannya masih memegang gelas tulip berisi anggur yang sudah beberapa kali diisi.
LYZBETH
(Melirik Hendrick genit)
Tuan Pietersen baru saja memberi kabar luar biasa kepada saya. Tuan Gubernur sudah mendengar perihal pesta amal ini dan beliau berencana mengunjungi Ommelanden bulan depan.
ANNA
(Tersenyum lebar)
Oh, itu kabar yang sangat baik, Nyonya.
LYZBETH
Semua berkat Nona Anna. Terimakasih telah menyampaikan kepada Tuan Gubernur tentang acara di tempat saya yang sederhana ini.
ANNA
Tuan Gubernur tentu menghargai undangan yang Nyonya kirim. Saya hanya bercerita perihal rencana pesta ini di Dewan Diaken. Tidak lebih.
LYZBETH
(Tertawa)
Nona terlalu merendah. Nona tahu bagaimana Tuan Gubernur lebih mendengar Gereja dibanding anak buahnya sendiri.
HENDRICK
Tuan Gubernur memang menyebut demikian, Nona. Pesta ini memberi pesan sangat kuat bahwa Nyonya Van Hoorn amat peduli dengan gereja dan anak-anak yatim piatu. Tuan Gubernur ingin bertemu dengan Nyonya Van Hoorn.
ANNA
Saya senang jika dianggap demikian Tuan.
LYZBETH
(Menoleh ke Jozua)
Jozua, pertemuan dengan Tuan Gubernur akan diadakan di gedung pengelola Ommelanden. Tentu saja saya ingin menanggung semua pengeluaran. Saya ingin semuanya disiapkan dengan sempurna.
JOZUA
(Mengangguk, sedikit membungkuk)
Baik, Nyonya.
LYZBETH
(Mengangkat gelas)
Angkau tahu kekurangan pesta ini, Jozua? Musik. Nanti dalam pertemuan dengan Tuan Gubernur, saya mau ada musik.
JOZUA
Musik apa yang Nyonya ingin saya siapkan?
LYZBETH
(Menoleh pada Hendrick)
Tuan Gubernur suka jenis musik tertentu?
HENDRICK
Saya kira beliau terlalu sering mendengar musik Eropa.
JOZUA
Bagaimana jika musik pribumi, Nyonya?
LYZBETH
Maksud angkau musik portugis hitam itu?
JOZUA
Maksud saya, pribumi pulau ini, Nyonya.
LYZBETH
Oh, angkau belum bisa melupakan kampung halamanmu, Jozua?
JOZUA
(Merasa salah bicara)
Maafkan saya, Nyonya.
HENDRICK
Saya kira itu usul menarik, Lyzbeth. Tuan Gubernur pernah bercerita dalam pertemuan di Kastil tentang kunjungannya ke istana raja Jawa.
Lyzbeth menyimak perkataan tunangannya.
HENDRICK
Beliau terkesima dengan musik yang dimainkan di sana.
LYZBETH
(Sangsi)
Orang pedalaman bisa menyanyi?
HENDIRCK
Menyanyi dan memainkan musik bersamaan.
ANNA
(Menyela)
Saya penasaran ingin melihatnya langsung.
LYZBETH
(Menoleh pada Jozua)
Di mana angkau bisa menemukan mereka? Apakah angkau harus pergi ke pedalaman Jawa?
JOZUA
Budak Nyonya adalah seorang pemusik dan penyanyi gamelan Jawa.
LYZBETH
(Berpikir sejenak)
Maksud angkau … Mary?
JOZUA
Benar, Nyonya. Dia adalah pengamen gamelan dengan dua adiknya.
LYZBETH
Angkau tidak pernah bercerita tentang ini, Jozua.
JOZUA
Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak berpikir ini hal penting.
LYZBETH
(Bergumam)
Hm … perempuan roh jahat itu.
HENDRICK
(Penasaran)
Apa maksudmu, Lyzbeth?
LYZBETH
(Tangan mengibas)
Ah, bukan apa-apa, Hendrick.
JOZUA
Semua peralatan gamelan mereka masih ada, Nyonya.
LYZBETH
Angkau menyimpannya?
JOZUA
(Mengangguk)
Ada di gerobak mereka.
LYZBETH
Baiklah… nanti akan saya coba pikirkan.
LYZBETH
(Menoleh pada Anna)
Anda sudah mencicipi anggur spanyol kami, Nona?
ANNA
Sudah, Nyonya. Sedikit terlalu keras untuk saya.
LYZBETH
(Berkata ke Jozua)
Ah, kalau begitu Nona bisa minum teh, atau sirop. Jozua, mengapa tidak angkau ambilkan satu gelas sirop untuk Nona Anna?
JOZUA
Maafkan saya, Nyonya. Saya ambilkan segera.
ANNA
Tidak perlu, Tuan Jozua. Saya bisa mengambilnya sendiri.
LYZBETH
Tidak … tidak … tidak. Anda tamu, Nona. Sudah sewajarnya kami layani.
Jozua mengangguk lalu meninggalkan mereka.
LYZBETH
Nona Anna. Saya sebenarnya sangat membutuhkan pertolongan Nona.
ANNA
Apa yang bisa saya bantu, Nyonya?
LYZBETH
(Menoleh pada Hendrick)
Anda tahu saya dan Tuan Pietersen sudah bertunangan cukup lama. Gereja masih tidak membolehkan kami menikah.
ANNA
Maafkan saya, Nyonya. Saya sama sekali tidak tahu tentang itu.
LYZBETH
Saya sudah mengajukan permohonan itu. Tetapi, Gereja belum mengabulkannya.
ANNA
Apa sebabnya, Nyonya?
LYZBETH
(Agak ragu dan malu)
Eh …Dewan Gereja mendapat kabar bohong bahwa saya masih punya suami di Belanda.
Anna mengangguk pelan.
LYZBETH
(Berapi-api)
Saya sudah bercerai dengan suami pertama saya, Nona. Dia seorang pria tidak bertanggungjwab yang menghabiskan harta saya di Amersfoort. Tentu saja dia tidak ingin saya bahagia dan berusaha menghalangi pernikahan saya terwujud.
ANNA
Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, Nyonya. Tetapi saya akan mencari tahu apa yang bisa saya lakukan untuk Nyonya.
LYZBETH
Saya sudah banyak menyumbang kepada gereja, Nona. Setiap tahun saya menyumbang Dewan Gereja, saya juga tidak keberatan menerima anak-anak dekil itu.
HENDRICK
(Khawatir)
Lyzbeth, engkau terlalu banyak minum.
LYZBETH
(Mengibaskan tangan)
Tidak … tidak, Hendrick. Saya tidak mabuk. Saya hanya perlu mengatakan apa yang saya pikirkan. Bahwa Gereja tidak cukup tahu diri dengan segala kemurahan hati saya.
Hendrick hendak mengambil gelas Lyzbeth, tetapi tunangannya itu menolak. Dia malah menenggak habis isi gelasnya, baru dia serahkan kepada Hendrick.
LYZBETH
Bagaimana dengan kain Sumatra yang saya hadiahkan itu, Nona Anna? Bukankah kain itu sangat indah? Anda tahu harganya berapa?
Anna terpaku di tempatnya berdiri.
LYZBETH
Saya sudah sangat bermurah hati. Saya harap Nona mengerti.
ANNA
Iya, Nyonya. Kain itu sangat indah. Terlalu bagus untuk saya. Saya akan mengirimkan kembali kepada Nyonya.
LYZBETH
(Tertawa kencang)
Mengapa dikembalikan, Nona? Jika Nona menjahitnya jadi baju, Nona akan terlihat berkelas Anda masih terlalu muda untuk terus-menerus mengenakan setelah wol warna hitam, Nona.
ANNA
Saya kira, ini waktunya saya untuk pamit, Nyonya.
Tidak menunggu jawaban Lyzbeth, Anna membalikkan badan.
LYZBETH
Tunggu Nona Anna, pesta belum selesai.
ANNA
Anak-anak harus kembali ke kota sebelum pintu gerbang ditutup, Nyonya.
Lysbeth bengong. Seperti berpikir, seprti kebingungan sendiri.
LYZBETH
(Menoleh ke Hendrick)
Kurasa aku baru saja mengacau. Benar begitu?
HENDRICK
(Mengangguk)
Kurasa begitu.
Lysbeth mambanting gelas anggurnya. Anna meninggalkan pasangan itu dengan langkah menderu. Jozua yang datang membawa gelas berisi sirop kebingungan dengan kesan wajah Anna yang di luar kebiasaan.
JOZUA
Sirop Anda, Nona.
ANNA
(Tersenyum terpaksa)
Saya tidak haus, Tuan. Untuk Anda saja.
Jozua termangu. Dia menoleh bergantian antara Anna yang terus pergi dengan langkah menderap dan Lyzbeth yang masih tertawa tak karuan dan Pietersen yang berupaya mengajaknya menyingkir dari tengah pesta.
FADE OUT:
FADE IN:
139. INT. RUMAH SYAIKH AKHMAT
Cast: Syaikh Akhmat, Nanhi Pari
Di dalam rumahnya yang bertaman bunga mawar, Syaikh Akhmat bin Hisba dan putrinya Nanhi Pari duduk berhadapan, sementara kitab-kitab tebal menumpuk di antara keduanya. Diterangi lentara minyak yang berpendar, ayah anak itu bersahut-sahutan tanya dan jawaban, dalam nada yang bersungguh-sungguh.
NANHI PARI
Kompeni telah menghidupkan kekuatan kuno itu, Ayah. Apa yang harus kita lakukan sekarang?
SYAIKH AKHMAT
(Menatap putrinya lekat-lekat)
Ibumu pun syahid untuk melawan mereka, Nanhi. Mereka telah mengobarkan perang sejak Islam kali pertama menapak di Pulau Jawa, hampir seribu tahun lalu.
NANHI PARI
Benarkah ajaran mereka juga datang dari India Ayah?
SYAIKH AKHMAT
(Menerawang)
Benar. Orang-orang India Selatan. Mereka yang menolak kasta. Mereka beribadah dengan mabuk arak.
NANHI PARI
Bagaimana mungkin sebuah peribadatan dilakukan dengan mabuk?
SYAIKH AKHMAT
(Menatap Nanhi Pari)
Bukan hanya minum arak hingga mabuk, Putriku. Mereka melakukan upacara memakan mayat, ikan beracun, menari di kuburan, dan bersetubuh bagai binatang.
Nanhi Pari tercekat. Dia sampai tak mampu mengatakan satu pun kalimat.
SYAIKH AKHMAT
Sultan Al-Gabah dari Rum, Persia,ratusan tahun lalu mengirim ribuan keluarga Islam ke Tanah Jawa. Semua dibunuh, bahkan dimakan oleh orang-orang Bhairawa dan pemimpin mereka yang disebut Banaspati. Sultan Al-Gabah murka lalu mengirim ulama yang memiliki karomah bernama Syaikh Subakir. Beliau memulai dakwah Islam melawan Bhairawa yang diteruskan oleh Wali Sanga, dan para pendahulu kita.
Sekarang mereka bangkit lagi setelah dua puluh tahun menghilang.
NANHI PARI
Bangkit lagi dan bersekutu dengan Kompeni.
SYAIKH AKHMAT
Kompeni mengambil pasukan bayaran dari berbagai tempat. Mereka tidak peduli bagamana orang-orang itu beragama. Urusan ini menjadi semakin rumit. Apakah kita telah menerima perintah dari Penerus?
NANHI PARI
(Mengangguk)
Iya Ayah. Penerus telah memilih pemimpin pasukan.
SYAIKH AKHMAT
Artinya akan ada bantuan?
NANHI PARI
Semoga saja demikian.
SYAIKH AKHMAT
Bagaimana dengan pasukanmu?
NANHI PARI
(Menatap ayahnya)
Untuk saat-saat seperti inilah kami berlatih selama bertahun-tahun.
SYAIKH AKHMAT
Semoga Allah memberi perlindungan.
Nanhi Pari mengangguk. Pada matanya tersimpan keyakinan.
CUT TO:
140. EXT. SERAMBI RUMAH LYZBETH (PETANG)
Cast: Lyzbeth, Hester, Saathi, Sussana, Pedro, Warga Kota
Hester dan Sussana berpamitan kepada Lyzbeth yang sedang menikmati teh di serambi. Di serambi, Lyzbeth tinggal ditemani Saathi dan Pedro. Keduanya duduk di lantai kayu dan diam tanpa suara. Pedro melihat ke jalanan sedangkan Saathi menatap lantai.
HESTER
(Takut-takut)
Nyonya…
LYZBETH
(Menyeruput the)
Jadi kalian lihat pesta orang Cina?
HESTER
(Mengangguk)
Iya, Nyonya. Orang-orang punya omongan, tahun ini karnaval lampionnya sangat meriah.
SOUND EFFECT: BUNYI PETASAN DAN KEMBANG API DI KEJAUHAN
LYZBETH
(Melirik)
Berisik sekali petasan-petasan itu.
HESTER
(Merunduk-runduk)
Kami berangkat, Nyonya.
LYZBETH
Pulang jangan terlalu malam.
HESTER
Baik, Nyonya.
SUSSANA
Pergi dulu, Nyonya.
Lyzbeth mengangguk saja. Dia sekarang duduk di kursi, melihat suasana. Jalan Utrecht ramai dilewati orang-orang yang hendak melihat pawai orang-orang Tionghoa. Mulai dari tuan nyonya Belanda, para mardiker, budak, semuanya tumpah-ruah di jalanan.
LYZBETH
Pedro, Menurut angkau ada pegi ke mana itu Fernando?
PEDRO
(Menggeleng perlahan)
Saya tiada tahu, Nyonya.
LYZBETH
Dia ada saya suruh menagih hutang ke tukang roti Jan Slecht dari pagi tidak pulang-pulang. Jangan-jangan dia curi uang tagihan dua ringgit itu.
Pedro menunduk. Ketakutan.
LYZBETH
Angkau tahu apa hukuman buat pembohong?
Pedro mengangguk-angguk. Semakin ketakutan.
LYZBETH
Apa yang satu budak lakukan jikalau dianya ada uang?
PEDRO
(Takut-takut melihat pada Lyzbeth)
Mungkin… mungkin dianya ada pegi ke orang Cina punya warung arak, Nyonya.
LYZBETH
(Mengangguk-angguk dengan dingin
Angkau mulai jujur.
PEDRO
Itu betul, Nyonya. Saya orang sunggu-sunggu tiada tahu menahu soal Fernando, Nyonya.
LYZBETH
Di mana itu orang Cina punya warung ada jual arak?
PEDRO
Di … di seberang itu Rumah Sakit Kompeni, Nyonya.
LYZBETH
(Tanpa emosi)
Itu jauh sekali. Hampir-hampir sampai ke itu Gerbang Diest.
PEDRO
Itu betul, Nyonya.
LYZBETH
(Menoleh pada Pedro)
Begini… angkau cari itu Fernando ke itu warung-warung arak. Kasi dia omongan, pulang sekarang juga. Jikalau tidak, saya bekal naik saya punya kuda, bawa saya punya cambuk Jepang. Saya bekal kasih seret dia pake itu kuda, sampai di ini Jalan Utrecht. Sepanjang jalan, saya bekal kasih cambuk dia sampai berdarah-darah.
Pedro gemetar mendengar ancaman Lyzbeth yang datar namun menakutkan itu.
LYZBETH
Paham?
PEDRO
I…iya, Nyonya. Saya paham.
LYBETH
(Mengambil cangkir tehnya)
Tunggu apa lagi?
PEDRO
Ba .. baik, Nyonya.
Pedro buru-buru bangun lalu merunduk dalam-dalam sebelum dia meninggalkan serambi. Lyzbeth belum berkata apa-apa. Dia masih menikmati tehnya. Menoleh ke serambi tetangga. Malam ini dia hampir-hampir sendirian. Saathi duduk timpuh dengan kedua kaki melipat di samping.
LYZBETH
Sussana punya omongan, angkau di pasar banyak-banyak bicara?
Saathi mengangkat wajah sesaat, menunduk lagi tanpa menjawab.
LYZBETH
Angkau lebi kasi hormat tukang ikan daripada angkau punya majikan.
Saathi bertambah diam.
LYZBETH
Angkau tahu saya terlalu benci dengan angkau punya wajah, Mary? Bukan kerna angkau punya mata biru atawa angkau punya kulit iang bikin saya cemburu. Tetapi, kesan wajah angkau itu ada sembunyi sesuatu. Angkau tiada senyum, tiada menangis, tiada tertawa, tiada banyak kata, tiada emosi.
Lyzbeth bangun lalu merapat ke pagar teras. Melihat ke langit Batavia yang pecaah oleh dentuman kembang api.
LYZBETH
Angkau tiada lebi dari satu budak. Tiada layak satu budak punya wajah angkuh macam angkau itu.
SOUND EFFECT: BUNYI KEMBANG API
LYZBETH
Kabar buruknya ia itu, angkau bekal jadi budak saya selama-lamanya. Saya tiada perlu kasih paksa, angkau suatu hari akan minta ampun kepada saya. Saya bekal kasih siksa angkau punya rasa sampai angkau kasih lepas itu kesan wajah sialan.
Saathi menoleh ke jalan. Seolah-olah dia sudah selesai mendengarkan.
LYZBETH
(Melirik dengan sengit)
Saya dapat omongan, angkau ada kebisaan menyanyi?
Saathi menoleh. Mengangguk kemudian.
LYZBETH
Menyanyi apa?
SAATHI
Sastra Gendhing, Nyonya.
LYZBETH
Itu lagu macam apa?
SAATHI
Lagu berbahasa Jawa, diiringi gamelan.
Lyzbeth menahan kalimatnya beberapa lama.
LYZBETH
Saya mempertaruhkan saya punya nama baek buat suruh kamu menyanyi di hadapan Tuan Gubernur.
Wajah Saathi terangkat.
LYZBETH
Saya bekal jamu Tuan Gubernur di Ommelanden, dua pekan lagi. Angkau bole siapkan diri?
Saathi mengangguk lemah.
LYZBETH
Saya punya aturan terlalu sederhana. Jikalau angkau menyanyi dengan baek, angkau bekal kembali ke ini rumah. Tapi…, jikalau tampil jelek, itu Tuan Gubernur benci kepada angkau punya nyanyian, saya bekal kasih tarik angkau punya lidah sampai putus. Saya bekal kasih kirim angkau ke itu Gerbang Baru, supaya angkau bole kerja jadi prampuan jalanan.
Wajah Saathi terangkat lagi.
LYZBETH
(Menyeringai)
Kenapa? Bukankah itu sama dengan angkau punya panggilan jiwa? Angkau prampuan roh jahat iang suka hati kasih hiburan itu laki-laki hidung belang?
Saathi tidak menjawab. Namun, kali ini dia menantang tatapan Lyzbeth. Memandangnya tanpa jeda. Lyzbeth merinding karenanya. Dia membuang muka.
LYZBETH
(Menggumamkan doa pengusir setan)
…. juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.
FADE OUT: