Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
18. KANAL BATAVIA (PAGI)
Cast: Gesù, Ventura, Domingos, Tuan Nyonya Belanda, para budak.
ESTABLISH: KOTA BATAVIA DARI KETINGGIAN
Parit (kanal) besar Batavia sibuk. Penduduk kota berjalan-jalan di pinggir kanal. Minum arak di kedai-kedai milik orang Tionghoa. Para Tuan dan Nyoya Belanda naik perahu menyusuri Sungai Ciliwung. Budak-budak mengayuh perahu-perahu kecil untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan majikannya. Di salah satu perahu, Ventura berdiri di atas perahu sedangkan Domingus ada di balik kelambu rumah-rumahan perahu.
VENTURA
(Celingukan sambil memeluk dayung)
Domingos.
Kepala Domingos melongok dari kelambu rumah-rumahan kecil di tengah perahu.
VENTURA
(Agak melotot)
Begimana?
DOMINGOS
Bersedia.
Ventura menoleh ke sana-sini. Melihat ke Gerbang Utrecht.
INSERT: Beberapa warga yang hendak ke luar berjalan kaki sedang diperiksa oleh petugas Kompeni; para Mardiker bersenapan sundut. Budak-budak hitam mengusung keranjang-keranjang besar berlalu lalang. Seorang perwira Belanda menaiki kuda, bertopi lebar dengan bulu mencuat. Dia sedang memeriksa keadaan.
DOMINGOS
(Datang dan menepuk pundak Ventura)
Ventura.
VENTURA
(Kaget bukan main)
Angkau hampir buat berhenti saya punya jantung, Domingos.
Mereka berdua tampak sama-sama tegang. Setelah menenangkan diri sejenak, keduanya lalu duduk, tetapi tidak sejajar. Seperti Ventura, Domingos kemudian meraih dayung. Keduanya mulai mengayuh pada sisi yang berseberangan tetapi menyamakan gerakan.
Perlahan-lahan perahu mereka meninggalkan dermaga kanal. Benar-benar perlahan.
Mata Ventura tak lepas memerhatikan pintu gerbang yang menjulang. Seperti tiga gerbang kota lainnya, Gerbang Utrecht dilengkapi penjaga yang banyak jumlahnya. Mereka berdiri persis di depan gerbang berupa lengkungan. Sebagian penjaga lain mengawasi dari atas benteng. Gerbang itu di atasnya terdapat bangunan besar dengan atap menyerupai rumah. Ada jendela-jendela dan balkon tempat para penjaga mengamati keadaan di bawahnya.
VENTURA
(Menghardik)
Domingos! Mulain sekarang.
Domingos bangun tanpa menjawab apa-apa. Dia masuk lagi ke rumah-rumahan di bagian tengah perahu. Kelambunya dia tutup rapat. Sementara itu, Ventura terus mendayung, meski sekarang agak kepayahan, sebab dia melakukannya sendirian.
CUT TO:
19. PALANG PINTU AIR (PAGI)
Cast: Ventura, Domingos, De Costa, Petugas Pintu Air, muda-mudi Belanda
Perahu sudah mendekati Gerbang Diest. Palang pintu air berupa gelondongan pohon utuh. Beberapa petugas yang berdiri di atas perahu patroli. Ventura mengayuh perlahan. Sempat tangan kanannya membuat tanda salib di wajah dan kedua bahunya. De Costa (pria Coromandel India, usia 30 an, sinis, menyelidik, badannya sedang) mengawasi perahu yang ditumpangi Ventura dan Domingos.
CLOSE UP: WAJAH PENUH CURIGA DE COSTA
DE COSTA
(Berpindah dari perahu patrol ke perahu Ventura)
Ventura Caldiera dari Malabar!
VENTURA
(Gugup)
Selamat pagi, Tuan de Costa.
DE COSTA
Aneh bangat angkau sewa perahu tutup ini hari?
VENTURA
(Buru-buru mengambil kertas pemberitahuan kepemilikan budak dari balik baju)
Ini surat keterangan saya, Tuan.
DE COSTA
(Menerima dan membuka kertas itu)
Sama saja dengan minggu lalu. Angkau masih budak orang Walanda.
Anthony melangkah ke rumah-rumahan perahu. Ventura seolah hendak mencegahnya
VENTURA
(Wajahnya menegang)
Semua perahu buka habis orang sewa, Tuan.
DE COSTA
(Mata meyipit, dia mengelus berewok)
Angkau ada sembunyi apa, Ventura?
Ventura buru-buru menggeleng tapi matanya semakin ketakutan. Da Costa membalikkan badan. Dia hendak menyingkap kelambu rumah-rumahan perahu itu tetapi seseorang dari dalam membukanya lebih dulu. Orang itu Domingos.
DOMINGOS
(Mendadak)
Tuan de Costa.
DE COSTA
(Kaget, menarik badannya ke belakang)
Domingos.
DOMINGOS
(Mengulurkan kertas)
Ini surat saya, Tuan.
DE COSTA
(Tatapan menyelidik)
Angkau punya resia apa ini hari?
Anthony mengusir Domingos dengan isyarat tangan sambil menerima kertas Domingos.
DE COSTA
(Melongok ke dalam rumah-rumahan)
Angkau simpan apa di dalam?
CLOSE UP: WAJAH PIAS VENTURA
VENTURA
(Menyela)
Itu panci besi milik kami punya Nyonya, Tuan.
Buat kasih contoh kepada Tuan Lim.
CLOSE UP: PANCI-PANCI
DE COSTA
(Menoleh ke Ventura)
Banyak-banyak begini?
VENTURA
(Mulai lancar bicara)
Tuan Lim punya pabrik gula mau buka ada nanti tiga bulan lagi. Kami punya Nyonya tawarkan rupa-rupa macem barang buat giling tebu.
DE COSTA
(Menyodokkan moncong senapannya ke panci-paci)
Angkau tiada sembuni apa-apa di dalam?
VENTURA
(Buru-buru menjawab)
Tiada, Tuan.
Anthony membalik badan lagi. Dia mengamati Ventura dan Domingos bergantian. Serombongan perahu lain datang dari kota. Muda-mudi Belanda. De Costa menyerahkan kertas Domingos lalu buru-buru melompat ke perahunya. Bergabung dengan teman-temannya.
DE COSTA
(Berteriak)
Pegi, lekas-lekas!
VENTURA
Baik, Tuan.
Ventura dan Domingos kembali duduk dan mengayuh perahunya perlahan.
DE COSTA
(Menghardik)Hei! Aku kata lekas-lekas!
FADE OUT:
FADE IN:
20. EXT. SUNGAI CILIWUNG (PAGI)
Cast: Ventura, Domingos, Muda-mudi Belanda
Ventura Domingos mengayuh perahu kuat-kuat. Beberapa lama kemudian, perahu mereka telah berlayar di Sungai Ciliwung. Ketika melalui pertigaan Ventura menoleh pada Domingos.
VENTURA
(Celinguk)
Ke pinggir.
Perahu merapat ke sisi sungai. Diam beberapa saat, sampai perahu muda-mudi Belanda melintas. Beberapa pasang lelaki dan perempuan. Seorang lelaki mengacungkan botol anggur. Para perempuan tertawa-tawa di bawah payung warna-warni. Tidak seorang pun yang memerhatikan perahu Ventura. Setelah perahu pelancong itu lewat, Ventura memberi tanda kepada Domingos untuk mengayuh kembali. Mereka terus mengayuh lurus sampai di persimpangan.
CUT TO:
21. EXT. SUNGAI KRUKUT(PAGI)
Cast: Gesù, Ventura, Domingos, Saathi, Mlêthik, Byomå
Ventura berdiri di atas perahu, menoleh ke sana-sini. Dia lalu menoleh ke Domingos. Mengangguk. Domingos pun membalas dengan anggukan. Tangannya lalu meraba badan perahu, turun hingga mendekati air. Dia memukul-mukul badan perahu dengan keras.
SOUND EFFECT: SUARA KETUKAN
Dari dalam air kemudian menyembul batang bambu kecil. Makin lama makin panjang. Berpangkal di mulut Gesù. Kepala Gesù menyembul ke permukaan. Basah kuyup. Tangan-tangannya menggapai-gapai. Domingos dan Ventura buru-buru menolongnya. Perahu sampai bergoyang-goyang.
Ventura dan Domingos masing-masing menarik satu tangan Gesù menyeretnya ke dalam perahu. Napasnya memburu. Badannya mengucurkan air. Batang bambu terlempar ke lantai perahu.
VENTURA
(Khawatir)
Tuan baek-baek?
Gesù, mengangguk dengan napas yang buru-buru. Belum berusaha berbicara.
VENTURA
(Menoleh ke Domingos)
Domingos. Kasi masuk.
Domingos mengangguk lalu memapah Gesù masuk ke balik kelambu.
CUT TO:
22.INT. DALAM RUMAH-RUMAHAN PERAHU
Cast: Gesù, Ventura, Domingos
GESÙ
(Mengatur napas lalu tertawa)
Kalian luar biasa.
DOMINGOS
(Menyelimutkan kain tebal ke ke punggung Gesù)
Tuan kuat bangat.
GESÙ
Batang bambu itu sangat menolong, meskipun ketika kalian mengayuh perahu dengan cepat, saya betul-betul kewalahan. Hampir putus asa.
CLOSE UP: WAJAH GESÙ YANG MASIH BASAH
GESÙ
(Menepuk-nepuk panci-panci di kanan kirinya)
Ide mengalihkan perhatian ini sangat jitu. Jarang orang curiga dua kali. Setelah tidak menemukan apa-apa selain panci, penjaga gerbang itu tidak memeriksa dengan teliti.
DOMINGOS
Itu Nona-Nona Walanda yang melancong juga menulungin kita, Tuan.
GESÙ
(Menepuk bahu Dominus)
Benar. Tapi kalian yang terbaik. Saya berhutang budi.
VENTURA
(V.O)
Tuan baek-baek?
GESÙ
(Menoleh ke luar)
Ya. Selain bahwa saya hampir kehabisan napas, sisanya baik-baik saja.
VENTURA
(V.O)
Tuan terlalu kuat sekali.
GESÙ
(Menoleh ke Domingos)
Tidak percuma saya gemar menyelam sejak kecil.
Tapi, apa yang baru saja kita lalui adalah pengalaman tergila sepanjang hidup saya.
VENTURA
(V.O)
(Ventura tertawa pendek)
Tapi ini keadaan suda aman. Tuan trusa slempang ke luar.
GESÙ
(Tertawa lepas)
Benarkah? Itu melegakan.
Domingos ikut tertawa sekadar berpartisipasi.
FADE OUT:
FADE IN:
23. EXT. DI BAGIAN LUAR PERAHU
Cast: Gesù, Domingus, Ventura
Gesù ke luar dari balik kelambu disusul oleh Domingos. Dia lalu mengambil alih dayung Domingos dan mulai mengayuh. Domingos meminta dayungnya tapi Gesù menolak. Ventura tertawa tanpa suara. Tampaknya dia sangat gembira. Domingos berdiri mengamati keadaan.
GESÙ
Di mana kamu akan menyimpan perahu, Ventura?
VENTURA
Ada di rumpun bambu, Tuan. Tiada yang bekal temukan. Kita orang suda biasa.
GESÙ
Dari sana, kita jalan kaki ke kebun tebu?
VENTURA
(Menggeleng)
Tuan ada jalan kaki. Kita orang ada panggul panci-panci.
Gesù tertawa. Ventura dan Domingos begitu juga.
GESÙ
Beruntung sekali Nyonya Tijntje menitipkan panci-panci itu hari ini.
VENTURA
Kita punya Nyonya selalu tawarkan rupa-rupa macam barang ke Tuan Lim dan siapa saja orang yang sewa kami, Tuan.
GESÙ
Apakah Tuan Lim tidak masalah kita muncul bersama di ladang tebunya?
DOMINGOS
Saya berpikir, bagus jikalau kita orang pura-pura tiada saling kenal.
GESÙ
Itu lebih baik. Kalau Nyonya Tijntje tahu kalian mengantar saya ke luar tembok, itu bisa jadi masalah besar.
Gesù giat mengayuh dayung. Sekarang Gesù menikmati suasana di kanan kiri sungai. Pepohonan, rawa-rawa, rumpun bambu, pemandangan yang berganti-ganti.
VENTURA
Ada itu hutan bambu tanda kita orang suda dekat Kebun Tebu, Tuan. Lebi baek Tuan segera tuker baju. Supaya tiada dapet demem dingin.
Gesù mengangguk tetapi tidak menurut. Dia menatap seseorang yang sedang menebang pohon bambu, di pinggir sungai. Shaati mengayunkan golok dengan lihai. Beberapa kali tebas, batang bambu sudah terpotong. Saking rapatnya rumpun bambu itu, pangkal sudah ditebas, pucuknya masih menggantung. Shaati berusaha menarik batang bambu, bunyi daun-daun bambu bergesekan begitu riuh.
SOUND EFFECT: BACOKAN GOLONG DAN GESEKAN DAUN BAMBU.
Gesù memelankan kayuhannya, sampai berhenti sama sekali. Ventura yang memerhatikan tingkah Gesù lalu melakukan hal yang sama. Dia malah mengangkat dayung dan diletakkan di lantai perahu.
GESÙ
Lihat itu, Ventura.
Seorang perempuan muda bisa menggunakan golok dengan begitu baik.
VENTURA
Itu prampuan desa punya kerja sari-sari, Tuan.
DOMINGOS
(Berseloroh)
Itu wanita budak juga bisa kerja.
VENTURA
Mereka orang lebih pandai beklahi dengan budak dia punya tetangga daripada kasi potong bambu.
Domingos tertawa, sementara Shaati sadar dia tak lagi sendirian. Gadis itu melihat ke perahu. Menemukan Gesù yang juga sedang menatapnya. Seketika Gesù tersentak. Gadis tadi tidak tampak terganggu tapi juga tidak memberi perhatian kepada kehadiran Gesù dan perahunya. Dia menyeret bambu yang sudah dia tebang ke pinggir sungai, menghilang di balik rumpun bambu.
GESÙ
(Bergumam keheranan)
Mata gadis itu biru.
VENTURA
Saya rasa, dia orang satu prampuan Mestizo, Tuan.
GESÙ
(Mengayuh lagi)
Apa itu Mestizo?
VENTURA
Peranakan Walanda dan orang-orang Mardiker.
GESÙ
(Sangat tertarik)
Oh … mereka tinggal di Ommelanden?
VENTURA
Sebagian. Nasib mereka orang tiada beda dengan Mardiker, Tuan. Jarang boleh dapet nama mereka punya ayah.
GESÙ
Tidak diakui?
VENTURA
(Mengangguk)
Banyak orang Mestizo di Batavia?
Ventura menggeleng. Perahu mereka terus berlayar dan pada sisi sama dengan Saathi Gesù melihat sebuah gerobak kerbau yang sedang berhenti di dekat rumpun bambu. Di atas atap gerobak, menelentang dua atau tiga batang bambu besar yang sudah bersih dari batang dan daun. Tak jauh dari gerobak, Gesù melihat Byomå dan Mlêthik. Mlêthik berdiri dengan dua tangan di belakang, Byomå duduk mengorek-ngorek tanah.
MLȆTHIK
(Agak merajuk)
Kakang, ayo main!
Gesù memerhatikan keduanya dengan penuh rasa ingin tahu.
FADE OUT: