Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
27. #27 Pesan tentang Iblis

FADE IN:

125. INT. RUANG KONSISTERI GEREJA BELANDA (SIANG)

Cast: Pastor Rafael, De Paus

Di. ruang konsisteri Gereja Kota, Pastor Rafael Ferreira menerima secarik pesan tanpa pengirim dan tanpa keterangan apa pun. Hanya sebuah kalimat berbahasa ibrani yang bisa di baca, namun tidak dia mengerti. 

CLOSE UP: Kertas bertuliskan kalimat Ibrani:

    וַיַּעֲמֹד שָׂטָן עַל־יִשְׂרָאֵל וַיָּסֶת אֶת־דָּוִיד לִמְנֹות אֶת־יִשְׂרָאֵל׃

RAFAEL

(Mengeja pesan)

VAYA'AMOD SÂTÂN… 'AL-YIS'RÂ'ÊL VAYÂSET 'ET- DÂVÏD, LIMENÕT 'EL- YISERA'Ê.

Rafael mengalihkan pandangan ke luar jendela. Berpikir. 

RAFAEL

(Membisik)

Apakah ini bunyi ayat Al Kitab? Siapa yang mengirimnya?

Sang pastor lalu mengambil kertas itu dari meja, beranjak dari tempatnya, menuju pintu ruangan. Berkata agak kencang di situ.

RAFAEL

Ada yang tahu di mana Anna Saal?

De Paus, laki-laki anggota diaken yang meja kerjanya di luar ruangan Rafael menjawab santun.

DE PAUS

(V.O)

Dia belum lama berangkat ke Panti Yatim Piatu, Pastor.

RAFAEL

Ah. Terimakasih.

Rafael kembali ke mejanya. Ferreira lalu mengambil Al Kitab dari lemari buku. Dia membuka-buka. Tekun di atas meja, Ferreira membuka lembar-lembar Al Kitab dengan khusyuk.

RAFAEL

Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. 1 Tawarikh 21:1.

Rafael tercenung dalam. 

RAFAEL

(Bicara dengan diri sendiri)

Apakah ini sebuah petunjuk kejadian yang akan datang? Siapa Iblis yang dia maksud? Apakah Iblis yang sebenarnya?

CUT TO:

126. PELATARAN PANTI YATIM PIATU (SIANG)

Cast: Anna, Byomå

Di pelataran panti, Anna menemukan Byoma yang sedang duduk termenung.

ANNA

Nicolaas. tidak bermain?

Byomå menggeleng. Dia menoleh ke Anna sekali lalu melamun kembali.

ANNA

(Dudu menyebelahi Byomå)

Saya dengar kamu pandai bermain suling?

BYOMȦ

(Menoleh malu-malu)

Sedikit.

ANNA

Saya punya sebuah ide bagus. Anak-anak panti semua akan bertamasya ke Ommelanden. Kita akan mengadakan pesta kebun. Bagaimana kalau kamu menghibur kita semua dengan pertunjukan sulingmu?

Mata Byomå berbinar-binar.

ANNA

(Penuh semangat)

Kamu mau? 

BYOMȦ

(Ragu-ragu)

Mau.

ANNA

(Membelai kepala Byomå)

Saya tahu kamu sebenarnya anak yang senang bermain, Nicolaas. Kenapa kamu jadi pendiam?

BYOMȦ

Teman-teman tidak baik. Hanya Jacoba yang baik.

ANNA

Jacoba Appeldorn?

Byomå mengangguk.

ANNA

Tapi dia anak yang sudah besar, Nico. Kamu punya banyak teman-teman seusiamu.

BYOMȦ

(Menggeleng)

Saya tidak punya teman.

ANNA

Di dalam kelas, saya lihat, kamu juga lebih suka bermain sendiri?

BYOMȦ

Saya tidak mengerti.

ANNA

Tidak mengerti apa?

BYOMȦ

Tidak mengerti belajar apa.

ANNA

Tadi saya bercerita di kelas, bukan? Kamu tidak suka cerita?

BYOMȦ

Cerita Nona Anna beda.

ANNA

Beda dengan cerita siapa?

BYOMȦ

Mbakyu Saathi.

ANNA

Siapa Mbakyu Saathi?

BYOMȦ

Kakak perempuan saya.

ANNA

Oh, kakakmu suka bercerita.

BYOMȦ

(Mengangguk)

Mlêtik suka sekali cerita.

ANNA

Mlêtik itu siapa?

BYOMȦ

Adik perempuan saya.

ANNA

Di mana mereka?

BYOMȦ

Mlêtik tinggal dengan Baba Nioto. Mbakyu Saathi dijual jadi budak.

Anna tercekat. 

FADE OUT:

FADE IN:

127. EXT. KANAL UTRECHT (SIANG)

Cast: Saathi, Gesù

Saathi turun ke kanal dengan memanggul dua wadah air. Ketika dia melihat Gesù meminggirkan perahu. Gesù mengayuh perahunya sendiri.

GESÙ

(Menyapa lirih)

Saathi…bagaimana kabarmu?

Saathi masuk ke air untuk menenggelamkan embernya dengan sangat perlahan. Gesù tidak turun dari perahu. Dia pura-pura sibuk dengan barang-barang di dalam perahu yang sebelumnya bahkan tidak dia perhatikan.

SAATHI

Sayê baek, Tuan. Apakah ada kabar dari adik-adik saya?

GESÙ

Mlêtik telah pindah, Saathi. Tabib Nioto sekarang tinggal di kota.

SAATHI

(Mengangguk)

Itu lebih baik.

GESÙ

(Menoleh sana-sini)

Saya sedang membangun pondok di Ommelanden. Jadi belum sempat mengunjungi Byomå. Tapi… tapi dia benar ada di sana. Dia aman di panti.

SAATHI

(Mengangkat ember ke pinggir kanal)

Syukurlah. Maaf merepotkan Tuan.

GESÙ

Bagaimana denganmu? Kamu tampak pucat dan lebih kurus.

SAATHI

(Menggeleng)

Sayê tiada kenapa.

GESÙ

Rumah Tabib Nioto kabarnya di sekitar Parit Buaya. Saya akan mengunjunginya sekarang.

SAATHI

(Menenggelamkan ember keduanya)

Mohon sampaikan terimakasih saya kepada Baba Nioto.

GESÙ

(Mengangguk)

Saya akan cari cara untuk mengeluarkanmu dari tempat ini, Saathi.

Saathi melihat pada Gesù sekilas, tapi buru-buru beranjak ke pinggir kanal. Dia mamasang tali pada ember-ember kayu itu lalu mengaitkannya ke batang tanggungan. Dia letakkan tanggungan itu di bahu lalu perlahan mengangkatnya. 

SAATHI

Saya pergi dulu, Tuan.

Gesù menatap dengan sedih. Dia tidak tega melihat Saathi menanggung dua ember itu, terhuyung-huyung menaiki tangga kanal. Setelah Saathi menghilang di balik pepohonan, barulah Gesù mengayuh perahu, meninggalkan tempat itu.

CUT TO:

128. INT. EXT. SERAMBI LYZBETH (SIANG)

Cast: Lyzbeth, Anna, Saathi, Margareta, Hester, Sussana

Lyzbeth kedatangan Anna siang itu. Dia menjamu Anna di serambi. Ketika melihat Saathi telah selesai menyirami jalan, Lyzbeth memanggilnya.

LYZBETH

Mary!

Saathi membawa tanggunan bambu, mendekat ke serambi rumah Lyzbeth. Di lantai teras Sussana dan Hester duduk bersimpuh. Di sebelah pagar rumah, Margareta duduk santai menikmati teh sambil kipas-kipas.

LYZBETH

(Ramah, menyenankan)

Ada Nona Anna. Angkau duduk di ini serambi sebentar.

Saathi menurut. Dia duduk lantai serambi.

LYZBETH

Nona Anna datang ke mari untuk minta izin untuk bikin acara itu anak-anak Panti Yatim Piatu di itu saya punya pondok di Ommelanden.

Wajah Saathi terangkat. 

LYZBETH

Tentu saja saya tiada keberatan. Untuk itu anak-anak Yatim Piatu, saya ingin kasih bantu.

ANNA

(Tersenyum kepada Lyzbeth)

Nyonya sungguh dermawan.

LYZBETH

(Mengibaskan tangan, melirik ke Margareta)

Nona Anna terlalu berlebihan. Ini untuk amal. Tiada bole banyak hitung.

Anna mengangguk-angguk kagum.

LYZBETH

Saya mau bayar semua ongkos sewa itu perahu buat bawa itu anak-anak dan anggota diaken ke saya punya pondok di Sungai Ancol.

ANNA

(Dua tangan Anna menyatu di depan dada)

Dewan Diaken akan sangat berterimakasih.

LYZBETH

(Melirik Margerta lagi)

Saya juga mau kasih siap semua hidangan di itu pesta, Nona Anna. Semua itu perlengkapan meja makan, macam-macam minuman dari anggur spanyol, bir jerman untuk orang dewasa, teh, sirop untuk anak-anak. Semua saya kasih siap.

ANNA

Itu butuh biaya besar Nyonya.

LYZBETH

(Mengencang suaranya)

Ah, paling-paling hanya empat ratus ringgit saja, Nona Itu uang tak seberapa. Buat amal.

ANNA

(Terharu)

Saya kehabisan kata-kata, Nyonya. Saya berharap bisa membalas kebaikan Nyonya.

LYZBETH

Tidak perlu dipikirkan, Nona Anna. Mungkin jikalau itu Dewan Gereja ada rapat dengan Tuan Gubernur, acara amal ini bole sedikit saja diceritakan.

ANNA

Tentu saja, Nyonya.

LYZBETH

Tapi itu tiada penting, Nona. Hal utama buat saya adalah beramal.

ANNA

Anda sungguh menganggumkan.

LYZBETH

(Beralih pada tiga budaknya)

Kalian sudah dengar, bukan? Kalian misti kasih siap hidangan paling enak untuk anak-anak tiada bruntung itu.

SUSSANA

(Suka cita)

Iya, Nyonya.

LYZBETH

(Menoleh ke Saathi)

Mary… bole tolong buat ambil saya punya kain Sumatra yang mahal itu? Saya ingin kasih persent kepada Nona Anna.

ANNA

(Menggeleng)

Jangan, Nyonya. Tidak perlu memberi hadiah kepada saya.

LYZBETH

(Tersenyum)

Sekarang, Mary… di kamar saya.

SAATHI

Iyé, Nyonya.

Saathi bangkit dan masuk ke rumah. 

CUT TO:

129. INT. DEPAN KAMAR LYZBETH (SIANG)

Cast: Lyzbeth, Saathi

Sesampai di depan kamar Lyzbeth, Saathi hanya termangu di hadapan pintu tertutup. Dia tidak berani membukanya. Dia menunggu. Lyzbeth menyusulnya. Dia bersidekap, berdiri di hadapan Saathi dengan tatapan penuh kebencian.

LYZBETH

(Sengit)

Saya tahu apa yang angkau pikir, prampuan roh jahat. Angkau pasti pikir ini kesempatan buat angkau bertemu angkau punya adik yang kumal itu, bukan?

Saathi menunduk.

LYZBETH

(Tersenyum culas)

Jangan harap. Saya tiada bekal kasih kesempatan angkau bertemu dengan angkau punya adik. Selama-lamanya.

Saathi agak tersentak, tetapi berusaha tidak menampakkannya.

LYZBETH

(Membuka pintu kamarnya)

Mungkin hantaman kelom tiada bikin angkau menangis. Tapi saya tahu begimana cara kasih siksa orang semacam angkau.

Lyzbeth masuk ke kamar lalu membanting pintu, persis di muka Saathi.

FADE OUT:

FADE IN:

130. EXT. HALAMAN RUMAH BATAVIA NIOTO (SIANG)

Cast: Gesù, Mlêthik, Nioto

Gesù menemukan rumah Tabib Nioto. Rumah besar dengan pintu berkanopi berbentuk dua cendawan menumpuk. Di halaman rumahnya terdapat pot-pot besar yang berderet, ditanami macam-macam tanaman. Hal yang semakin meyakinkan Gesù bahwa dia datang ke rumah yang benar adalah sosok mungil yang sedang mencermati tanaman-tanaman itu. 

Mlêthik mencangking keranjang yang berisi helai-helai daun, batang, dan bunga. Dia tampak tekun memilih-milih bagian tanaman yang dia cari, memetik, lalu menaruhnya ke keranjang.

GESÙ

Mlêtik.

Mlêthik terpana sebentar. Matanya mengerjap. 

MLȆTHIK

Tuan Gesù.

GESÙ

(Tersenyum lebar)

Lihatlah! Baju itu hampir-hampir membuat saya tidak mengenalimu lagi.

Gesù menghampiri Mlêtik, berjongkok supaya matanya dan pandangan Mlêtik ada pada satu garis.

GESÙ 

Saya mencarimu ke mana-mana.

Mlêtik malah terdiam. Seperti terlalu banyak yang ingin dia katakan, namun tak sanggup dia keluarkan.

GESÙ

Kakakmu baik-baik saja. Saya baru saja menemuinya.

MLȆTHIK

(Mata melebar gembira)

Tuan Gesù bertemu Mbakyu Saathi dan Kakang Byomå?

GESÙ

Byomå belum. Tapi saya akan segera menemuinya. Sedangkan Saathi, saya baru saja bicara dengannya di kota.

MLȆTHIK

Kenapa Mbakyu tidak menjemput sayê?

GESÙ

Dia…dia ingin menjemputmu. Tapi belum bisa. Tapi pasti suatu hari dia akan menjemput kamu.

MLȆTHIK

Apa Mbakyu benar dijual orang jahat?

Gesù terdiam. Tidak cukup yakin menjawabnya. Nioto muncul di pintu, juga membawa keranjang di tangan.

NIOTO

Melte, lu bicala dengan siapa, ya?

GESÙ

(Buru-buru bangun)

Tabib Nioto, saya Gesù. Saya mengenal keluarga Meltik.

NIOTO

Ada ulusan apa, ya?

GESÙ

Saya… Saathi menitipkan pesan kepada Anda. Untung Anda sangat terkenal sehingga saya hanya perlu bertanya ke beberapa orang untuk menemukan rumah Anda, Tuan Nioto.

NIOTO

(Menoleh pada Mlêtik)

Lu anak ada kenal dengan dia olang?

MLȆTHIK

(Menutup mulut, menahan tawa)

Namanya Tuan Gesù, ‘ntia. Kang Byomå dulu mengira dia hantu.

GESÙ

(Ikut tertawa) 

Kamu tidak bisa melupakan kejadian memalukan itu.

Nioto melihat ke semua arah, memastikan tidak ada orang yang memerhatikan mereka. 

NIOTO

Lu olang, masuk, ya.

CUT TO:

131. INT. DALAM RUMAH BATAVIA NIOTO (SIANG) 

Cast: Mlêthik, Nioyo, Gesù

Dari dalam, Nioto menutup pintu rapat-rapat. Ruang dalam rumah itu mengagumkan Gesù. Mulai dari lemari hingga meja dan kursi. Dinding-dinding kertas bergambar penuh warna, guci-guci Tiongkok yang indah, lantai kayu yang halus.

GESÙ

(Duduk di kursi berukir)

Saya sedang membangun sebuah pondok naturalis tidak jauh dari Sungai Udang, Tuan.

NIOTO

(Menarik kursi)

Pondok apa? 

GESÙ

Pondok penelitian berbagai jenis tumbuhan dan hewan.

Nioto mengangguk-angguk, berusaha mengerti. Mlêtik berdiri di sampingnya sambil memukul-mukul lembut bahunya.

GESÙ

Saya diberi tahu, pondok tanaman obat Tabib Nioto ada di kawasan yang sama.

NIOTO

(Menoleh pada Mlêtik) 

Wa olang, ya, telpaksa pegi dari itu pondok, ya. Tapi wa olang pasti kembali. Itu tanaman obat banyak sekali, ya, di itu pondok, ya. Tidak ada yang mengulus, ya.

GESÙ

Saya belum lama menengok tanaman-tanaman Tuan. Beberapa mulai kering, tapi kami sudah menyiramnya. Saya kira sekarang sudah segar lagi.

NIOTO

Tuan sungguh-sunggu?

Gesù mengangguk sembari tersenyum.

NIOTO

(Wajahnya berubah cerah)

Haiyyah, jadi bikin lepot, ya.

GESÙ

(Melirik pada Mlêtik)

Pondok itu sempat dijaga serdadu Kompeni. Tapi sekarang sudah kosong. Kami minta izin untuk mengurus tanaman-tanaman Tuan.

NIOTO

Tuan telalu baik sekali, ya.

GESÙ

Pekerjaan saya tak bisa pisah dari tanaman, Tuan. Saya melakukannya dengan senang hati.

NIOTO

Telima kasih, ya. Saya orang punya hutang budi kepada Tuan, ya.

GESÙ

(Menggeleng)

Tidak perlu dipikirkan. Lagi pula, Tuan sudah menjaga Mlêtik. Saya sangat lega karenanya.

NIOTO

(Mengelus kepala Mlêthik)

Ini Melte suda jadi saya punya anak, ya. Suda jadi saya kewajiban menjaga dia, ya.

GESÙ

Saathi menitip salam kepada Tuan. Dia sangat berterimakasih.

NIOTO

Itu Saathi di mana, ya? Wa olang cali-cali ke mana-mana tiada ketemu, ya.

 

GESÙ

(Melirik Mlêthik lagi)

Saathi jadi korban perdagangan budak, Tuan. Dia bekerja di rumah Nyonya Lyzbeth van Hoorn, di Jalan Utrecht.

NIOTO

Haiyyah, sudah saya duga, ya. Malti kasih jual itu Saathi kelna punya hutang.

MLȆTHIK

(Menyela)

Kita jemput Mbakyu, ‘ntia, kasihan Mbakyu jadi budak.

NIOTO

(Mengangguk-angguk)

Nanti goa kasih bayal itu Nyonya Lyzbeth.

GESÙ

Saya khawatir cara itu belum bisa dilakukan, Tuan.

NIOTO

Haiyyah. Kenapa tiada bole?

GESÙ

Nyonya Lyzbeth orang yang aneh. Dia tidak akan melepas Saathi begitu saja.

NIOTO

Haiyyah, kenapa itu ulusan jadi lumit, ya?

GESÙ

Kita pasti akan menemukan cara untuk membebaskan Saathi. Hal yang penting, dia sehat dan kuat untuk bertahan.

NIOTO

Byomå begimana, ya?

GESÙ

Ah … itu yang hendak saya bicarakan. Byomå tinggal di Panti Yatim Piatu. Saya belum tahu apakah mungkin dilakukan. Tapi, saya sedang mencari cara untuk mengeluarkannya dari sana.

NIOTO

(Menoleh pada Mlêtik lagi)

Lu sekalang bole tidul nyenyak, ya. Lu punya kakak baek, ya. Wa olang akan nemu cara untuk kasih meleka bebas, ya.

MLȆTHIK

(Tersenyum bahagia)

Tuan Gesù apa Mbakyu Saathi bekerja terus?

GESÙ

(Mengangguk)

Benar, Mlêtik. Tapi, saya rasa kakakmu kuat.

MLȆTHIK

Sayê bisa buat ramuan?

GESÙ

Ramuan?

MLȆTHIK

(Mengangguk)

Ramuan akar umbi Tien Ma.

GESÙ

Kedengarannya ramuan yang hebat.

MLȆTHIK

Ramuan Tien Ma menenangkan tubuh, otot tegang hilang, otak segar.

GESÙ 

(Takjub)

Kamu belajar sangat cepat, Mlêtik. Kamu mau titip ramuan itu untuk kakakmu? 

Mlêtik mengangguk cepat.

GESÙ

(Tersenyum lebar)

Mereka pasti akan sangat senang menerima hadiah dari kamu.

Mlêtik mengangkat dagu. Tampak begitu bangga.

FADE OUT:

FADE IN:

132. EXT. PASAR IKAN BATAVIA (SIANG)

Cast: Saathi, Penjual Ikan, Sussana, Pedagang Pasar, Pengunjung Pasar

Saathi dan Sussana menyisir Pasar Ikan Batavia yang isinya hampir semua orang Jawa, entah menjual, melaut, juga berbelanja. Pasar itu dibangun dengan baik. Bangunannya kokoh dengan genting tinggi. Setiap nelayan yang baru saja datang menjual ikannya di pengepul-pengepul besar. Dari para pengepul ini, ikan-ikan tadi dijual di kios-kios ikan yang berderet di dalam pasar. Sussana dan Saathi menghampiri sebuah kios milik Penjual Ikan ( laki-laki 50-an tahun, Jawa berbadan kurus semacam pemadat dengan senyum yang mencurigakan).

SUSSANA

(Membolak-balik ikan-ikan)

Lihat, Mary. Segar-segar.

Saathi memisahkan dua bakul bambu kosong yang tadinya menumpuk. Salah satunya dia taruh di dekat Sussana. 

PENJUAL IKAN

Ini ikan-ikan baru dari laut, Nona. Segar-segar, tå?

Sementara Sussana masih sibuk memilih-milih ikan, meletakkannya ke dalam bakul satu per satu, Saathi bertanya kepada pedagang itu. 

SAATHI

Banyak nelayan Mataram di sini, Pak?

Lelaki itu kaget dengan agak berlebihan. Menatap Saathi dengan teliti. Saathi sedang menyampaikan bahasa sandi rahasia.

PENJUAL IKAN

Kathah… banyak. Tapi sudah tua-tua.

SAATHI

Angin laut besar sekali, nggih. Susah cari ikan.

PENJUAL IKAN

(Terkekeh-kekeh)

Nggih, tapi nelayan-nelayan di sini pantang menyerah.

PENJUAL IKAN

(Menoleh ke Sussana, lalu kembali ke Saathi)

Suka ikan? Suka?

SUSSANA

(Tertawa kecil)

Saya hanya memasaknya saja. Yang makan, Tuan dan Nyonya.

PENJUAL IKAN

(Mendesak Saathi)

Njenengan?

SAATHI

Saya tahu cara menaruh ikan-ikan di bakul.

PENJUAL IKAN

(Tertawa kuat)

Berapa kuat memangnya? Kuat berapa bakul?

SAATHI

(Menoleh ke bakul-bakulnya)

Dua bakul penuh.

PENJUAL IKAN

Eaaalaah. Tapi sekali ke laut masih dapat ratusan ikan.

SAATHI

Ke mana yang muda-muda?

PENJUAL IKAN

Mereka ndak pandai menangkap ikan, Cah Ayu?

SAATHI

Apa ndak diajari cara jadi nelayan?

PENJUAL IKAN

Ya, diajari. Tapi mereka banyak yang lebih pilih jadi penebang kayu di hutan.

SAATHI

(Menatap ke laut)

Sayang sekali. Sebentar lagi ada banyak pesta. Banyak orang mencari ikan.

Lelaki penjual ikan termenung. Bahasa sandi Saathi dia mengerti maknanya.

PENJUAL IKAN

Mudah-mudahan para tukang kayu pun mau belajar menangkap ikan.

SUSSANA

(Melirik Saathi)

Sepertinya saya harus sering ajak ko ke luar rumah, Mary. Di sini ko banyak sekali bicara dan bertanya. Senang melihatnya. Ko juga bisa bicara Jawa, rupanya.

SAATHI

(Menarik bakul penuh ikan)

Sayê angkat ke perahu dulu.

SUSSANA

Apa tidak nanti saja biar saya bisa bantu?

Saathi menggeleng. Dia mengangkat bakul itu ke pinggang lalu berjalan meninggalkan Sussana dan pedagang ikan.

CUT TO:

133. EXT. PINGGIR KANAL LUAR TEMBOK KOTA (SIANG)

Cast: Saathi, Nanhi Pari

Saathi menggendong bakul penuh ikan dengan teguh. Kaki-kaki telanjangnya menginjak tanah becek bekas hujan dengan kuat. Keluar dari pasar, Saathi hendak turun ke kanal luar tembok, tempat tukang perahu menunggu. Sebelum masuk kanal, Nanhi Parai menghentikannya. 

NANHI PARI

(Seperti tak percaya)

Puan.

Nanhi Par mencangking keranjang belanjaan ukuran keci. Ia berpakaian India warna tisca, Selendang biru menutupi rambutnya.

NANHI PARI

Puan ada di sini?

SAATHI

(Mengangguk)

Sayê sedang belanja ikan.

NANHI PARI

(Menoleh ke bakul besar di pinggang Saathi)

Saya pun sedang berkunjung ke Parit Moor. Ada keluarga kami tinggal di sana. Saya hendak membuat masakan laut.

Saathi menyimak.

NANHI PARI

Saya sempat mencari Puan di Kampung Jawa. Tapi, Puan dan adik-adik Puan sudah tiada.

SAATHI

Kami terpisah.

NANHI PARI

(Menatap prihatin)

Apa yang terjadi, Puan?

SAATHI

Hutang sepuluh ringgit itu membuat sayê jadi budak.

NANHI PARI

Apa yang bole saya bantu?

SAATHI

(Menggeleng)

Adik-adik saya ada di tempat yang aman.

NANHI PARI

Alhamdulillah, Bagaimana dengan Puan?

SAATHI

Sayê baek. Bagaimana sekolah-sekolah keluarga Puan?

NANHI PARI

Banyak yang harus disesuaikan. Taman mawar di sekolah kami pun dipermasalahkan oleh Jaksa Kota. Harus sembunyi-sembunyi menanamnya.

Tatapan Saathi menguat.Dia tahu, Nanhi Pari mengajaknya bicara dengan sandi rahasia. 

SAATHI

Mengapa menanam mawar pun dilarang?

NANHI PARI

Sebab, mereka tak ingin kami membuat minyak wangi dari tanaman mawar kami sendiri Mereka ingin kami membeli minyak wangi yang mereka datangkan dari Eropa. Saya kira, Kompeni akan mengirim orang-orang untuk membakar kebun-kebun mawar kami. 

Saathi menatap Nanhi Pari lekat-lekat.

NANHI PARI

Ommelanden pun mulai mengkhawatirkan. Ada serangan ke pondok tanaman obat seorang tabib Cina. Beberapa orang terbunuh.

SAATHI

Tabib Nioto?

NANHI PARI

(Menggeleng)

Saya tidak tahu namanya. Tapi pondok itu ada di pinggir Sungai Udang. Jan Pekel juga ditangkap oleh Kompeni.

SAATHI

Kepala Kampung Jawa?

NANHI PARI

(Mengangguk)

Saya dengar, Kompeni mengirim pasukan bayaran untuk menangkap Tuan Pekel.

SAATHI

Mengapa Kompeni menangkap Tuan Pekel?

NANHI PARI

(Menoleh ke kanan dan kiri)

Puan pernah mendengar pembicaran ayah saya waktu itu. Tuan Pekel ditangkap berkaitan dengan isi pembicaraan itu.

SAATHI

Di Ommelanden. Saya kira lahan masih sangat luas untuk berkebun mawar.

NANHI PARI

Kami telah lama menanam lima ratus mawar di tepi Sungai Cisadane.

SAATHI

(Tertegun)

Cukup banyak.

NANHI PARI

Bunganya sedang bermekaran. Saya berharap kelak Puan bole menyaksikan.

SAATHI

Semoga saya beruntung, Puan.

NANHI PARI

Kami hanya pandai menanam, tapi kurang pandai menyulingnya jadi minyak wangi. Apa Puan mengenal seseorang yang bole bantu?

SAATHI

(Mengangguk yakin)

Puan pasti akan bertemu dengan ahli itu.

Wajah Nanhi Pari beranjak cerah.

SAATHI

Sayê harus mengantar ikan ini, Puan, Jaga diri Puan baek-baek.

NANHI PARI

Puan juga harus berhati-hati.

SAATHI

Semoga kebun mawar Puan terus bermekaran.

NANHI PARI

Terima kaseh, Puan.

Saathi lalu melanjutkan langkah turun ke kanal. Tukang perahu sudah menunggunya.

FADE OUT:

FADE IN:

134. INT. RUANG KONSISTERI GEREJA BELANDA (SIANG)

Cast: Anna, Rafael

Anna Saal menulis sesuatu pada sabak dengan pensil batu. Sabak adalah papan tulis berupa batu persegi hitam tipis rata yang dibingkai kayu. Pensil batunya sangat mungil, hampir-hampir seukuran batang lidi berwarna abu-abu. Pensil itu bisa dipakai menulis di atas sabak Anna memberikan sabak yang sudah dia tulisi kepada Pastor Ferreira. Keduanya sedang berbincang serius di ruang konsisteri Gereja Kota.

CLOSE UP: SABAK BERTULISKAN IBRANI: שָׂטָן

ANNA

(Sangat serius)

Kata itu bermakna Iblis sebagai kata benda dalam bahasa Ibrani. SÂTÂN, Shin-qamats-Tet-qamats-Nun. Asalnya dari kata kerja SÂTAN.

Rafael mengangguk-angguk, mengikuti penjelasan Anna

ANNA

(Menunjuk kata pada sabak)

Ada sedikit perbedaan antara kata benda SÂTÂN dan kata kerja SÂTAN; Shin-qamats-Tet-patakh-Nun yang artinya memusuhi, melawan, menuduh, mendakwa.

CLOSE UP: SABAK BERTULISKAN IBRANI: שָׂטַן

RAFAEL

Artinya… segala kekuatan yang melawan Tuhan dan keselamatan manusia.

ANNA

Siapa yang mengirim tulisan ini, Pastor?

RAFAEL

(Membuka dua telapak tangannya)

Seseorang meletakkanya di pintu gereja. Tidak ada yang tahu dia siapa. Aku sempat menyangka, engkau yang mengirimnya, Anna.

ANNA

(Menggeleng)

Saya tidak suka teka-teki.

RAFAEL

Aku tahu itu.

ANNA

(Menghela napas)

Hal yang mengherankan, tidak banyak yang mengerti bahasa Ibrani di Batavia.

RAFAEL

(Mengangguk)

Itulah. Siapa pun yang mengirimkan ayat itu kepadaku sengaja hendak mencuri perhatian kita. Dia berhasil.

ANNA

Apakah dia hendak mengingatkan gereja?

RAFAEL

(Bertopang dagu)

Surat-surat itu awalnya hanya berisi satu kata; SÂTÂN. Tadinya kukira dia sedang mengolok-ngolok aku. Sekarang suratnya berbunyi kalimat utuh dari ayat Al Kitab.

ANNA

Pengirim pesan ini benar-benar ingin kita menaruh perhatian pada kata itu, Pastor.

RAFAEL

Siapa SÂTÂN yang dia maksud?

ANNA

Atau apa?

RAFAEL

Maksudmu, Anna?

ANNA

Saya mendengar ada kejadian mengerikan di Ommelanden, Pastor.

RAFAEL

Apa itu?

ANNA

Dua puluh tahun lalu, Batavia diteror sekelompok orang penyembah setan.

RAFAEL

Saya belum pernah mendengar kisah itu.

ANNA

Saya pun mendengarnya dalam kunjungan ke Ommelanden, Pastor. Seorang warga yang menyaksikan kejadian itu, dua puluh tahun lalu, bercerita kepada saya.

RAFAEL

Apa yang dilakukan kelompok itu?

ANNA

(Ragu mengatakannya)

Mereka membunuh orang…memakan mayatnya lalu membuat persembahan di kuburan.

RAFAEL

Kapan itu terjadi? Mengapa saya tidak menemukan catatannya di gereja?

ANNA

Ketika Raja Jawa menyerang Batavia.

RAFAEL

Siapa orang-orang itu? Antikristus?

ANNA

(Menggeleng)

Saya tidak bertanya lebih dalam. Membayangkannya saja terlalu mengerikan.

RAFAEL

(Menatap dengan saksama)

Aku akan menyelidikinya, Anna. Menurutmu, surat ini berhubungan dengan kejadian dua puluh tahun lalu?

ANNA

Saya tidak tahu, Pastor. Tapi, di Ommelanden belum lama terjadi pembunuhan yang konon tiada biasa. Seumur hidup saya di Batavia rasanya tidak pernah terjadi pembunuhan semacam itu.

RAFAEL

(Menebak-nebak)

Maksudmu…kelompok penyembah setan itu kembali ke Batavia?

ANNA

Segala kemungkinan bisa terjadi, Pastor.

RAFAEL

Engkau tahu apa yang harus kita lakukan, Anna?

ANNA

(Mengangguk yakin)

Saya akan menyiapkan mereka, Pastor.

RAFAEL

Bagus. Saya masih berharap surat ini hanya perbuatan orang iseng. Tapi, tidak ada salahnya bersiap-siap.

ANNA

(Bangun dari duduk)

Iya, Pastor.

RAFAEL

Anna.

ANNA

Ya, Pastor?

RAFAEL

Bagaimana hasil pemeriksaan Dewan Diaken terhadap Panti Yatim Piatu?

ANNA

Masih dalam proses, Pastor. Tapi, kemungkinan kita membutuhkan Wali Panti yang baru.

RAFAEL

Begitu parah rupanya?

ANNA

Harapan agar anak-anak panti tumbuh dalam ajaran Yesus tidak akan tercapai jika Nyonya Witgens dipertahankan.

RAFAEL

(Menggeleng-geleng)

Sulit sekali mencari orang yang bisa dipercaya.

ANNA

Kita tidak akan menyerah, Pastor. Tuhan bersama kita.

Ferreira mengangguk yakin. Dia memberi isyarat, mempersilakan Anna meninggalkan ruangan itu. Anna mengangguk lalu melangkah menuju pintu dengan penuh keyakinan.

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar