Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
16. #16 Golok yang Terhunus

FADE IN:

67. INT. EXT. DALAM GEROBAK (MALAM)

Cast: Byomå, Mlêthik, Saathi

Hujan deras.. Malam gelap Lampu di gerobak kehabisan minyak. Byomå dan Mlethik mengelus perut lapar. Saathi dan kedua adiknya duduk di bagian depan gerobak. Memandangi hujan.

BYOMȦ

(Lirih)

Mbakyu. Mengapa kulå dan Mlêtik tidak boleh menerima uang pemberian Tuan Gesù?

SAATHI

(Menoleh ke Byomå)

Sebab, kita bukan peminta-minta.

MLȆTHIK

(Menyanggah)

Kulå dan Kakang Byomå tidak meminta.

SAATHI

Ada orang lain yang lebih membutuhkan.

BYOMȦ

(Lugu)

Siapa yang lebih membutuhkan dibanding kita, Mbakyu?

Perut Mlêtik bergemucuk.

 

SOUND EFFECT: SUARA GEMERUCUK PERUT KOSONG

MLȆTHIK

Lapar.

FADE OUT:

FADE IN:

68. EXT. KAWASAN BENTENG JACCATRA (SIANG)

Cast: Byomå, Saathi, Mlêthik, Penjual Sayur

 

Saathi berjalan agak sempoyongan sembari menggendong Mlêtik di punggungnya. Mlêtik sesekali merintih kelaparan. Matanya memejam. Byomå berkali-kali menenggak air dari kendi, mengurangi rasa lapar. Saathi membawa golok, menggantung di pinggang. Saathi menghampiri Penjual Sayur (Laki-laki 30 an tahun, matanya penuh curiga, memakai udeng tutup kepala, baju tidak berkancing, bersarung sebatas lutut, melapisi celana panjang yang melebihi lutut)

SAATHI

Tuan… di manakah orang-orang menjual kerbau?

PENJUAL SAYUR

(Menunjuk arah jauh)

Di sana. Di alun-alun. Pasar ternak.

Saathi mengangguk, berterima kasih. Dia lalu berjalan lagi, dengan Byomå di sisi. Beberapa orang dalam keramaian memperhatikan mereka bertiga. Saathi menoleh ke sana-sini.

BYOMȦ

(Menujuk)

Itu pasarnya, Mbakyu.

Seorang bapak menuntun kambing menyeberang jalan Saathi melangkah ke arahnya. Melewati banyak pedagang, juga mereka yang berlalu-lalang. Di sebuah tanah lapang yang dikepung pepohonan, berkumpul orang-orang yang sedang berniaga. Isi tanah lapang itu berbagai hewan ternak berkaki empat: kerbau, sapi, dan kambing.

CUT TO:

69. EXT. PASAR HEWAN (SIANG)

Cast: Saathi, Byomå, Mlêthik, Penjual Sapi

Saathi berhenti sejenak di depan tanah lapang itu. Menguatkan ikatan kainnya. Ia datangi pedagang khusus kerbau yang paling jauh dari jalan. Terus bertanya. Banyak yang menggeleng atau malah tidak peduli. Sesekali Saathi menengok Byomå di sebelahnya yang gendong bakul kecil berisi kendi. Isinya dia tenggak sesekali.

SAATHI

Mlêtik. Haus?

Sambil tetap memejam, Mlêtik menggeleng. Saathi dan Byomå berjalan lagi, menyapa orang-orang. Semua pedagang dan pembeli di tempat itu adalah laki-laki. Para laki-laki kebanyakan memakai topi anyaman berbentuk kerucut atau menyerupai gong besar. Saathi menghampiri salah satunya.

CLOSE UP: PENJUAL SAPI

PENJUAL SAPI

Wångså? Itu Wångså orang Kampung Jawa?

SAATHI

(Penuh harap)

Iyé, Tuan.

Apakah tempo hari dia jual kerbau di sini?

PENJUAL SAPI

(Menengok ke sana-sini)

Iya, ada. Hari ini pun saya ada lihat dia tadi. Tapi, sekarang sudah tak ada.

SAATHI

Dia bawa dua kerbau kami.

PENJUAL SAPI

Itu betul. Itu tempo dia orang ada jual kerbau dua ekor. Dapet uwang banyak.

BYOMA

Itu kerbau sayé. Mengapa dia tak kasih uangnya?

Lelaki itu terdiam. Dia melirih golok yang menggantung di pinggang Saathi. 

PENJUAL SAPI

Angkau misti tengok itu pondok madat.

Saathi pias wajahnya, seketika. 

PENJUAL SAPI

Saya rasa dia tak balek ke kampung beberapa hari ini. Tiap-tiap dia muncul, selalunya mabuk berat. Dia orang suda lama jadi pemadat. Jikalau dia orang banyak uwang, pasti dia ke sana.

SAATHI

(Menahan marah)

Di mana tempatnya, Tuan?

PENJUAL SAPI

Coba angkau cari ke pondok madat Ben Con. Itu Wångså selalunya pegi ke sana.

Saathi mengangguk lalu meninggalkan Penjual Sapi. Byomå yang berjalan di sebelahnya menatap khawatir. 

CUT TO:

70. EXT. DERETAN PONDOK MADAT (SIANG)

Cast: Saathi, Byomå, Mlêthik, Pemadat

Pondok pemadat berjajar mencolok di pinggir jalan. Orang-orang ke luar masuk pintu rumah-rumah itu dengan sempoyongan. Saathi mencermati satu per satu pondok itu Semua pondok madat tampak sama. Sama-sama kumuhnya. Hanya pondok berdinding bilik, beratap rumbia.

Seorang lelaki Tionghoa mabuk ke luar dari dari salah satu pondok madat itu. Kepang rambutnya menjuntai hingga semata kaki. Rupanya sudah tak karuan. Dia berjalan sempoyongan.

SAATHI

(Menghampiri Lelaki Mabuk)

Tuan, di mana pondok madat Ben Con?

LELAKI MABUK

(Menoleh, heranan, tertawa)

Lu plampuan, ya, suka buat mabuk juga?

SAATHI

(Membentak)

Ben Con! Di mana?

LELAKI MABUK

(Menggoyang-goyangkan tangan, terbahak)

Lu bo’ begitu Madat itu tak baek, ya.

Saathi menggenggam gagang golok.

LELAKI MABUK

(Melihat golok menunjuk rumah bilik di sebelah dia berdiri)

Oh … oh. Jangan gusar, ya. Itu Ben Con, ya.

SAATHI

Wångså di dalam?

LELAKI PEMABUK

Wångså! O, Wångså ada,ya. Dia olang mabuk melulu, ya.

Saathi mengabaikan lelaki mabuk Dia melepaskan kain gendongannya, mendudukkan Mlêtik di pinggir jalan. Dia bangunkan dengan lembut.

SAATHI

(Lembut)

Mlêtik.

Mlêtik membuka matanya yang sayu.

SAATHI

(Menoleh ke Byomå)

Kowe jaga Mlêtik.

BYOMȦ

Mbayu mau apa?

SAATHI

Ambil uang kita.

Byomå duduk di sebelah Mlêtik. Dia rangkul bahu Mlêthik yang lunglai. Saathi memakaikan kain gendongannya ke punggung Mlêtik. 

SAATHI

Tunggu di sini.

Byomå mengangguk ragu.

CUT TO:

71. INT. PONDOK MADAT (SIANG)

Cast: Saathi, Wångså, Pemadat

Saathi masuk ke dalam pondok itu. Di dalam remang-remang. :ampu minyak sinarnya meliuk-liuk. Para pemadat rebahan di dipan-dipan. Semua wajah gembira. Tertawa-tawa. Macam-macam warna kulit mereka. 

Saathi mencari-cari. Tangan kiri menutup hidung. Di antara dipan-dipan yang dipisah dinding-dinding bilik bambu itu, akhirnya dia menemukan Wångså.

Wångså rebahan miring, berbantal bangku kecil. Dada kurusnya tampak bersembulan tulang, wajah gembira. Di depannya ada poci dan cangkir tanah liat. Di tangannya tergenggam pipa bambu, yang bagian atasnya seperti menempel sebentuk bola.

SAATHI  

(Histeris)  

Wångså!

Wångså mendongak.

SAATHI

Mana uang kerbau kami?

Wångså berusaha duduk. Menyender ke dinding bilik. 

WANGSAW

(Cekikan)

Saathi? Kowe di sini. Mau ikut madat?

SAATHI

(Menghunus golok)

Mana uang kami! Mana!

WȦNGSȦ

(Menjatuhkan pipa madat)

Jangan! Jangan bunuh aku, Saathi.

Saathi mengayunkan goloknya, menghancurkan poci tanah liat di depan Wångså. 

SAATHI

Mana uang kami!

Wångså duduk meringkuk, wajahnya berkerut-kerut. 

WȦNGSȦ

(Ketakutan)

Uwis entek. Sudah habis. Aku pakai bayar hutang judi dan madat.

SAATHI 

(Mengacungkan ujung golok persis di wajah Wångså)

Dusta!

WȦNGSȦ

Benar, Thi. Utangku banyak, Ti. Utang judi. Mereka tahu aku jual kerbau dan langsung merampas uangnya.

Saathi menghantamkan goloknya lagi, mengempas dipan kayu. Wångså menjerit sambil menutup muka dengan dua lengannya. Saathi mendorong Wångså dengan tangan kirinya sampai lelaki itu terjungkal ke lantai.

Dia lalu perlahan memasukkan golok ke sarungnya. Terhuyung-huyung, dia lalu meninggalkan Wångså yang masih ketakutan meringkuk di lantai. 

CUT TO:

72. EXT. PINGGIR JALAN DEPAN PONDOK MADAT (SIANG)

Cast: Saathi, Byomå, Mlêthik,Nanhi Pari

Saathi tak menemukan Byomå dan Mlêtik di tempat tadi dia tinggalkan.

SAATHI

(Histeris)

Byomå! Mlêtik!

Di seberang jalan, di bawah pohon, Byomå berdiri memanggil Saathi. Mlêthik duduk ditemani Nanhi Pari.

BYOMȦ

Mbakyu. Kulå di sini.

Saathi segera menghampiri Byomå dan Mlêthik. Nanhi Pari (Gadis Indoa, 20 an tahun, anggun, berkain sari, rambutnya tertutup kain tipis) menyambut Saathi.

NANHI PARI

Maafkan saya meminta adik-adik Puan berpindah. Saya khawatir ada orang yang bole sakiti mereka.

Saathi tak menjawab. Dia melihat kedua adiknya sedang memakan pisang dengan lahap.

NANHI PARI

Saya baru saja membeli buah Saya rasa mereka suka.

MLȆTHIK

(Lirih)

Kulå tidak meminta, Mbakyu.

Byomå menatap Saathi takut-takut. Dia sudah menghabiskan beberapa pisang rupanya. Kulitnya menumpuk di sebelah dia duduk. Satu sisir pisang besar ada di antara dia dan Mlêtik.

NANHI PARI

Rumah saya tak jauh dari sini. Saya ingin mengundang Puan dan adik-adik Puan ke rumah.

Saathi tertegun. Tak menjawab. 

NANHI PARI

Saya Nanhi Pari, putri Syekh Ahkmat bin Hasba. Saya sudah dua kali tengok Puan dan adik-adik Puan bernyanyi di dekat sini. Tadi, saya tengok Puan dan adik-adik Puan, dan mengikuti sampai di tempat ini.

SAATHI

(Menoleh pada adik-adiknya)

Kami tiada terima sedekah.

NANHI PARI

(Meletakkan tangannya ke lengan Saathi)

Nabi kita menolak sedekah tapi menerima hadiah. Sayê undang Puan sebagai hadiah.

Saathi terdiam. Memandangi Nanhi Pari. 

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar