Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
46. EXT. PASAR MANGGA DUA (PAGI)
Cast: Saathi, Byomā, Mlêthik, Jozua, Nanhi Pari, Pengantin India, Pengunjung Mangga Dua, Perempuan Jawa
Saathi dan adik-adiknya mengamen di pinggir jalan. Orang-orang berkerumun. Nanhi Pari (Perempuan India, dua puluhan tahun, selendang menutup rambutnya, kain sari menutupi gaun indianya) meletakkan keping sen lalu menikmati penampilan Saathi.
SAATHI
(Menembang Sastra Gendhing)
Lir nguni Sang Resmi Bismå. Duk pinanah dening wårå Srikandi
SOUND EFFECT: Bunyi celempung, bonang, dan ketipung.
Saathi memetik chelempung, melagukan macapat Sastra Gending. Byomå memukul ketipung Mlêtik memainkan bonang. Orang-orang berkerumun, menonton.
SAATHI
(Menembang)
Watgatanirå tinudung. Ring panah Sang Arjunå.
Ketipung Byomå terdengar bersemangat. Begitu juga dengan bonang Mlêtik.
CLOSE UP: Byomå ememukul ketipung.
SAATHI
(Menembang)
Gendung ngakal ngibarat. Srikandi kang hru Satriå umpåmå kang cåpå. Sang Partå titising lungit.
Orang-orang bersorak-sorai. Beberapa di antara sungguh terhibur. Mereka melemparkan keping sen yang cukup banyak. Byomå yang melihat keping sen terus berdenting di atas tikar pandan, membelalakan mata, melebar senyumnya.
Saathi merunduk sedikit, memberi ucapan terimakasih kepada orang-orang yang terhibur dan menghargai penampilannya. Seseorang duduk berjongkok di depannya, meletakkan keping sen dengan penuh kesopanan, Saathi mengangkat wajah. Jozua tersenyum kepada Saathi.
CLOSE UP: WAJAH SAATHI
JOZUA
Seperti Resi Bisma zaman dahulu. Ketika terkena panah Srikandi tentulah tidak akan meleset. Karena itu panah Arjuna.
SAATHI
(Menyahut)
Gending itu ibarat Srikandi yang memanah. Sastra ibarat busur sang Arjuna anugerah langit.
Jozua bangkit, sedikit tersenyum lalu pergi. Saathi pun tak menampakkan ada hal yang istimewa dalam pertemuan itu. Dia lalu mengumpulkan koin-koin sen di depannya, sedangkan Byomå dan Mlêtik melihat ke jalan yang semakin ramai.
MLȆTHIK
(Penuh berdiri dan melompat-lompat)
Mbakyu, lihat!
Terdengar musik khas India. Terlihat iring-iringan yang hendak lewat. Sepasang sejoli duduk di atas kursi tandu, diangkat ramai-ramai, di sekelilingnya orang-orang mengelu-elukan. Payung kertas warna-warni memeriahkan suasana. Sedangkan muda-mudi di atas tandu itu pun tampak demikian gembira.
Sang pemuda memakai kain serban emas di kepala, jubah lengan panjang yang menjuntai hingga ke kaki pun berwarna sama. Gemerlap. Sang Pemudi rambutnya disanggul anggun, ditutupi selendang tipis warna emas. Wajahnya dirias tak mencolok. Ada semacam rantai gemerlapan yang digantungkan di cuping hidung. Kedua telapak tangannya dilukis gambar bunga-bunga.
Seorang perempuan berpakaian Jawa berujar dekat dengan Saathi.
PEREMPUAN JAWA
(Takjub)
Putra Syaikh Ahkmat bin Hisba-kah itu? Gagah sekali.
CUT TO:
47. EXT. DI JALAN MANGGA DUA (PAGI)
Cast: Saathi, Byomā, Mlêthik, Pengantin India, Syekh Akhmat, Pengunjung Mangga Dua, Samsudin.
Rombongan begitu panjang dan mengaggumkan. Orang-orang larut dalam kegembiraan. Di barisan paling belakang parade, berjalan sepasang laki-laki dan perempuan sibuk menerima ucapan selama dari orang-orang. Syakih Akhmat dan istrinya. Sepasang India yang berwajah teduh, ramah, dan menyenangkan. Samsudi (lelaki India, 30 an tahun, berwajah emosional) merangsek mendekati Syaikh Akhmat.
SAMSUDIN
(Berteriak-teriak)
Syekh Ahkmat! Apakah pernikahan anakmu pun dibiayai oleh pengadilan Kompeni?
SYEKH AKHMAT
(Berhenti dan menepi)
Samsudin, mengapa kauberkata seperti itu?
SAMSUDIN
Mengapa engkau mau dipanggil ke Balaikota sedangkan Balaikota! Engkau mau berhukum dengan hakim Kompeni sedangkan hakim mereka juga Kompeni!
Orang-orang riuh. Beberapa di antara mereka ada yang hendak menyeret Samsudin, tetapi Syekh Ahkmat mengangkat tangan, menahan.
SAMSUDIN
Al Qur’an itu suci tapi engkau membawanya ke Balaikota Kompeni. Engkau telah berdosa besar, Syekh Ahkmat! Engkau ulama palsu. Engkau mau diangkat sumpah oleh hakim-hakim Kompeni! Engkau sungguh ulama palsu!
SYEKH AKHMAT
Samsudin, jika ini bukan hari pernikahan putraku, mungkin aku akan memukulmu.
SAMSUDIN
(Semakin emosi)
Apa kata-kataku salah! Para hakim di balaikota itu bahkan tidak membasuh bagian belakangnya setiap buang hajat!
Seseorang tak bisa menahan amarah dan memukul Samsudin persis di muka. Suasana jadi riuh bukan main. Perempuan menjerit, lelaki berteriak-teriak. Tidak terkendali sama sekali. Saathi dan adik-adiknya ikut panik.
CAMERA MOVEMENT: SAATHI DAN ADIK-ADIKNYA
SAATHI
Byomå, ayo ke lekas ke gerobak. Gandeng Mlêtik!
Saathi mengangkat bonang dan chelempung sekaligus. Byomå memeluk ketipung dan menggandeng Mlêtik yang ketakutan dan menangis. Tikar tak sempat dilipat. Terinjak orang-orang hingga koyak.
CLOSE UP: TIKAR DIINJAK-INJAK ORANG-ORANG
FADE OUT: