Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
59. EXT. HALAMAN BALAIKOTA (SIANG)
CAST: Gesù, Orang Makassar, Samsudin
Di tengah lapangan, dalam kerumunan Gesù menyaksikan Samsudin lunglai kepala, lemas badannya, terikat di tiang kayu di tengah-tengah lapangan di muka balaikota.
DI lehernya menggantung papan bertuliskan nama Somosdin dan tulisan bahasa Melayu: Tukang fitnah pengadilan di bawahnya. Lelaki Makkasar, bertubuh gempal, berdiri di sebelah Gesù dan sibuk berkomentar.
LELAKI MAKASSAR
(Menepuk bahu Gesù)
Liatko tawwa i orang Moor.
GESÙ
Apa yang terjadi padanya?
LELAKI MAKASSAR
Katanya bede’ orang di belakang, itu lelaki Moor mencaci-maki dia punya ulama sendiri.
GESÙ
Ulama? Semacam pendeta?
LELAKI MAKASSAR
Itu orang ada menghina Syekh Ahkmat bin Hasba. Itu Syekh Ahkmat ulama Moor terlalu terkenal.
GESÙ
Dia dihukum karena menghina ulama atau menghina pengadilan?
LELAKI MAKASSAR
(Agak berbisik)
Itu Syekh Ahkmat kata dia punya omongan ulama palsu apa karena mau datang ke pengadilan Kompeni Kata dia orang, orang kompeni jikalau buang hajat tiada dibasuh.
Terangkat kedua alis Gesù. Tetapi, dia tidak berkomentar apa pun.
LELAKI MAKKASR
(Menoleh ke Samsudin)
Kodong! Sakit badanmu.
CLOSE UP: TUBUH LEMAS SAMSUDIN
Gesù melihat kerumunan orang di depan balaikota berkurang.
GESÙ
Saya harus masuk ke balikota.
LELAKI MAKASSAR
(Mengangguk acuh)
Pergi moko.
Gesù bergegas meninggalkan lapangan. Sempat dia menoleh lagi ke Lelaki Makassar yang mengulang kalimatnya kepada orang lain yang baru saja datang. Gesù menggeleng-geleng. Dia lalu buru-buru mengampiri gerbang balaikota. Mendaki tangga marmer, lalu menyusur koridor menuju ruang pengurusan perizinan di sayap gedung utama.
CUT TO:
60.INT. RUANG PERIZINAN, BALAIKOTA BATAVIA (SIANG)
Cast: Gesù, Ferment
Ferment; petugas perizinan Balaikota sedang memeriksa berkas ketika Gesù mengetuk pintu ruangan setengah terbuka.
SOUND EFFECT: KETUKAN PINTU
GESÙ
(Mendorong pintu)
Selamat pagi, Tuan Ferment. Petugas di depan menyuruh saya untuk langsung menemui Anda.
FERMENT
(Dingin)
Tuan Gesù. Selamat pagi.
Gesù mengangguk sambil menghampiri kursi di depan Ferment.
FERMENT
Bagaimana? Kerasan tinggal di Batavia?
GESÙ
(Mengangkat bahu)
Saya banyak menemukan hal-hal baru.
Ferment seperti sedang membaca bahasa tubuh Gesù. Itu membuat Gesù kikuk dan salah tingkah.
FERMENT
Anda mendengar kabar penangkapan seorang pater di Parit Jonker?
GESÙ
(Berupaya tenang)
Tempat itu cukup jauh dari penginapan saya, Tuan. Saya tidak mendengarnya.”Apa saya perlu mendengarnya?
FERMENT
(Menatap tajam)
Pater Portugis dilarang masuk Batavia. Tapi, masih ada beberapa orang yang berani menyelundupkannya sebagai zwarterijder. Penumpang gelap. Tapi saya yakin mereka akan tertangkap juga nantinya.
GESÙ
(Mengangguk-angguk)
Pater itu akan disidang?
FERMENT
(Mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja)
Tentu saja. Tapi saya ragu itu akan terjadi?
GESÙ
Mengapa begitu, Tuan?
FERMENT
Pater itu sepertinya menghendaki dirinya menjadi martir.
Gesù menahan napas. Berusaha bersikap biasa.
FERMENT
(Menghitung dengan jari)
Dia menolak makan dan minum. Ini sudah hari ketiga. Jika dia tetap keras kepala, saya kira dia akan mati di bawah sana.
Gesù mengadu gigi. Menahan emosi.
FERMENT
Paling tidak, dia tidak terlalu kesepian. Pater gadungan yang tertangkap dengannya juga dikurung dalam sel yang sama. Mereka bisa berbagi cerita.
Gesù menghindari tatapan Ferment.
FERMENT
Pater gadungan itu dilaporkan orang-orang mardiker yang dia curi uangnya melalui pembabtisan palsu.
Ferment lalu meraih berkas dari tumpukan kertas di pinggir meja.
FERMENT
(Tersenyum)
Ada desas-desus ketika ditangkap, seharusnya mereka bertiga. Tapi, satu orang lagi belum ditemukan. Tapi seperti saya katakan, mereka pasti menangkapnya.
Ferment menghentikan gerakan, menatap Gesù lekat-lekat.
FERMENT
(Mengerutkan darhi)
Ada yang ingin Anda katakan, Tuan Gesù?
Gesù menelan ludah. Menggeleng buru-buru.
FERMENT
(Tersenyum misterius)
Anda masih ingin ke luar tembok kota?
GESÙ
Tentu saja.
FERMENT
Anda cukup sabar menunggu.
GESÙ
Ini pekerjaan saya, Tuan.
FERMENT
(Mengangguk-angguk)
Izin Anda sudah ke luar. Pemerintah Agung menyetujuinya dengan berbagai catatan.
GESÙ
Apa saja, Tuan?
FERMENT
(Mengangsurkan lembar kertas)
Lets zwart opwit zetten. Semuanya tercatat. Syarat-syarat, biaya administrasi, Anda tinggal mengikuti.
Gesù mengangguk-angguk. Dia meneliti daftar dalam lembar ketas itu perlahan-lahan.
FADE OUT:
FADE IN:
61. EXT. PINGGIR SUNGAI (SORE)
Cast: Saathi, Jan Pekel
Saathi dan kedua adiknya pulang dari rumah tabib Nioto dengan gerobak glinding. Jan Pekelberdiri di tepi sungai dan tampak sabar menunggu gerobak Saathi berhenti di depannya.
JAN PEKEL
Saathi. Tadi kita ada pigi ke pasar ma tidak lihat ngana.
Saathi turun dari gerobak. Byomå dan Mlêthik masih di dalam gerobak.
SAATHI
Sayê tiada pegi ke pekan, Tuan.
JAN PEKEL
Mengapa tiada pigi ke pasar?
SAATHI
Adik sayê sakit.
JAN PEKEL
(Melongok ke dalam gerobak)
Suda pigi ke tabib?
Saathi mengangguk.
JAN PEKEL
Suda dapat obat?
Saathi mengangguk lagi.
JAN PEKEL
Ngana pe adik sakit apa?
SAATHI
Demam, Tuan.
JAN PEKEL
Suda baik sekarang?
Saathi mengangguk saja.
Mereka tak bersuara beberapa lama. Jan Petel yang terlihat ragu dengan apa yang hendak dia sampaikan, akhirnya mulai bicara.
JAN PEKEL
Kita ada kabar yang harus kita sampaikan ke ngana.
Wajah Saathi terangkat. Memperhatikan.
JAN PEKEL
Ada orang yang jahat kepada ngana.Orang ini lapor ke pengelola Ommelanden, ngana bikin hiburan tanpa izin.
CLOSE UP: WAJAH SAATHI YANG TAK MENGERTI
JAN PEKEL
(Berhati-hati bicara)
Kalmaring, kita dipanggil ke gedung pengelola. Kita harus sampaikan, ngana ada denda.Ngana harus baya sepuluh ringgit kepada Kompeni. Sebab, orang itu lapor, ngana sudah ada sepuluh kali bikin hiburan di Kampung Jawa dan Mangga Dua.
Saathi tampak terkesiap. Matanya berkaca-kaca.
JAN PEKEL
Ngana ada uwang sepuluh ringgit?
Saathi menggeleng lemah. Kepala menunduk.
JAN PEKEL
Bagaimana kalau kita bayar dulu sepuluh ringgit, supaya ngana tiada dianggap sala oleh Kompeni.
SAATHI
Terima kaseh, Tuan. Sayê akan cari uangnyê.
JAN PEKEL
(Menatap tak percaya, melebar matanya)
Sepuluh ringgit itu uwang terlalu banyak, Saathi.
Saathi tak menjawab. Menunduk tatapannya.
JAN PEKEL
Ngana pikirkan lagi. Kita tiada punya maksud buruk. Hanya ingin menolong saja.
Saathi menoleh ke dalam gerobak. Tatapannya bertemu dengan Byomå dan Mlêthik yang menguping.
JAN PEKEL
Kita cari itu orang suka lapor ke pengelola Ommelanden. Kita pasti ketemu. Tetapi, ngana harus aman dulu. Jika denda tiada dibayar, Kompeni kasih tangkap ngana.Ngana tahu, sepuluh ringgit itu boleh jadi seharga dua ngana pe kerbau?
Saathi menoleh pada kerbaunya.
JAN PEKEL
Kalau ngana terima tawaran kita, tiada perlu hilang ngana pe kerbau.
CLOSE UP: MLȆTHIK DAN BYOMȦ YANG SALING TATAP DENGAN SEDIH
FADE OUT: