Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
23. #23 Kesedihan Mlêthik

FADE IN:

100. PINGGIR SUNGAI UDANG (PAGI)

Cast: Mlêthik, Nioto

Nioto dan Mlêthik sedang naik kuda di sepanjang tepi sungai Udang. Meltik mengenakan baju Tionghoa berbunga-bunga, celana panjang dengan gambar yang sama, sepatu lentur berwarna jingga, rambutnya dikepang dua, ada jepit bebentuk kupu-kupu menghias kepala.

NIOTO

(Menghela kuda perlahan)

Lu anak tlausa sedih, Melte. Wa olang, ya, misti ketemu lu punya kakak, ya.

MLȆTHIK

(Menghapus air mata)

Ini sudah lama, Baba.

NIOTO

(Mengoreksi)

Haiyyah…panggil ‘ntia.

MLȆTHIK

Sayê rindu Mbakyu Saathi dan Kakang Byomå , ‘ntia.

NIOTO

Lu anak misti saba, ya. Lu punya kakak misti baek, ya.

MLȆTHIK

Kenapa kata Mbok Marti, Mbakyu Saathi dan Kang Byomå pergi, ‘ntia?

NIOTO

Haiyyah, lu anak jangan kasih pelcaya itu prampuan punya omongan, ya. Dianya suka tipu-tipu, ya.

MLȆTHIK

Mbok Marti suka tolong kita, ‘ntia. Dia meminjami Mbakyu sepuluh ringgit untuk bayar pajak.

NIOTO

Ini hali, ya, wa olang datang kepada itu Kepala Kampung, ya. Wa olang tanya dianya, ya. Apa dia dapet tahu ke mana lu anak punya kakak, ya.

Mlêtik mengangguk-angguk. Kuda mereka berlari kencang.

CUT TO:

101. EXT. DI DEPAN RUMAH JAN PEKEL (PAGI)

Cast: Jan Pekel, Mlêthik, Nioto, Orang-orang Berkelewang

Ketika mendekati rumah Jan Pekel, Nioto menarik kekang kuda sampai berhenti mendadak. Rumah Jan sudah dikepung sekelompok orang. Gerombolan lelaki berkelawang. Mereka tak berbaju. Hanya celana komprang hitam sepergelangan kaki mereka kenakan. Orang-orang yang bergerombol itu bahasa tubuhnya tak terlihat ramah.

Dari dalam, orang-orang itu menyeret dua orang. Satu di antara keduanya adalah Jan Pekel. Mereka memukul dua orang itu hingga rubuh lalu menaikkan dua tubuh lunglai mereka ke atas kuda, dengan perut di atas pelana. Kepala mereka terayun-ayun di perut kuda.

MLȆTHIK

(Histeris)

Takut, ‘ntia.

Nioto menutup mata Mlêtik dengan tangan kanannya. Dia terus memperhatikan perilaku orang-orang itu. Sampai seseorang yang tampaknya sangat dihormati di antara mereka ke luar dari gerbang Jan Pekel. Seorang laki-laki dengan perawakan biasa saja, tetapi bahasa tubuh yang menakutkan. Semua orang tampak takluk kepadanya. Lelaki itu melompat ke atas kuda, lalu dia mendahului gerombolan yang sepertinya adalah anak buah dia. Nioto mengenali tanda trisula pada ikat kepala mereka.

CLOSE UP: TANDA TRISULA DI IKAT KEPALA PEMIMPIN KELEWANG

NIOTO

Pasukan bayalan. Apa meleka bikin di ini kampung?

Nioto lalu menghela kuda agar berbalik arah. Dia memacu kudanya kemudian.

MLȆTHIK

Apa yang terjadi, ‘ntia?

NIOTO

Itu olang-olang jahat bikin kacau, Melte.

MLȆTHIK

Sayê takut.

NIOTO

Ada ‘ntia. Tlausa takut.

CUT TO:

102. EXT. HALAMAN RUMAH MARTI (PAGI)

Cast: Nioto, Mbok Marti, Mlêtik

Nioto dan Mlête telah sampai di depan rumah Marti. Nioto turun dari kuda. Dia lalu menangkap Mlêtik yang mulai terbiasa melompat dari atas pelana. Marti muncul dari samping rumah.

MBOK MARTI

(Bersidekap)

Baba Nioto. Ada apa lagi ke rumah saya yang kotor dan bau arang ini?

NIOTO

(Menggandeng Mlêtik) 

Mbok Malti, goa olang tiada pernah ikut campul olang punya ulusan, ya. Tapi, ini kali, goa lasa lu olang suda lebi batas, ya.

Marti mengangkat dagu. Tampak tak mengerti.

NIOTO

Kasih tahu goa olang di mana anak ini punya kakak, ya. Goa tiada bekal ikut campul lu punya ulusan.

MBOK MARTI

(Melirik Mlêtik sesaat lalu kembali melihat Nioto)

Saya tidak mengerti angkau bicara apa, Baba Nioto.

NIOTO

Itu Gerombolan Bhailawa tiada pelnah muncul selama dua puluh tahun, ya. Itu terlalu kejam, ya. Mereka culik Kepala Kamping Jan Pekel, ya.

MBOK MARTI

(Mengerutkan dahi)

Ada hubungan apa antara saya dengan gerombolan Bhairawa, Nioto?

NIOTO

(Menghardik)

Lu olang ada jual-jual budak suda lama, Malti. Itu Bhailawa ia itu pelampok budak paling besal di ini Hindia Timul. Pasukan bayalan itu Kompeni. Lu olang ada kelja sama sudah lama, Malti. Saya dapet tahu.

MBOK MARTI

Saya hanya pedagang gerabah, Baba Nioto. Saya tidak paham apa yang angkau bicarakan.

NIOTO

Itu Gerombolan Bhailawa tiada muncul kalau tiada sebab.

Marti hendak pergi dari sana, seolah dia tak tahan lagi dengan apa yang dikatakan Nioto.

NIOTO

(Membentak)

Mbok Malti! Goa ada tahu angkau punya lahasia besal. Jangan kasih lemeh goa punya omongan.

MBOK MARTI

Rahasia kecil pun saya tidak punya. Apalagi rahasia besar. Kecuali angkau maksud adalah rahasia membuat gerabah yang baek, itu memang saya punya.

Mlêtik melepaskan genggaman tangan Nioto lalu menghambur ke Marti.

MLȆTHIK

Mbok Marti, Mbakyu Saathi ke mana?

MBOK MARTI

(Menolak tangan Mlêtik yang hendak meraih tangannya. 

Mbakyumu pergi jauh.

MLȆTHIK

Ke mana?

MBOK MARTI

Mana aku tahu!

MLȆTHIK

(Menangis)

Mbok Marti bohong!

Marti mengangkat tangan, hendak dia diamkan Mlêtik dengan tamparan. Nioto bergerak cepat,. Mengunci pergelangan tangan Marti.

NIOTO

Lu olang jangan sekali-kali sakiti ini goa punya anak.

Marti meringis kesakitan.  

NIOTO

(Mengempaskan tangan Marti)

Lu olang suda lewat batas. Lu olang bekal telima akibatnya. Jikalau goa dapet tahu Saathi ada pinjam uwang dari lu olang, ya, goa bekal cegah dia punya maksud.

MBOK MARTI

(Mengacungkan tangan)

Pergi angkau dari rumah saya.

NIOTO

(Menggandeng Mlêtik)

Wa olang cali lu punya kakak, ya. Jangan takut, ya.

Mlêtik tak berhenti menangis. Nioto lalu menggendongnya. Dia naikkan gadis cilik itu ke atas kuda. Dia lalu menyusul dengan sigap. Sebelum meghela kudanya, dia menoleh pada Marti sekali lagi. Tapi, dia tidak mengucapkan apa-apa. Nioto memacu kudanya.

FADE OUT:

FADE IN:

  

103. INT. KAMAR LOSMEN (MALAM) 

Cast: Ventura, Gesù, Domingos

Gesù mengepak beberapa barang ke dalam kotak kayu terakhir sebelum dipaku. Ventura membantunya menguatkan pengemasan kotak-kotak kayu.

VENTURA

Tuan. Saya ada lupa mengomong kepada Tuan.

 

Gesù menoleh sambil menutup kotak kayunya. Belum berkata apa-apa.

VENTURA

Itu lahan yang Tuan dapet sewa, tiada jauh ke Sungai Udang.

GESÙ

(Menduduki kotak kayunya)

Kamu sudah memastikannya?

VENTURA

Memang-memang saya suda ada tanya kepada orang-orang di sana, Tuan.

GESÙ 

Kalau begitu kita beruntung. Tidak akan sulit menemukan pondok obat Tabib Nioto.

VENTURA

Saya orang suda ada periksa tanah, Tuan. Cukup subur. Tuan bole tanam itu pohon sirih di itu lahan.

GESÙ

(Mengangguk-angguk)

Aku rasa kita memang perlu punya pemasukan, Ventura. Pondok Naturalis saja tidak akan menghasilkan uang.

VENTURA

(Memperhatikan air muka Gesù)

Apa sebab Tuan tiada sebegimana sari-sari suka hati, sekarang Tuang diem saja, tiada banyak mengomong?

GESÙ

(Menyender ke dinding)

Piove sul bagnato. Keadaan semakin buruk saja, Ventura.

VENTURA

Tuan ada pikir itu prampuan Selam?

GESÙ

(Mengangkat alis)

Salah satunya. Aku tidak bisa mengerti bagaimana rentannya kehidupan di Batavia. Seorang manusia bebas hari ini. Besok pagi dia bisa menjadi budak belian.

VENTURA

(Takut-takut)

Saya ada dapet orang-orang punya omongan, Tuan. Ada berita terlalu menakutkan.

GESÙ

Tentang apa?

VENTURA

Ada soal itu Gerombolan Bhairawa.

GESÙ

Gerombolan apa?

VENTURA

Gerombolan Bhairawa, Tuan. Satu kelompok perampok terlalu kejam di ini tana Hindia.

Gesù menunggu penjelasan Ventura. 

VENTURA

Saya orang pernah ada liat mereka punya kejahatan dua pulu tahun lampau, Tuan.

GESÙ

Dua puluh tahun lalu?

VENTURA

(Mengangguk)

Itu tempo saya kali pertama ada datang ke Batavia. Saya punya usia belasan tahun.

GESÙ

Apa yang terjadi dengan mereka?

VENTURA

Itu gerombolan muncul lagi, Tuan.

GESÙ

Di Batavia?

VENTURA

(Mengangguk ragu)

Saya dapat omongan, itu perampok ada muncul di Ommelanden.

GESÙ

Tunggu-tunggu. Mereka pernah muncul dua puluh tahun silam, kemudian menghilang, lalu sekarang muncul lagi?

VENTURA

Mereka orang ialah pembunu iang terlalu kejam. Mereka pun suka culik orang-orang buat mereka orang jual jadi budak.

GESÙ

(Mata melebar)

Maksudmu. Ada kemungkinan Saathi diculik oleh gerombolan ini lalu dijual?

VENTURA

(Mengangguk lagi)

Itu tempo, ada dua pulu tahun lalu, mereka orang kasi kacau Batavia. Bunu orang sembarang. Bangke orang ada di mana-mana. Anyut di itu sungai, tersangkut di tangga parit, di jalan-jalan.

GESÙ

Mayat siapa? Orang-orang siapa?

VENTURA

Tentara Raja Jawa, Tuan.

GESÙ

Lalu siapa perampok Bhairawa ini?

VENTURA

Macam-macam orang, Tuan. Memang-memang ada banyak orang Jawa lagi.

GESÙ

Maksudmu sesama orang Jawa duel di Batavia.

VENTURA

(Melirih)

Itu gerombolan Bhairawa ada kerjasama dengan Kompeni, Tuan.

GESÙ

Pasukan bayaran?

VENTURA

(Ketakutan)

Mereka orang juga… penyembah Setan, Tuan.

GESÙ

(Tangannya terbuka)

Setan yang menipu Adam? Membujuk David? Mencobai Yesus?

VENTURA

I … itu betul, Tuan.

GESÙ

Kata orang juga?

VENTURA

Saya …, saya ada pernah lihat sendiri, Tuan.

GESÙ

Lihat apa?

VENTURA

Mereka orang …. memakan mayat, minum arak, pesta birahi, dan kasih sembah itu Setan.

GESÙ

(Terperangah)

Kamu benar-benar … lihat?

VENTURA

(Menetes air mata)

Itu tempo ada dua puluh tahun lalu, Tuan. Saban-saban hari mereka orang lakukan itu. Sampai tentara Raja Jawa kalah. Saya rasa suda jadi gila. Saya mereka orang paksa untuk angkut dan kasih tumpuk banke-bangke itu.

GESÙ 

Mereka tidak menyakiti kamu dan teman-temanmu?

VENTURA

(Menggeleng)

Itu tempo, mereka orang cuma cari tentara Raja Jawa.

GESÙ

Lalu mengapa sekarang mereka muncul kembali? Apakah Raja Jawa akan menyerang Batavia lagi?

Ventura menggeleng. Suasana kamar itu berubah menjadi tegang. Ketika dua orang itu tengah masuk ke dalam perenungan masing-masing, pintu kamar dibuka dari luar. Gesù dan Ventura sampai terlonjak karenanya.

DOMINGOS

Tuan.

GESÙ

Domingos. Apa yang selalu aku bahas perihal mengetuk pintu sebelum masuk kamar?

DOMINGOS

Ampun, Tuan. 

GESÙ

Kamu dapat kabar dari Panti Yatim Piatu?

DOMINGOS

(Mengangkat wajah perlahan-lahan)

Saya ada kabar juga soal hal lain, Tuan.

GESÙ

Apa ada anak laki-laki bernama Byomå di Panti itu?

DOMINGOS

(Menggeleng)

Semua anak di Panti itu bernama Kristen, Tuan. Tapi…saya punya satu kawan, dianya itu Ibu Wali Panti punya budak. Dia kasih tahu kepada saya, tempo hari ada anak Jawa yang masuk Panti, usia sepuluh tahun.

GESÙ

Siapa namanya?

DOMINGOS

Nicolaas Nisse van Java.

GESÙ

(engangkat dagu)

Kemungkinan memang dia Byomå. Panti Yatim Piatu itu dikelola Dewan Diaken, bukan?

DOMINGOS

Itu betul, Tuan.

GESÙ

Semua anak pasti setidaknya dinamai dengan nama khas Kristen.

Domingos tidak berkomentar.

GESÙ

Bagaimana cara mengunjungi panti, Domingos?

VENTURA

Itu Wali Panti nama Nyonya Witgens terlalu ketat kasih aturan di itu panti, Tuan. Tiada mudah untuk mengunjungi anak-anak di sana.

GESÙ

Kamu sendiri bagaimana? Kamu masuk ke Panti?

DOMINGIOS

(Menggeleng)

Saya ada buat janji dengan saya punya kawan di depan Bengkel Galangan Kompeni, Tuan.

GESÙ

Kita akan menemukan caranya nanti.

DOMINGOS

Tuan.

GESÙ

Ya?

DOMINGOS

Tuan jangan gusar, saya ada sedikit bicara, tetapi takut keluarken, bole jadi nanti Tuan jadi gusar.

GESÙ

Apa aku orang pemarah, Domingos?

Domingos menggeleng. Menoleh pada Ventura.

VENTURA

Keluarken saja.

DOMINGOS

Saya ada dapat omongan dari budak-budak di Balaikota, Tuan?

Gesù bersidekap. Menunggu sembari mengira-ngira.

DOMINGOS

Mereka punya omongan, ada pater di itu penjara bawah tanah iang mati.

GESÙ

Mereka bilang siapa namanya?

DOMIMGOS

(Mengangkat wajah sedikit)

Alexandre De Abreu, Tuan.

Gesù lemas seketika. Ventura bahkan harus menghambur kepadanya, menahan tubuh Gesù agar tidak merosot ke lantai.

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar