Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
22. #22 Janji Gesù

FADE IN:

96. INT. DAPUR RUMAH LYZBETH (MALAM)

Cast: Saathi, Sussana, Gesù, Lyzbeth

Malam itu, Saathi duduk di lantai dapur bersama Sussana (Perempuan makasar, lembut, sensitif, alim). Sussana memegang piring berisi nasi.

 

SUSSANA

Makan moko.

SAATHI

(Menggeleng pelan)

Tiada lapa.

SUSSANA

(Menyodorkan piring)

Sisa sedikit mami itu. Kalau tidak makan, ko bisa sakit.

SAATHI

(Menggeleng lagi)

Terima kaseh.

SUSSANA

Sedang memikirkan apa?

Saathi masih tak menjawab. 

SUSSANA

(Berbisik) 

Ko akan terbiasa. Yang penting ko bertahan hidup. Barangkali ada nasib baik kelak dan bisa keluar dari tempat ini. Ko bisa pulang ke Bali.

LYZBETH

(V.O)

Mary! Kasih ke luar itu guci.

Saathi hendak bangun. Sussana mencegahnya.

SUSSANA

Saya mo.

SAATHI

(Menggeleng)

Saya saja. Tiada kenapa.

Sussana melepaskan tangan. Menatap Saathi dengan tatapan trenyuh.

CUT TO:

97. EXT. AREA BELAKANG RUMAH LYZBETH (MALAM)

Cast: Saathi, Lyzbeth

Saathi lalu masuk ke kamar kecil di sebelah kebun. Dia melewati tiang kayu yang menancap di tengah-tengah kebun. Saathi membuka pintu kamar kecil. Beberapa saat kemudian dia ke luar mencangking guci Tiongkok berukuran besar yang bagian atasnya sempit sedangkan bagian tengahnya menggembung. 

LYZBETH

(V.O)

Mary! Lekas! Sedang tidur angkau!

CUT TO:

EXT. INT. SERAMBI

Cast: Saathi, Lybeth, Hester

Saathi buru-buru membawa guci itu setengah berlari. Ke serambi. 

SOUND EFFECT: BUNYI KAKI DI ATAS LANTAI KAYU

Lyzbeth sedang duduk di kursi ditemani Hester (Budak dari India umur 20 an, bermata bengis, jarang tersenyum, bertubuh kurus dan lincah) yang duduk di lantai. Saathi ke luar dari serambi menuju kanal.

LYZBETH

(Menutup hidung)

Doar bloeit de foola nonas horas. Bunga pukul sembilan baru saja mekar. 

CUT TO:

98. EXT. KANAL (MALAM)

Cast: Saathi, Gesù, Pengumpul Kotoran, Para Budak 

Ketika Saathi sampai ke Parit Badak, perahu-perahu Tionghoa pengumpul kotoran telah menunggu di tepi kanal. Pengumpul Kotoran (Lelaki Tionghoa yang gesit, bersuara lantang) itu tidak berhenti berteriak-teriak, memanggil para budak supaya tidak ketinggalan. Perahu-perahu dilengkapi dengan tong-tong kayu yang menimbun limbah dari beberapa kelompok rumah.

Saathi terengah-engah menuruni tangga kanal. Budak-budak lain yang melakukan tugas sama. Mereka meneriakkan nama majikan-majikan lalu antre menumpahkan isi gucinya. Para budak itu semuanya lelaki. Saathi perempuan seorang diri.

SAATHI

(Berteriak)

Rumah Nyonya Lizbeth van Hoorn.

Pengumpul Kotoran di atas perahu mencatat lalu menyuruh Saathi mengangkat gucinya. Saathi menyerahkan guci itu kepadanya. Dia lalu mengosongkan isi guci itu dan mengembalikannya kepada Saathi.

Saathi melangkah perlahan menaiki tangga kanal. Ketika itu, Gesù memanggilnya dari kegelapan bayangan pohon.

GESÙ

Saathi.

Saathi terkesiap. Gesù akan berdiri tegak di bawah pohon persis di atas tangga kanal.

GESÙ

(Berpindah ke tempat yang agak terang)

Saya Gesù, Saathi. Saya menunggu kamu ke luar rumah, sejak tadi siang.

SAATHI

(Tertegun) 

Tuan.

GESÙ

Apa yang terjadi denganmu?

SAATHI

Tuan Gesù. Tolong sayé, Tuan.

GESÙ

Katakan, Saathi.

SAATHI

Byomå dikirim ke Panti Anak Yatim Kota, Tuan.

GESÙ

Sayê akan mencarinya. Saya akan berusaha mengeluarkannya.

SAATHI

(Terkesima)

Mlêtik…dia diasuh Tabib Nioto di pondok tanaman obat di Sungai Udang.

GESÙ

Kamu ingin saya mengambilnya juga?

SAATHI

(Menggeleng)

Dia aman bersama Tabib Nioto.

GESÙ

(Mengangguk)

Saya mencari tabib itu. Sungai Udang? Saya akan menemukannya. Saya akan pastikan Mlêtik baik-baik saja.

SAATHI

Terima kaseh, Tuan.

GESÙ

Bagaimana denganmu?

SAATHI

(Menggeleng cepat)

Sayê tiada kenapa.

GESÙ

Maafkan saya terlambat datang, Saathi.

Saathi menatap Gesù tanpa menanggapi. 

SAATHI

Sayê harus kembali, Tuan. Nyonya Lyzbeth….

GESÙ

Tentu saja. Setelah saya mendapat kabar tentang Byomå dan Mlêtik, saya akan menemui kamu.

Saathi mengangguk-angguk. Dia lalu meninggalkan Gesù dengan buru-buru.

FADE OUT:

FADE IN:

99.INT. EXT. SERAMBI LYZBETH 

Cast: Adam, Lyzbeth, Clara, Marta, Maria, Margareta, Chatarina Louis, Ludewijk

Sinyo Hitam Mèster Keliling Adam Thomasz (Lelaki India yang selalu mengenakan pakaian dan topi bundar hitam, memeluk Kitab Katekismus Heidelberg) datang ke rumah Lyzbeth pagi itu untuk mengajar budak-budak Lyzbeth. Lyzbeth sedang duduk di serambi, menyeruput teh, mengemil kue manis, dan membersihkan gigi dengan sirih dan pinang.

ADAM

(Tersenyum lebar)

Selamat pagi, Nyonya Lyzbeth.

LYZBETH

Mèster Thomasz, saya rasa angkau punya wajah terlalu cerah hari ini.

ADAM

Nyonya pun ada tampak segar dan bahagia.

LYZBETH

(Mengibaskan tangan lalu)

Angkau pandai bikin saya punya hati berbunga-bunga.

Ah ….sudah tiada masalah dengan Clara van Bengale?

ADAM

Suda tiada masalah, Nyonya. Saya suda serahkan tugas ajar dianya punya budak kepada guru yang lain.

LYZBETH

(Mengangguk sambil memicingkan mata)

Memang tiada terhomat klakuan itu prempuan induk semang.

Saat itu, di rumah seberang jalan, Clara ke luar pintu membawa kursi sendiri ke serambi dengan kipas kertas di tangan satunya. Dia lalu duduk sambil kipas-kipas.

LYZBETH

(memeriksa kuku jari)

Ada orang-orang punya omongan sakramen pembabtisan dan Perjamuan Suci bekal jadi satu di gereja?

ADAM

(Mengangguk) 

Pelajaran agama di rumah-rumah dan sari-sari para budak punya hidup bekal dipantau betul-betul. Supaya mereka orang dapet turut dalam upacara Perjamuan Suci.

LYZBETH

Saya rasa itu aturan bekal bikin angkau kasi ajar saya punya budak lebih lama.

ADAM

Ada enam bulan, Nyonya.

LYZBETH

(Membelalakan mata)

Kenapa tiada macam yang suda, Mèster Thomasz? Angkau kasi mudah itu budak-budak dapet baptis?

ADAM

Itu tempo gereja hanya pikir begimana berantas itu pergundikan, Nyonya. Habis dapet baptis, budak tiada turut Perjamuan Suci. 

LYZBETH

(Menunjuk diri sendiri)

Mereka orang dapet baptis lalu pegi ke gereja bole kawin. Saya orang? Prampuan Kristen terhomat, bertahun-tahun ada mohon kawin tak ada izin dari itu gereja. 

ADAM

Buat itulah Nyonya, itu dua sakramen bekal disatukan, supaya tiada orang bole sembarang lagi jadi orang Kristen. Harus betul-betul kerna Tuhan. 

LYZBETH

(Mendongak sedikit, mengencangkan suara)

Artinya… orang tiada bole jadi orang Kristen jikalau dia punya kelakuan tak senonoh, Mèster Thomasz?

ADAM

(Menoleh ke belakang)

Iya, Nyonya. Sebab, orang Kristen dapet baptis dan Perjamuan Suci sekaligus. Jikalau pastor tiada kasih nilai baek itu cara hidup sari-sari itu orang, dianya tiada bole turut Perjamuan Suci.

Di seberang jalan, Clara mengangkat wajah. Mengipas-ngipas sembari menunggu apa yang akan terjadi.

LYZBETH

Jikalau begitu… ada prampuan kasih simpan satu lelaki di rumahnya, dia bukan orang Kristen taat. Tiada bole ikut Perjamuan Suci, Mèster Thomasz?

ADAM  

Tiada sala lagi, Nyonya.

LYZBETH

Sekarang angkau bole masuk, Mèster Thomasz, kasi ajar saya punya budak cara jadi orang Kristen yang benar.

ADAM

Iya, Nyonya.

Adam lalu beranjak masuk rumah sementara Lyzbeth melipat daun sirih.

Di seberang, Clara berkacak pinggang. 

CLARA

Hei, Lizbeth. Apa tiada cukup angkau dapet malu dari angkau punya bekas budak! Ini hari mau cari masalah kepada saya?

Lyzbeth tidak menanggapi. Dia mengunyang daun sirihnya dengan anggun.

CLARA

Dengan angkau punya bekas budak pun tiada berkutik. Apalagi angkau ada lawan saya. Saya tiada pantas kasi pukul. Saya rasa saya bekal kasi saya punya sandal kayu kepada saya punya budak untuk kasih timpuk itu prampuan.

Serambi-serambi mulai terisi. Para nyonya siap-siap menonton. Termasuk Margareta van Der Ploeg, tetangga sebelah kanan Lyzbeth dan Chatarina Louis d’ Agra, penghuni serambi di sebelah kiri.

Margareta terlihat sangat santai pagi itu. Dia duduk anggun di kursi kayu yang telah disiapkan budaknya. Dia hanya melirik Lyzbeth sekali lalu pura-pura tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi. Lyzbeth yang sempat melihat lirikan itu jadi menahan emosi. 

Di seberang, tetangga-tetangga Clara pun telah bersiap menyaksikan apa yang memang sudah dianggap sebagai hiburan keseharian. Ada Nyonya Portugis hitam Maria Anthony Rodrigo di serambi kiri dan Nyonya Belanda Marta Pieter Jansen di sebelah kanan.

CLARA

(Berteriak-teriak)

Hah! Dianya denger saya punya itu perkataan, dianya tinggal diam. Tiada bole menyaut. Itu dari kerna dia tiada sekali-kali punya perkataan buat kasih lawan dan mendustain saya punya perkataan.

LYZBETH

(Bangkit dengan entakan)

Kalian orang lihat sendiri! Catharina Louis, Margarita, Jadilah saksi. Maria, Marta, kalian bole lihat kelakuan kalian punya tetangga.

CLARA

(Tertawa, membalikkan badan, menepuk bokong)

Apa Nyonya! Jadi saksi apa? Apakah saksi untuk ini?

LYZBETH

Poete rastade!

CLARA

Lihat itu angkau punya mulut kotor!

LYZBETH

Memang-memang angkau satu prampuan tiada senonoh.

CLARA

Apa angkau orang punya maksud? Ayo kluarken angkau punya perkataan.

LYZBETH

Tiada prampuan terhormat kasi masuk satu laki-laki di dalam dia punya rumah!

CLARA

Iang angkau punya maksud Lodewijk? Dia orang ada serdadu Kompeni. Kaki dia orang dapet luka di Tangerang itu tempo bertempur buat Kompeni.

LYZBETH

Itu angkau punya perkataan.

CLARA

Memang-memang begitu. 

Saya kasi tinggal Lodewijk sampai dia punya kaki baek lagi. Saya ada jasa buat Kompeni.

LYZBETH

(Tertawa puas)

Jasa? Ada jasa tiada senonoh. Fili depoete!

CLARA

Poete de nedgre. Apa angkau tiada dengar orang-orang punya omongan. Angkau saban-saban pegi ke Ommelanden buat mulain aturan kejahatan, ia itu berjinah.

LYZBETH

(Meledak emosi)

Saya ada pegi ke Ommelanden buat kasih urus saya punya pekebunan. Saya punya tunangan, itu Hendrick Pietersen ialah satu tuan ada terhormat. Dianya kepala Kantor Lembaga Pemerintah Ommelanden. Angkau punya mulut terlalu busuk, Clara.

CLARA

(Tertawa kencang)

Tuan terhormat iang eret angkau punya uwang! Itu perkara lekas kedengeran kulilingan, Lyzbeth.

Lodewijk ( lelaki serdadu Kompeni yang berjalan tepincang-pincang) ke luar rumah Clara.

LODEWIJK

Alasan apa Nyonya kasih caci maki saya punya induk semang?

LYZBETH

(Bersidekap)

Induk semang apa? Saya tiada kenal angkau punya induk semang.

LODEWIJK

(Menoleh pada Clara)

Ia memang saya punya induk semang. Saya kasi bela, juga semua dia punya ucapan! Angkau mau bilang apa lagi!

LYZBETH

(Menunjuk-nunjuk Ludewijk)

Belanga tiada guna! Maling ayam! Maling Kompeni!

Suasana semakin riuh saja. Dari serambi-serambi para tetangga berkomentar, membela sana atau sini.

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar