Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
15. #15 Udang di Balik Batu

FADE IN:

62. EXT. BELAKANG GEROBAK (PAGI)

Cast: Saathi, Mbok Marti, Byomå, Mlêthik, Wångså

Marti yang duduk menemani Saathi di pinggir sungai, di belakang gerobak. Byomå dan Mlêthik mengelus-elus kerbau di depan gerobak.

MARTI

Aku bukan orang sugih mbledih, Thi. Tidak punya banyak uang. Tetapi, aku punya simpanan.

CLOSE UP: WAJAH MARTI

 

MARTI

(Menyentuh bahu Saathi) 

Sepuluh ringgit itu banyak sekali. Kowe perlu waktu sangat lama untuk mengumpulkannya. Kowe bisa memakai simpananku dulu.Terhadap kepala kampung kowe memang harus waspada. Dia bukan orang Jawa. Tapi kepadaku, kowe bisa percaya. Aku hanya ingin membantumu, Nduk. Aku kasihan kepadamu dan adik-adikmu.

SAATHI

(Melihat kerbau-kerbaunya)

Kulå sudah bicara dengan adik-adik, Mbok. Kulå akan menjual kerbau-kerbau itu.

MARTI

(Kaget sekali)

Lho … lho. Lha, nanti bagaiman kowe pergi ke mana-mana?

SAATHI

(Melirih)

Mlampah. Jalan kaki.

MARTI

Kalau kowe ingin pulang ke Mataram bagaimana?

Saathi terdiam. Pandangannya menerawang.

MARTI

Kerbau-kerbaumu itu kalau dijual paling bagus dihargai enam ringgit setiap ekor, Thi.

SAATHI

(Mengangguk)

Kata Kang Wångså juga begitu.

MARTI

Wångså memang punya kenalan pedagang-pedagang kerbau. Tapi apa tidak sayang, Thi?

Saathi tidak menjawab. Menunduk.

MARTI

Elaaah, kasihan betul nasib kalian ini. Adik-adik kowe juga masih kecil.Nanti kowe ke Mangga Dua bagaimana, Thi?

SAATHI

(Menggeleng)

Kulå sudah tidak akan mengamen, Mbok.

MARTI

Barangkali saja kowe mencari kerja di sana? Orang-orang Moor itu pasti butuh banyak tenaga.Kowe sudah lihat sendiri, tå? Mereka kaya raya.

Kali ini Saathi mengangguk.

MARTI

Benteng Jaccatra, sekitar Mangga Dua itu pusatnya uang di luar tembok kota, Thi. Tetapi, pusat kejahatan juga.

Saathi menoleh. Tampak ingin tahu.

MARTI

Di sana banyak pondok-pondok candu. Orang-orang mabuk. Pemiliknya orang-orang China tapi pemakainya banyak orang Jawa.

Dahi Saathi mengerut sedikit.

MARTI

Bukan mabuk seperti minum arak, Thi. Mabuk asap.

Saathi menggeleng lemah. Dia benar-benar tidak paham.

MARTI

Tanaman pemabuk dari Bengali, Thi. Pokokmen, membuat rusak pikiran. Membuat orang-orang jadi jahat.

Wångså melambai dari kejauhan, semakin dekat semakin jelas siapa yang datang. 

WȦNGSȦ

(Berteriak)

Kulånuwun, Mbok Marti, Sathi!

MARTI

(Tersenyum lebar)

Wo, kowe, Wångså. Tidak ngomong-ngomong, kalau Saathi mau menjual kerbaunya lewat kowe?

WȦNGSȦ

lhawong, baru kemarin sore, je, Mbok, Byomå beritahu kulå.

MARTI

“Yo, sik penting, jangan dijual murah. Kasihan Saathi, sedang butuh uang banyak.

WȦNGSȦ

(Menghampiri kerbau-kerbau)

Nggih, Mbok. Kerbaunya yang ini, to, Thi?

Saathi mengangguk. Bangkit lalu menghampiri adik-adiknya yang berdiri merapat di sebelah kerbau.

MARTI

Lha yang mana lagi, tå, Wångså?

WȦNGSȦ

(Terkekeh)

Siapa tahu ada yang lain, Mbok.

Kerbau melenguh keras. Saathi mendampingi Byomå dan Mlêthik.

BYOMȦ

(Memelas)

Kerbaunya sudah mau dibawa ya, Mbakyu?

Saathi mengelus kepala Mlêtik sambil mengangguk.

WȦNGSȦ

Tenang saja, Byomå. Nanti kowe bisa beli lagi. Di Batavia banyak yang menjual.

MLȆTHIK

(Terisak-isak)

Kebo-kebo itu beda. Teman kami sejak lama.

Mlêtik tergugu di bahu Saathi, sedangkan Byomå menangis tanpa suara. Hanya ke luar air mata. Wångså terdiam. Dia melepas tali-tali kedua kerbau itu tanpa berbicara apa-apa. 

Marti tampak trenyuh melihat kedua adik Saathi. Dia lalu datang menghampiri. 

MARTI

Sabar, ya, Nduk, Le. Orang sabar disayang Pengeran.  

Byomå terduduk di tanah. Meletakkan kepala di lengan, yang melintangi dua lututnya. Punggungnya tersengal-sengal. Mlêtik memeluk Saathi dengan erat, menangis keras.

Wångså yang salah tingkah tetap melanjutkan apa yang dia mulai. Wångså menghelanya.

WȦNGSȦ

Berangkat dulu ya, Thi, Mbok.

MARTI

Ati-ati, Wångså. 

Tidak ada suara lain setelahnya, kecuali isak tangis Byomå dan Mlêtik.

MARTI

(Setelah beberapa lama)

Thi. Kowe masih punya beras?

Saathi mengangguk.

MARTI

Lauknya?

SAATHI

(Diam sebentar) 

Masih ada garam.

MARTI

(Mengelus-elus pundak Byomå)

Nanti aku bawakan gereh, ya. Adik-adikmu suka makan ikan asin, tå?

Saathi tidak menggeleng, tidak mengiyakan. 

FADE OUT:

FADE IN:

63. INT. PABRIK LIM SAN SAN

CAST: Lim Samsang, Gesù, Budak Pembawa Tinta, para buruh pabrik gula.

Lim Samsang sedang mondar-mandir di tengah pabrik membawa kuas tulis dan buku catatan. Seorang budak membawa tinta. Gesù masuk ke pabrik dengan langkah yakin.

GESÙ

Tuan Lim!

LIM SAMSANG

(Menoleh, tidak ramah)

Lu olang lagi, ya.

Lim malah mendatangi para budak yang memasang dua silinder kayu besar berimpitan. Tampaknya itulah alat untuk menggerus batang-batang tebu yang sudah matang. Pada silinder itu terpasang tonggak kayu panjang. Di bawah silinder itu buruh-buruh lain memasang dua kuali besar. Gesù menjejeri Lim.

LIM SAMSANG

(Berteriak ke budak-budaknya)

Lu olang coba kasih dolong!

Budak-budak itu buru-buru memegang tonggak lalu mendorongnya. Tidak kuat. Budak-budak lain membantu. Baru silinder itu mau berputar perlahan.

Lim mencatat sesuatu pada buku.

LIM SAMSANG

(Mengomel)

Goa bisa lugi … lugi … lugi. Haiyya… Walanda gila.

Gesù melihat-lihat ke arah lain, mengurangi rasa tidak nyamannya.

LIM SAMSANG

(Menoleh pada Gesù)

Lu olang, ya, misti dapet tahu, ya. Itu Walanda, ya, kasih naik kasih turun, ya, itu harga gula, ya, bikin goa naik dala, ya.

GESÙ 

(Menekuk siku, jemarinya menguncup, diputar ke arah wajahnya)

Betul, betul. 

LIM SAMSANG

(Menggebu-gebu)

Biar lu olang tahu, ya. Goa dapet sewa ini tempat mahal. Lima belas linggit, ya, satu laksa, ya. Kasi bayal olang Jawa, ya, buat piala lahan, ya, selatus linggit. Kasih sewa budak, ya, ke itu olang Walanda, ya, tiap-tiap budak, ya, dua lima linggit. 

Goa lugi … lugi. Haiyyah.

GESÙ

Kenapa rugi, Tuan? Bukankah nilai jualnya ribuan ringgit?

LIM SAMSANG

(Melotot-melotot)

Itu olang Walanda, ya, kasih tulun halga gula, ya, misti bikin gila. Bulan lalu satu pikul, meleka punya omongan, ya, empat sampai enam leal tiap-tiap pikul, ya. Sekalang, mereka punya omongan, paling mahal, ya, empat leal tiap-tiap pikul!

Lim berjalan berderap ke luar pabrik, masuk ke ruang kerjanya. Gesù terus mengikuti. Budak pembawa tinta mengkuti di belakang. 

CUT TO:

64. INT. RUANG KERJA LIM SAMSAN

Cast: Lim Samsang, Gesù

Lim duduk di bangku dengan mengentak. Budak pembawa tinta meletakkan kotak tinta di atas meja, lalu mundur merapat ke dinding. Diam menunduk. Gesù duduk di bangku tanpa dipersilakan.

GESÙ

Saya baru tahu, pabrik dan ladang tebu ini bukan milik Tuan Lim.

LIM SAMSANG

(Melirik dengan sengit)

Olang Cina, ya, tiada suka beli-beli tana, ya.

GESÙ

(Mengangguk-angguk. Melihat sekeliling)

Oh. Lahan ini punya orang mana?

LIM SAMSANG

Itu plampuan olang Walanda. Lisbet van Hon.

GESÙ

Lyzbeth Van Hoorn?

LIM SAMSANG

(Mengangguk)

Itu plampuan telalu kaya, ya. Dia punya tana dengan gedong di mana-mana, ya. Olang bole sewa untuk rupa-rupa, ya. Dia olang ada punya pondok pelancongan di itu Kali Ancol.

GESÙ  

Salah satunya untuk pabrik gula?

LIM SAMSANG

(Menyenderkan punggung ke tembok)

Tanam tebu, ya, banyak bahaya, ya.Tebu mudah kena api, ya. Itu Kompeni suka pelang lagi, ya. Jikalau goa, ya, punya lahan, ya, ada kacau-kacau goa punya lugi telalu besa, ya.

GESÙ

(Menguncupkan jemari lalu mengarahkannya ke langit-langit)

Menakutkan, ya.

LIM SAMSANG

(Bergumam)

Itu Kompeni, ya, mau dia olang ya, punya untung sendili, ya. Olang Cina, ya, dia sulu keja, ya. Tapi, dia olang dapet banyak uwang, ya.

GESÙ 

Kenapa Tuan Lim masih bertahan di Batavia?

LIM SAMSANG

Sebenta lagi, ya, goa misti pinda goa punya usaha, ya. Ke Banten, ya.

GESÙ

(Membuat lingkaran dengan ibu jari dan telunjuk setinggi dada) 

Dalam bocca al lupo. Semoga Tuan beruntung.

Lim menggeleng-geleng. Meratapi nasib.

GESÙ

Tuan sudah tahu alasan mengapa saya ke mari lagi?

Lim acuh tak acuh.

GESÙ

Saya sudah menunggu satu bulan sesuai dengan perkataan Tuan.

Lim mengempas napas. Seolah dia orang paling dirundung masalah sedunia.

GESÙ

Jadi bagaimana, Tuan?

LIM SAMSANG

Lu olang sunggu-sunggu mau itu balang?

GESÙ

Kedatangan saya ke Batavia hanya untuk itu.

LIM SAMSANG

Belapa lu olang sanggup bayal?

GESÙ

Tuan jual berapa?

LIM SAMSANG

Jikalau lu olang sanggup bayal pake halga baek sekali, mungkin itu balang bole balik di Batavia, sebab apa, yang dia punya balang telalu cinta.

GESÙ

Tunggu-tunggu. Maksud Tuan, pusaka itu tidak ada di Batavia?

Lim mengangguk pelan.

GESÙ

Tuan sudah tahu dari satu bulan lalu?

Lim mengangguk lagi.

GESÙ

Lalu di mana sekarang? Siapa yang memegang?

LIM SAMSANG

Lu olang misti denga, ya. Itu balang, ya, tiada tahu ke mana, ya. Goa misti sulu olang, ya, buat cali itu balang, ya.

GESÙ  

Bukankah Tuan yang membelinya dari pedagang Malaka? Bagaimana bisa Tuan tidak tahu?

LIM SAMSANG

Itu balang, ya, suda goa jual, ya.

GESÙ

Kapan?

LIM SAMSAN

Itu tempo, ya, sebelum lu olang datang.

GESÙ

Kepada siapa?

LIM SAMSANG

(Mula kesal)

Haiyah. Ka goa punya kenalan.

GESÙ

Kalau begitu kita temui dia.

LIM SAMSANG

Dia olang cuma calo, ya. Pelantala.

GESÙ

(Semakin tidak sabar)

Kenalan Tuan, yang perantara itu, menjual pusaka ke siapa?

LIM SAMSANG

Kepada itu kenalan punya teman.

GESÙ

Siapa teman dari kenalan Tuan itu?

LIM SAMSAN

Haiyah. Dia olang calo lagi.

GESÙ

(Menekuk dua siku tangan, telapak lurus ke atas, kepala pun mendongak)

Vai a quell pease. Saya tidak tahu harus bicara apa lagi.

FADE OUT:

FADE IN:

65. EXT. PINGGIR SUNGAI KRUKUT (PETANG)

Cast: Saathi, Byomå, Mlêthik, Gesù 

Byomå memegangi dua bagian ujung batang bambu di kedua bahu. Mlêtik berjalan di sebelahnya. Di belakang, Saathi menyeimbangkan ketinggian bambu yang ia pegang, agar meringankan beban Byomå. Buntalan kain yang sebelumnya dia pakai untuk menggendong Mlêtik kini terisi perbekalan. Sedangkan di pinggangnya menggantung golok untuk menebang bambu.

Langkah Byomå semakin pelan, Mlêtik berkali-kali memegangi perut. Mereka menyisir tepi Sungai Krukut.

SOUND EFFECT: BUNYI DAUN KELAPA TERSERET

SAATHI

Istirahat dulu.

BYOMȦ

Nggih, Mbakyu.

Mereka berhenti. Byomå lebih dulu meletakkan bambu. Saathi menyusul kemudian. Dia lalu menghampiri kedua adiknya. Menepuk lembut bahu Byomå lalu berjongkok di hadapan Mlêtik.

SAATHI

Masih pusing?

MLȆTHIK

(Menggeleng) 

Lemas saja, Mbakyu.

SAATHI

Lapar, ya? 

Saathi melepas simpul kain gendongan, mengeluarkan bakul bambu kecil dari sana. 

SAATHI

Byomå. Makan dengan adikmu.

BYOMȦ

Nggih, Mbakyu.

Mereka duduk bertiga. Saathi mengambil kendi dari bakul itu lalu meminta Byomå dan Mlêtik bergantian mencuci tangan keduanya. Setelah itu, Saathi mengeluarkan bungkusan daun pisang dari dalam bakul dan menyerahkannya kepada Byomå. 

SAATHI

Ini. Kalian makan.

BYOMȦ

Mbakyu bagaimana?

SATHI

(Menggeleng)

Belum lapar.

Byomå menatap Mbakyunya penuh makna. Tetapi dia menahan untuk bicara. Dia buka bungkus daun pisang itu. Isinya sekepal nasi dan ikan asin kecil pemberian Marti beberapa hari lalu. Byomå dan Mlêtik bergantian menyuapkan nasi itu ke mulutnya. 

MLȆTHIK

Gereh-nya buat Kakang.

BYOMȦ 

(Menyuapkan nasi ke mulutnya)

Untuk kowe saja. Aku bosan.

Saathi menatap Byomå. Terharu. Saathi menyodorkan kendi kepada Byomå dan Mlêtik. Keduanya bergantian menenggak isinyal lalu mencuci tangan darinya. 

MLȆTHIK

Alhamdulillah. 

SAATHI

Setelah ini, biar aku saja yang membawa bambunya, Byomå.

BYOMȦ

Berat kalau sendirian, Mbakyu.

SAATHI

(Menggeleng)

Kowe jaga Mlêtik.

Byomå menyimpan kendi ke dalam tenggok. Saathi lalu mengambil tenggok itu, menggendongnya di punggung. Saathi lalu menghampiri ujung bambu yang tadi diangkat Byomå . Saathi angkat setinggi pinggulnya.

SAATHI

Ayo.

 

Byomå dan Mlêtik menjejeri Saathi. Keduanya di sebelah kanan, bersebelahan dengan sungai. Bunyi batang bambu yang terseret di atas jalan berbatu begitu seru.

BYOMȦ

Kerbaunya belum terjual, ya, Mbakyu?

Saathi menoleh tapi tidak menjawab.

BYOMȦ

Sudah beberapa hari, Kang Wångså tidak datang-datang.

SAATHI

Kalau besok tidak datang, kita cari.

MLȆTHIK

Cari ke mana, Mbayu?

SAATHI

(Berpikir sebentar)

Benteng Jaccatra. Tempat dia menjual kerbau kita.

Mereka berjalan dalam diam. Byomå melolos suling dari pinggang, lalu meniupnya dalam irama. Bunyi suling itu bersaing dengan berisik ujung bambu yang diseret Saathi.

SOUND EFFECT: BUNYI SERULING

Dari jauh, perahu Gesù merapat. Gesù melambai-lambaikan tangan.

GESÙ

Saathiii! Byomå ! Mlêtik!

 

Saathi, Mlêthik, dan Byoma menoleh. Mlêthik melompat-lompat senang. Byoma berteriak kegirangan.

BYOMȦ

Tuan Hantuuuu! eh, Tuan Gesùuuuu!

Mlêtik tertawa mendengar kekonyolan Byomå. Gesù meminggirkan perahu, tapi terus mengayuh, sampai kemudian Saathi berhenti Gesù mengikutinya. Dia berhenti mendayung, melompat ke pinggir sungai lalu menghampiri Saathi.

GESÙ

Apa kabar?

BYOMȦ

(Bersungguh-sungguh)

Tuan Gesù sudah pandai tebang bambu?

GESÙ

(Tertawa sambil memutar-mutar tangan kanan yang menengadah)

Prendere dalam giro. Kamu sedang mengolok-olok saya.

BYOMȦ

Tuan hendak ke manê?

GESÙ

(Berjongkok di depan Mlêtik)

Saya hendak ke rumah kamu.

MLȆTHIK

(Polos)

Sayê tak adê ruma.

BYOMȦ

(Menyerobot)

Kami semuê tido di gerobak.

Saathi meremas pundak Byomå.

GESÙ

(Melirik Saathi lalu menatap Mlêtik lagi)

O, iya? Di mana gerobak kalian yang bagus itu?

MLȆTHIK

(Mlêtik menunjuk ke arah yang jauh)

 Di pinggir sungai. Di Kampung Jawa.

BYOMȦ

Tiada bole ke mana-mana. Kerbaunya sudah diju…

Saathi buru-buru menutup mulut Byomå dengan dua tangannya.

MLȆTHIK

(Polos)

Sudah dijual oleh Kang Wångså.

Saathi membuang pandangan. Dia turunkan tangannya dari wajah Byomå.

Gesù bangkit dan menggaruk dahi. Agak bingung hendak bicara apa.

GESÙ

(Kikuk)

Kalian mau pulang, Saathi?

SAATHI

(Mengangguk)

Iyê.

GESÙ

(Menunjuk perahu dari atas bahunya) 

Naik perahu saja, mau?

BYOMȦ

(Antusias)

Mau!

MLȆTHIK

(Penuh semangat)

Terlalu … mau.

SAATHI

Kami jalan saja. Byomå, Mlêtik. Ayo.

MLȆTHIK

(Tangan menyatu di depan dada)

Kulå pengin naik perahu, Mbakyu, boleh?

SAATHI

Perahunya tidak cukup. Mendayungnya juga berat.

BYOMA

(Ngeyel)

Kulå kuat mendayung.

GESÙ

Hanya dua bambu, Saathi, masih muat. 

MLȆTHIK

Boleh, Mbakyu? Boleh?

Saathi terdiam. Mengangguk lemah beberapa saat kemudian.

MLȆTHIK 

(Berjingkrak-jingkrak)

Horeeee!

CUT TO:

66. INT. EXT. DI DALAM PERAHU (SORE)

Cast: Byomā, Saathi, Gesù, Mlêthik

Gesù l memindahkan dua batang bambu itu dibantu Saathi ke perahu, diletakkan di sisi kanan. Gesù duduk di ujung dan Saathi di ujung yang lain. Byomå dan Mlêtik menyusul duduk di tengah-tengah. Byomå segera menggenggam dayung yang menggeletak, berebut dengan Mlêtik. 

Gesù lalu memberikan dayungnya. Byomå dan Mlêtik memegang dayung masing-masing. Mereka lalu sibuk mendayung tapi perahu tidak bergerak ke mana-mana. Hanya mengarah ke kanan-kiri. Gesù tergelak-gelak melihatnya sedangkan Saathi berusaha menyuruh adik-adiknya berhenti. 

Setelah berlama-lama, dan perahu tak mau ke mana-mana, akhirnya Byomå dan Mlêtik menyerah. Byomå memberikan dayungnya kepada Gesù sedangkan Mlêtik yang cemberut merelakan dayungnya diambil Saathi. Sekarang, Gesù mendayung di sebelah kanan dan Saathi mengayuh di sisi satu lagi. Perahu meluncur menyusuri sungai.

GESÙ

Benar kerbau kamu jual, Saathi?

Saathi mengangguk kecil saja.

MLȆTHIK

Gunê baya pajak, Tuan.

GESÙ

(Tersenyum kepada Mlêtik)

Pajak? Apa itu pajak?

MLȆTHIK

(Menggeleng)

Tidak tahu.

BYOMȦ

Baya Kompeni, Tuan.

GESÙ

Kenapa harus bayar?

BYOMȦ

Kerna kami semua menyanyi. Menghibo orang-orang.

GESÙ

Oh. Lalu kalian sekarang bagaimana? Masih menyanyi?

Mlêtik menggeleng sedih. Byomå menoleh ke mbakyunya. Gesù menatap Saathi lekat-lekat. Saathi tetap diam. 

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar