Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
62. EXT. BELAKANG GEROBAK (PAGI)
Cast: Saathi, Mbok Marti, Byomå, Mlêthik, Wångså
Marti yang duduk menemani Saathi di pinggir sungai, di belakang gerobak. Byomå dan Mlêthik mengelus-elus kerbau di depan gerobak.
MARTI
Aku bukan orang sugih mbledih, Thi. Tidak punya banyak uang. Tetapi, aku punya simpanan.
CLOSE UP: WAJAH MARTI
MARTI
(Menyentuh bahu Saathi)
Sepuluh ringgit itu banyak sekali. Kowe perlu waktu sangat lama untuk mengumpulkannya. Kowe bisa memakai simpananku dulu.Terhadap kepala kampung kowe memang harus waspada. Dia bukan orang Jawa. Tapi kepadaku, kowe bisa percaya. Aku hanya ingin membantumu, Nduk. Aku kasihan kepadamu dan adik-adikmu.
SAATHI
(Melihat kerbau-kerbaunya)
Kulå sudah bicara dengan adik-adik, Mbok. Kulå akan menjual kerbau-kerbau itu.
MARTI
(Kaget sekali)
Lho … lho. Lha, nanti bagaiman kowe pergi ke mana-mana?
SAATHI
(Melirih)
Mlampah. Jalan kaki.
MARTI
Kalau kowe ingin pulang ke Mataram bagaimana?
Saathi terdiam. Pandangannya menerawang.
MARTI
Kerbau-kerbaumu itu kalau dijual paling bagus dihargai enam ringgit setiap ekor, Thi.
SAATHI
(Mengangguk)
Kata Kang Wångså juga begitu.
MARTI
Wångså memang punya kenalan pedagang-pedagang kerbau. Tapi apa tidak sayang, Thi?
Saathi tidak menjawab. Menunduk.
MARTI
Elaaah, kasihan betul nasib kalian ini. Adik-adik kowe juga masih kecil.Nanti kowe ke Mangga Dua bagaimana, Thi?
SAATHI
(Menggeleng)
Kulå sudah tidak akan mengamen, Mbok.
MARTI
Barangkali saja kowe mencari kerja di sana? Orang-orang Moor itu pasti butuh banyak tenaga.Kowe sudah lihat sendiri, tå? Mereka kaya raya.
Kali ini Saathi mengangguk.
MARTI
Benteng Jaccatra, sekitar Mangga Dua itu pusatnya uang di luar tembok kota, Thi. Tetapi, pusat kejahatan juga.
Saathi menoleh. Tampak ingin tahu.
MARTI
Di sana banyak pondok-pondok candu. Orang-orang mabuk. Pemiliknya orang-orang China tapi pemakainya banyak orang Jawa.
Dahi Saathi mengerut sedikit.
MARTI
Bukan mabuk seperti minum arak, Thi. Mabuk asap.
Saathi menggeleng lemah. Dia benar-benar tidak paham.
MARTI
Tanaman pemabuk dari Bengali, Thi. Pokokmen, membuat rusak pikiran. Membuat orang-orang jadi jahat.
Wångså melambai dari kejauhan, semakin dekat semakin jelas siapa yang datang.
WȦNGSȦ
(Berteriak)
Kulånuwun, Mbok Marti, Sathi!
MARTI
(Tersenyum lebar)
Wo, kowe, Wångså. Tidak ngomong-ngomong, kalau Saathi mau menjual kerbaunya lewat kowe?
WȦNGSȦ
lhawong, baru kemarin sore, je, Mbok, Byomå beritahu kulå.
MARTI
“Yo, sik penting, jangan dijual murah. Kasihan Saathi, sedang butuh uang banyak.
WȦNGSȦ
(Menghampiri kerbau-kerbau)
Nggih, Mbok. Kerbaunya yang ini, to, Thi?
Saathi mengangguk. Bangkit lalu menghampiri adik-adiknya yang berdiri merapat di sebelah kerbau.
MARTI
Lha yang mana lagi, tå, Wångså?
WȦNGSȦ
(Terkekeh)
Siapa tahu ada yang lain, Mbok.
Kerbau melenguh keras. Saathi mendampingi Byomå dan Mlêthik.
BYOMȦ
(Memelas)
Kerbaunya sudah mau dibawa ya, Mbakyu?
Saathi mengelus kepala Mlêtik sambil mengangguk.
WȦNGSȦ
Tenang saja, Byomå. Nanti kowe bisa beli lagi. Di Batavia banyak yang menjual.
MLȆTHIK
(Terisak-isak)
Kebo-kebo itu beda. Teman kami sejak lama.
Mlêtik tergugu di bahu Saathi, sedangkan Byomå menangis tanpa suara. Hanya ke luar air mata. Wångså terdiam. Dia melepas tali-tali kedua kerbau itu tanpa berbicara apa-apa.
Marti tampak trenyuh melihat kedua adik Saathi. Dia lalu datang menghampiri.
MARTI
Sabar, ya, Nduk, Le. Orang sabar disayang Pengeran.
Byomå terduduk di tanah. Meletakkan kepala di lengan, yang melintangi dua lututnya. Punggungnya tersengal-sengal. Mlêtik memeluk Saathi dengan erat, menangis keras.
Wångså yang salah tingkah tetap melanjutkan apa yang dia mulai. Wångså menghelanya.
WȦNGSȦ
Berangkat dulu ya, Thi, Mbok.
MARTI
Ati-ati, Wångså.
Tidak ada suara lain setelahnya, kecuali isak tangis Byomå dan Mlêtik.
MARTI
(Setelah beberapa lama)
Thi. Kowe masih punya beras?
Saathi mengangguk.
MARTI
Lauknya?
SAATHI
(Diam sebentar)
Masih ada garam.
MARTI
(Mengelus-elus pundak Byomå)
Nanti aku bawakan gereh, ya. Adik-adikmu suka makan ikan asin, tå?
Saathi tidak menggeleng, tidak mengiyakan.
FADE OUT:
FADE IN:
63. INT. PABRIK LIM SAN SAN
CAST: Lim Samsang, Gesù, Budak Pembawa Tinta, para buruh pabrik gula.
Lim Samsang sedang mondar-mandir di tengah pabrik membawa kuas tulis dan buku catatan. Seorang budak membawa tinta. Gesù masuk ke pabrik dengan langkah yakin.
GESÙ
Tuan Lim!
LIM SAMSANG
(Menoleh, tidak ramah)
Lu olang lagi, ya.
Lim malah mendatangi para budak yang memasang dua silinder kayu besar berimpitan. Tampaknya itulah alat untuk menggerus batang-batang tebu yang sudah matang. Pada silinder itu terpasang tonggak kayu panjang. Di bawah silinder itu buruh-buruh lain memasang dua kuali besar. Gesù menjejeri Lim.
LIM SAMSANG
(Berteriak ke budak-budaknya)
Lu olang coba kasih dolong!
Budak-budak itu buru-buru memegang tonggak lalu mendorongnya. Tidak kuat. Budak-budak lain membantu. Baru silinder itu mau berputar perlahan.
Lim mencatat sesuatu pada buku.
LIM SAMSANG
(Mengomel)
Goa bisa lugi … lugi … lugi. Haiyya… Walanda gila.
Gesù melihat-lihat ke arah lain, mengurangi rasa tidak nyamannya.
LIM SAMSANG
(Menoleh pada Gesù)
Lu olang, ya, misti dapet tahu, ya. Itu Walanda, ya, kasih naik kasih turun, ya, itu harga gula, ya, bikin goa naik dala, ya.
GESÙ
(Menekuk siku, jemarinya menguncup, diputar ke arah wajahnya)
Betul, betul.
LIM SAMSANG
(Menggebu-gebu)
Biar lu olang tahu, ya. Goa dapet sewa ini tempat mahal. Lima belas linggit, ya, satu laksa, ya. Kasi bayal olang Jawa, ya, buat piala lahan, ya, selatus linggit. Kasih sewa budak, ya, ke itu olang Walanda, ya, tiap-tiap budak, ya, dua lima linggit.
Goa lugi … lugi. Haiyyah.
GESÙ
Kenapa rugi, Tuan? Bukankah nilai jualnya ribuan ringgit?
LIM SAMSANG
(Melotot-melotot)
Itu olang Walanda, ya, kasih tulun halga gula, ya, misti bikin gila. Bulan lalu satu pikul, meleka punya omongan, ya, empat sampai enam leal tiap-tiap pikul, ya. Sekalang, mereka punya omongan, paling mahal, ya, empat leal tiap-tiap pikul!
Lim berjalan berderap ke luar pabrik, masuk ke ruang kerjanya. Gesù terus mengikuti. Budak pembawa tinta mengkuti di belakang.
CUT TO:
64. INT. RUANG KERJA LIM SAMSAN
Cast: Lim Samsang, Gesù
Lim duduk di bangku dengan mengentak. Budak pembawa tinta meletakkan kotak tinta di atas meja, lalu mundur merapat ke dinding. Diam menunduk. Gesù duduk di bangku tanpa dipersilakan.
GESÙ
Saya baru tahu, pabrik dan ladang tebu ini bukan milik Tuan Lim.
LIM SAMSANG
(Melirik dengan sengit)
Olang Cina, ya, tiada suka beli-beli tana, ya.
GESÙ
(Mengangguk-angguk. Melihat sekeliling)
Oh. Lahan ini punya orang mana?
LIM SAMSANG
Itu plampuan olang Walanda. Lisbet van Hon.
GESÙ
Lyzbeth Van Hoorn?
LIM SAMSANG
(Mengangguk)
Itu plampuan telalu kaya, ya. Dia punya tana dengan gedong di mana-mana, ya. Olang bole sewa untuk rupa-rupa, ya. Dia olang ada punya pondok pelancongan di itu Kali Ancol.
GESÙ
Salah satunya untuk pabrik gula?
LIM SAMSANG
(Menyenderkan punggung ke tembok)
Tanam tebu, ya, banyak bahaya, ya.Tebu mudah kena api, ya. Itu Kompeni suka pelang lagi, ya. Jikalau goa, ya, punya lahan, ya, ada kacau-kacau goa punya lugi telalu besa, ya.
GESÙ
(Menguncupkan jemari lalu mengarahkannya ke langit-langit)
Menakutkan, ya.
LIM SAMSANG
(Bergumam)
Itu Kompeni, ya, mau dia olang ya, punya untung sendili, ya. Olang Cina, ya, dia sulu keja, ya. Tapi, dia olang dapet banyak uwang, ya.
GESÙ
Kenapa Tuan Lim masih bertahan di Batavia?
LIM SAMSANG
Sebenta lagi, ya, goa misti pinda goa punya usaha, ya. Ke Banten, ya.
GESÙ
(Membuat lingkaran dengan ibu jari dan telunjuk setinggi dada)
Dalam bocca al lupo. Semoga Tuan beruntung.
Lim menggeleng-geleng. Meratapi nasib.
GESÙ
Tuan sudah tahu alasan mengapa saya ke mari lagi?
Lim acuh tak acuh.
GESÙ
Saya sudah menunggu satu bulan sesuai dengan perkataan Tuan.
Lim mengempas napas. Seolah dia orang paling dirundung masalah sedunia.
GESÙ
Jadi bagaimana, Tuan?
LIM SAMSANG
Lu olang sunggu-sunggu mau itu balang?
GESÙ
Kedatangan saya ke Batavia hanya untuk itu.
LIM SAMSANG
Belapa lu olang sanggup bayal?
GESÙ
Tuan jual berapa?
LIM SAMSANG
Jikalau lu olang sanggup bayal pake halga baek sekali, mungkin itu balang bole balik di Batavia, sebab apa, yang dia punya balang telalu cinta.
GESÙ
Tunggu-tunggu. Maksud Tuan, pusaka itu tidak ada di Batavia?
Lim mengangguk pelan.
GESÙ
Tuan sudah tahu dari satu bulan lalu?
Lim mengangguk lagi.
GESÙ
Lalu di mana sekarang? Siapa yang memegang?
LIM SAMSANG
Lu olang misti denga, ya. Itu balang, ya, tiada tahu ke mana, ya. Goa misti sulu olang, ya, buat cali itu balang, ya.
GESÙ
Bukankah Tuan yang membelinya dari pedagang Malaka? Bagaimana bisa Tuan tidak tahu?
LIM SAMSANG
Itu balang, ya, suda goa jual, ya.
GESÙ
Kapan?
LIM SAMSAN
Itu tempo, ya, sebelum lu olang datang.
GESÙ
Kepada siapa?
LIM SAMSANG
(Mula kesal)
Haiyah. Ka goa punya kenalan.
GESÙ
Kalau begitu kita temui dia.
LIM SAMSANG
Dia olang cuma calo, ya. Pelantala.
GESÙ
(Semakin tidak sabar)
Kenalan Tuan, yang perantara itu, menjual pusaka ke siapa?
LIM SAMSANG
Kepada itu kenalan punya teman.
GESÙ
Siapa teman dari kenalan Tuan itu?
LIM SAMSAN
Haiyah. Dia olang calo lagi.
GESÙ
(Menekuk dua siku tangan, telapak lurus ke atas, kepala pun mendongak)
Vai a quell pease. Saya tidak tahu harus bicara apa lagi.
FADE OUT:
FADE IN:
65. EXT. PINGGIR SUNGAI KRUKUT (PETANG)
Cast: Saathi, Byomå, Mlêthik, Gesù
Byomå memegangi dua bagian ujung batang bambu di kedua bahu. Mlêtik berjalan di sebelahnya. Di belakang, Saathi menyeimbangkan ketinggian bambu yang ia pegang, agar meringankan beban Byomå. Buntalan kain yang sebelumnya dia pakai untuk menggendong Mlêtik kini terisi perbekalan. Sedangkan di pinggangnya menggantung golok untuk menebang bambu.
Langkah Byomå semakin pelan, Mlêtik berkali-kali memegangi perut. Mereka menyisir tepi Sungai Krukut.
SOUND EFFECT: BUNYI DAUN KELAPA TERSERET
SAATHI
Istirahat dulu.
BYOMȦ
Nggih, Mbakyu.
Mereka berhenti. Byomå lebih dulu meletakkan bambu. Saathi menyusul kemudian. Dia lalu menghampiri kedua adiknya. Menepuk lembut bahu Byomå lalu berjongkok di hadapan Mlêtik.
SAATHI
Masih pusing?
MLȆTHIK
(Menggeleng)
Lemas saja, Mbakyu.
SAATHI
Lapar, ya?
Saathi melepas simpul kain gendongan, mengeluarkan bakul bambu kecil dari sana.
SAATHI
Byomå. Makan dengan adikmu.
BYOMȦ
Nggih, Mbakyu.
Mereka duduk bertiga. Saathi mengambil kendi dari bakul itu lalu meminta Byomå dan Mlêtik bergantian mencuci tangan keduanya. Setelah itu, Saathi mengeluarkan bungkusan daun pisang dari dalam bakul dan menyerahkannya kepada Byomå.
SAATHI
Ini. Kalian makan.
BYOMȦ
Mbakyu bagaimana?
SATHI
(Menggeleng)
Belum lapar.
Byomå menatap Mbakyunya penuh makna. Tetapi dia menahan untuk bicara. Dia buka bungkus daun pisang itu. Isinya sekepal nasi dan ikan asin kecil pemberian Marti beberapa hari lalu. Byomå dan Mlêtik bergantian menyuapkan nasi itu ke mulutnya.
MLȆTHIK
Gereh-nya buat Kakang.
BYOMȦ
(Menyuapkan nasi ke mulutnya)
Untuk kowe saja. Aku bosan.
Saathi menatap Byomå. Terharu. Saathi menyodorkan kendi kepada Byomå dan Mlêtik. Keduanya bergantian menenggak isinyal lalu mencuci tangan darinya.
MLȆTHIK
Alhamdulillah.
SAATHI
Setelah ini, biar aku saja yang membawa bambunya, Byomå.
BYOMȦ
Berat kalau sendirian, Mbakyu.
SAATHI
(Menggeleng)
Kowe jaga Mlêtik.
Byomå menyimpan kendi ke dalam tenggok. Saathi lalu mengambil tenggok itu, menggendongnya di punggung. Saathi lalu menghampiri ujung bambu yang tadi diangkat Byomå . Saathi angkat setinggi pinggulnya.
SAATHI
Ayo.
Byomå dan Mlêtik menjejeri Saathi. Keduanya di sebelah kanan, bersebelahan dengan sungai. Bunyi batang bambu yang terseret di atas jalan berbatu begitu seru.
BYOMȦ
Kerbaunya belum terjual, ya, Mbakyu?
Saathi menoleh tapi tidak menjawab.
BYOMȦ
Sudah beberapa hari, Kang Wångså tidak datang-datang.
SAATHI
Kalau besok tidak datang, kita cari.
MLȆTHIK
Cari ke mana, Mbayu?
SAATHI
(Berpikir sebentar)
Benteng Jaccatra. Tempat dia menjual kerbau kita.
Mereka berjalan dalam diam. Byomå melolos suling dari pinggang, lalu meniupnya dalam irama. Bunyi suling itu bersaing dengan berisik ujung bambu yang diseret Saathi.
SOUND EFFECT: BUNYI SERULING
Dari jauh, perahu Gesù merapat. Gesù melambai-lambaikan tangan.
GESÙ
Saathiii! Byomå ! Mlêtik!
Saathi, Mlêthik, dan Byoma menoleh. Mlêthik melompat-lompat senang. Byoma berteriak kegirangan.
BYOMȦ
Tuan Hantuuuu! eh, Tuan Gesùuuuu!
Mlêtik tertawa mendengar kekonyolan Byomå. Gesù meminggirkan perahu, tapi terus mengayuh, sampai kemudian Saathi berhenti Gesù mengikutinya. Dia berhenti mendayung, melompat ke pinggir sungai lalu menghampiri Saathi.
GESÙ
Apa kabar?
BYOMȦ
(Bersungguh-sungguh)
Tuan Gesù sudah pandai tebang bambu?
GESÙ
(Tertawa sambil memutar-mutar tangan kanan yang menengadah)
Prendere dalam giro. Kamu sedang mengolok-olok saya.
BYOMȦ
Tuan hendak ke manê?
GESÙ
(Berjongkok di depan Mlêtik)
Saya hendak ke rumah kamu.
MLȆTHIK
(Polos)
Sayê tak adê ruma.
BYOMȦ
(Menyerobot)
Kami semuê tido di gerobak.
Saathi meremas pundak Byomå.
GESÙ
(Melirik Saathi lalu menatap Mlêtik lagi)
O, iya? Di mana gerobak kalian yang bagus itu?
MLȆTHIK
(Mlêtik menunjuk ke arah yang jauh)
Di pinggir sungai. Di Kampung Jawa.
BYOMȦ
Tiada bole ke mana-mana. Kerbaunya sudah diju…
Saathi buru-buru menutup mulut Byomå dengan dua tangannya.
MLȆTHIK
(Polos)
Sudah dijual oleh Kang Wångså.
Saathi membuang pandangan. Dia turunkan tangannya dari wajah Byomå.
Gesù bangkit dan menggaruk dahi. Agak bingung hendak bicara apa.
GESÙ
(Kikuk)
Kalian mau pulang, Saathi?
SAATHI
(Mengangguk)
Iyê.
GESÙ
(Menunjuk perahu dari atas bahunya)
Naik perahu saja, mau?
BYOMȦ
(Antusias)
Mau!
MLȆTHIK
(Penuh semangat)
Terlalu … mau.
SAATHI
Kami jalan saja. Byomå, Mlêtik. Ayo.
MLȆTHIK
(Tangan menyatu di depan dada)
Kulå pengin naik perahu, Mbakyu, boleh?
SAATHI
Perahunya tidak cukup. Mendayungnya juga berat.
BYOMA
(Ngeyel)
Kulå kuat mendayung.
GESÙ
Hanya dua bambu, Saathi, masih muat.
MLȆTHIK
Boleh, Mbakyu? Boleh?
Saathi terdiam. Mengangguk lemah beberapa saat kemudian.
MLȆTHIK
(Berjingkrak-jingkrak)
Horeeee!
CUT TO:
66. INT. EXT. DI DALAM PERAHU (SORE)
Cast: Byomā, Saathi, Gesù, Mlêthik
Gesù l memindahkan dua batang bambu itu dibantu Saathi ke perahu, diletakkan di sisi kanan. Gesù duduk di ujung dan Saathi di ujung yang lain. Byomå dan Mlêtik menyusul duduk di tengah-tengah. Byomå segera menggenggam dayung yang menggeletak, berebut dengan Mlêtik.
Gesù lalu memberikan dayungnya. Byomå dan Mlêtik memegang dayung masing-masing. Mereka lalu sibuk mendayung tapi perahu tidak bergerak ke mana-mana. Hanya mengarah ke kanan-kiri. Gesù tergelak-gelak melihatnya sedangkan Saathi berusaha menyuruh adik-adiknya berhenti.
Setelah berlama-lama, dan perahu tak mau ke mana-mana, akhirnya Byomå dan Mlêtik menyerah. Byomå memberikan dayungnya kepada Gesù sedangkan Mlêtik yang cemberut merelakan dayungnya diambil Saathi. Sekarang, Gesù mendayung di sebelah kanan dan Saathi mengayuh di sisi satu lagi. Perahu meluncur menyusuri sungai.
GESÙ
Benar kerbau kamu jual, Saathi?
Saathi mengangguk kecil saja.
MLȆTHIK
Gunê baya pajak, Tuan.
GESÙ
(Tersenyum kepada Mlêtik)
Pajak? Apa itu pajak?
MLȆTHIK
(Menggeleng)
Tidak tahu.
BYOMȦ
Baya Kompeni, Tuan.
GESÙ
Kenapa harus bayar?
BYOMȦ
Kerna kami semua menyanyi. Menghibo orang-orang.
GESÙ
Oh. Lalu kalian sekarang bagaimana? Masih menyanyi?
Mlêtik menggeleng sedih. Byomå menoleh ke mbakyunya. Gesù menatap Saathi lekat-lekat. Saathi tetap diam.
FADE OUT: