Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KEMBANG BATAVIA
Suka
Favorit
Bagikan
25. #25 Gereja Belanda

FADE IN:

108. EXT. INT. DI DALAM PERAHU (SIANG)

Cast: Gesù, Ventura, Domingos, Pater Abreu, Sedadu Kompeni, Tukang Perahu, Kerumunan Orang

Gesù, Ventura, dan Domingos menyusuri kanal luar tembok. Ventura dan Domingos mengayuh satu perahu dengan kotak-kotak kayu. Gesù mengayuh perahu satu lagi dengan seorang Tionghoa Tukang Perahu. Di perahu itu juga ada beberapa kotak kayu milik Gesù.

 

DISSOLVE TO:

Gesù dan De Abreu bicara di keremangan Kanal Jonker.

DE ABREU

Misi kali ini mungkin akan sangat berbahaya, Gesù. Aku bahkan tidak berpikir akan bisa kembali ke Milan.

GESÙ

Pater. 

DE ABREU

Pusaka itu… kau harus menemukannya. Pusaka itu akan menjaga iman ribuan umat.

GESÙ

Baik, Pater … saya berjanji sepenuh jiwa

DE ABREU

Tuhan memberkatimu.

DISSOLVE TO:

Gesù mengusap air matanya. 

GESÙ

(V.O)

Saya bahkan tidak bisa melihat jenazah Pater untuk terakhir kali.

Gesù membatin itu sambil berair mata kembali. Perahu yang Ventura dan Domingos naiki telah menempeli perahu Gesù.

VENTURA

(Perlahan)

Tuan. 

VENTURA

Ya, Ventura?

VENTURA

(Menunjuk)

Iang sebelah kanan itu, ada Sungai Udang, Tuan.

Gesù menoleh kaget melihat ratusan orang bergerombol. Serdadu Kompeni bersenjata laras panjang juga berdatangan.  

GESÙ

(Bicara kepada Tukang Perahu)

Berhenti. Berhenti di depan.

Perahu Gesù merapat ke pinggir kanal. Ventura dan Domingos menyusul di belakang.

GESÙ

(Agak panik)

Ventura. Turunlah dan cari tahu apa yang terjadi.

VENTURA

Iya, Tuan.

Ventura segera melompat dari perahu. Dia berlari sepanjang gigir kanal, berbelok ke Sungai Udang, menghilang di dalam kerumunan.  

GESÙ

Apa kira-kira yang terjadi, Domingos?

Gesù gelisah di atas perahu. Beberapa kali dia berdiri lalu duduk lagi. 

TUKANG PERAHU

Olang Jawa ada libut-libut, mungkin, ya.

GESÙ

(Menoleh)

Apa itu sering terjadi? 

TUKANG PERAHU

(Menggeleng)

Tapi, meleka olang tampak sepelti olang Jawa, ya.

GESÙ

Kamu tahu, di dekat tempat ini ada pondok obat Tabib Nioto?

TUKANG PERAHU

(Mengangguk-angguk cepat)

Masih ada jau ke dalam, Tuan.

GESÙ

Apakah mereka orang-orang yang sedang berobat?

TUKANG PERAHU

Saya lasa jikalau olang datang mau belobat, tiada ada seldadu Kompeni, ya. 

GESÙ

Artinya ada kemungkinan lain?

Dari jauh, Ventura tergopoh-gopoh datang.

VENTURA

Tuan Gesù! Cilaka, Tuan.

Gesù melompat ke luar perahu. Domingos menyusul kemudian. 

GESÙ

Apa yang terjadi, Ventura?

Gesù menyerbu Ventura begitu budaknya itu sampai di hadapan. Ventura masih terengah-engah.

VENTURA

Tuan, itu pondok obat Tabib Nioto diserbu sama orang-orang bersenjata.

GESÙ

(Membelalak)

Mlêtik? Gadis cilik itu?

VENTURA

(Terengah-engah)

Tabib Nioto ada kabur ke Batavia bawa itu anak, Tuan.

Gesù tampak sangat lega mendengarnya.

VENTURA

Itu pondok penuh bangke orang, Tuan.

GESÙ

Mayat siapa?

VENTURA

Itu bangke mungkin korban gerombolan Bhairawa, Tuan. 

Gesù menutup mulut dengan telapak tangan kanan. Tangan satunya berkacak pinggang. 

VENTURA

Mereka orang suda datang, Tuan.

GESÙ 

Kamu tahu ke mana Tabib Nioto membawa Mlêtik?

VENTURA

Di dalam itu tembok kota, ada Kampung China, Tuan. 

Mungkin Tuan Nioto bawa itu anak ke itu kampung.

GESÙ

(Menggeleng-geleng)

Keadaan semakin berbahaya.

VENTURA

Orang-orang punya omongan, Gerombolan Bhairawa bekal kasih lebi-lebi banyak pembunuhan.

GESÙ

Maksudmu akan ada pertempuran besar?

Ventura mengangguk lemah. Berdiri gemetaran.

GESÙ

Avare le mani dalam pasta. Kita terus menerus terlibat urusan buruk, Ventura.

FADE OUT:

FADE IN:

109. INT. RUMAH LYZBETH (PAGI)

Cast: Lyzbeth, Saathi, Sussana, Hester 

Lyzbeth begitu sibuk. Bersiap hendak ke gereja. Sussana membawa buku puji-pujian dengan sampul kain bersepuh emas. Hester membawa kotak sirih-pinang dan tempolong porselen untuk meludah. Sedangkan Saathi menenteng kursi lipat dari kayu dan bantal duduk bersarung dan renda warna emas pada pinggir-pinggirnya.   

Ketiga perempuan budak mengenakan baju lengan panjang yang sopan dan bawahan yang hampir menyentuh tanah. Kainnya berwana polos, tanpa hiasan apa pun. Rambut mereka disanggul rapi, menutupi tengkuk, agar tidak mengundang perhatian. 

Lyzbeth mengenakan gaun dari bahan tenun Sumatra, berhias kain Jepang bergambar bunga-bunga warna perak. Dia menggelung rambut dan menghiasinya dengan tusuk konde dihiasi tujuh batu berlian. Lyzbeth mengenakan anting-anting dan cincin berlian juga kalung berbentuk daun buah pinang. Kerudung bergaris-garis emas dengan bordir bunga-bunga Jepang dia sampirkan di bahu.

LYZBETH

(Buru-buru, keluar kamar) 

Lekas-lekas. Apa yang angkau tunggu? Saya bole laat sampai ke gereja.

Lyzbeth berjalan buru-buru, sampai suara sepatu Eropanya memenuhi ruangan. 

SOUND EFFECT: SUARA TEROMPAH DI LANTAI KAYU

LYZBETH

Mana saya punya payung?

HESTER

Pedro ada bawa itu payung, Nyonya.

CUT TO:

110. EXT. DI DEPAN SERAMBI (PAGI)

Cast: Lyzbeth, Saathi, Sussana, Hester, Warga Jalan Utrect

Pedro memakai baju stelan wol Belanda berwarna hitam. Dia memegang payung sutra disepuh warna emas, menunggu Lyzbeth. Dia terus memayungi Lyzbeth sampai majikannya itu naik ke kereta dan meminta payung itu. 

Pedro duduk di kursi sais kereta mahal milik Lyzbeth. Pedro telah menunggu di pinggir jalan, di muka serambi. Kereta kuda itu bentuknya hampir-hampir menyerupai mangkuk. Dua roda besar persis di atas tempat duduk penumpang. Dua roda lain berukuran lebih kecil ada di bagian depan. Di bawah tempat duduk sais yang tinggi. Tempat duduk pengendali kuda itu setinggi punggung dua kuda penariknya.

PEDRO

(Duduk membelakangi Lyzbeth)

Permisie, Nyonya.

Sambil berdecak-decak kesal, Lyzbeth melirik ke serambi-serambi tetangga. Ketika dilihatnya para nyonya juga baru ke luar rumah dengan aneka dandanan mencolok mereka, Lyzbeth menegakkan punggung, menaikkan dagu. 

Lyzbeth menatap lurus ke depan, sementara orang-orang yang berjalan ke arah berlawanan, Rombongan Lyzbeth pun mulai bergerak perlahan. 

CUT TO:

111. EXT. JALAN UTRECHT (PAGI)

Cast: Lyzbeth, Saathi, Sussana, Hester, Orang-orang Utrech

Orang-orang pergi ke gereja dengan berjalan kaki menyeberang jembatan Sungai Ciliwung. Hanya Lyzbeth van Hoorn yang berangkat menggunakan kereta kuda. 

Kereta Lyzbeth terus membelah kelompok-kelompok jemaat gereja yang hendak mengikuti kebaktian dengan berjalan kaki.

Para nyonya, baik orang Belanda maupun Mardiker, mengenakan pakaian warna-warni dan topi-topi lebar berbulu. Macam-macam gambar bunga atau garis-garis emas dan perak yang menyilaukan. Ketika kereta Lyzbeth lewat mereka saling berbisik, kadang dengan suara yang cukup terdengar. 

Para perempuan budak yang berjalan di samping kereta Lysbeth. Mereka mengangkat wajah penuh percaya diri, kecuali Saathi. Saathi mencangking kursi kayu dan bantal dudukan majikannya dengan wajah tertunduk. 

LYZBETH

(Menghardik)

Mary!

Saathi menoleh pada Lyzbeth.

LYZBETH

Kasi buwang itu angkau punya wajah menyebalkan!

Saathi mengangkat wajahnya sedikit. Tetap tidak ada kegembiraan pada wajahnya.

CUT TO

112. EXT. DEPAN GEREJA BELANDA (PAGI)

Cast: Lyzbeth, Saathi, Sussana, Hester, Anna Sal, Anak-Anak Panti, Budak Jacob

ESTABLISH: GEREJA BELANDA BATAVIA

Kereta Lyzbeth tiba di muka Gereja Belanda. Gereja dengan tiga muka. Pintu lengkungnya sudah dijubeli jemaat yang hendak masuk gereja. Sedangkan halaman luasnya menjadi tempat tambatan kereta-kereta kuda dan para budak yang menunggu majikan.

LYZBETH

Mary ikut masuk ke itu gereja. Supaya angkau dapet pencerahan.

Saathi tak menjawab juga tidak menolak. Hester menghampirinya, menyerahkan kotak sirih dan porselen tempat meludah. Saathi kebingungan sendiri. Dua tangannya sudah sibuk oleh bantal dan kursi.

HESTER

(Judes)

Nyonya mau angkau bawa.

SAATHI

(Melihat bawaannya)

Tiada bole.

HESTER

Bantal dan kursi bisa angkau bawa satu tangan.

SUSSANA

(Datang menghampiri Saathi)

Saya mo bawa kotak sirih.

Dengan kesal, Hester menyerahkan kotak sirih kepada Sussana lalu tempolong porselen kepada Saathi. Jadinya, Saathi membawa tiga barang dengan dua tangannya. Satu tangan mencangking kursi dan bantal. Tangan satunya memeluk tempolong. Lyzbeth turun dari kereta kuda bersamaan dengan kedatangan Anna dan anak-anak panti.

ANNA

Nyonya Lyzbeth, selamat pagi.

LYZBETH

(Bahagia dibuat-buat)

Nona Anna. Selamat pagi.

Anna Saal mengenakan setelan wol hitam; kemeja rapi dan rok besar, serta bertopi hitam. Di belakangnya, anak-anak perempuan Panti Yatim Piatu berseragam bunga-bunga berjalan dengan wajah cerah, senyum merekah. Di belakangnya lagi, barisan anak laki-laki yang sebagian terlihat sama sekali tidak menikmati. Salah satunya Byomå. Dia melewati Saathi tanpa menyadari kakaknya ada di situ.

Catharina Floris, pemilik penginapan Floris datang juga dengan budak-budaknya. 

CATHARINA

Nyonya Lyzbeth.

LYZBETH

(Tangannya terentang)

Catharina Floris. Anda cantik sekali hari ini.

Kedua perempuan itu saling kecup dan memberi sedikit pelukan.

LYZBETH

Apa yang Anda lakukan dengan rambut Anda? 

Anda harus memberitahu saya ke salon mana Anda pergi. Model ini sangat serasi dengan renda gaun Anda.

CATHARINA

(Tertawa sopan)

Anda terlalu berlebihan, Nyonya. Lihat gaun Anda ini, mewah dan berkelas. Bahan dan potongannya sungguh mengagumkan.

LYZBETH

Tenun Sumatra, Saya memesan khusus dari perajinnya.

CATHARINA

(Takjub)

Oh, itu sebabnya mengapa gaun Anda sangat berbeda.

Lyzbeth mengibaskan tangan, menerima pujian. Budak Jacob (seorang perempuan budak yang kikuk) lewat di dekat mereka. Dia membawa kursi lipat dan tampaknya punya rencana dengan benda itu.

LYZBETH

(Terganggu)

Budak siapa itu? Apa majikannya tidak pernah mengajarkan sopan santun?

CATHARINA

(Menoleh)

Itu budak mardiker penjilid buku, Jacob Pietter. Pantas saja begitu. Tuannya pun perilakunya tidak beradab.

LYZBETH

Saya tidak tahu siapa Tuan Pietter.

CATHARINA

Tentu saja. Dia bukan pengusaha berkelas.

LYZBETH

Oh, begitu.

CATHARINA

Saya rasa budak itu disuruh majikannya untuk mencari tempat duduk.

LYZBETH

Bukankah setiap tempat sudah ada yang memesannya?

CATHARINA

(Mata melebar)

Itulah, Nyonya. Kecuali jika ada jemaat yang meninggal atau pulang ke Belanda. Astaga.

LYZBETH

Ada apa, Nyonya?

CATHARINA

Nona Weltevre minggu lalu kembali ke Belanda. Saya pun menginginkan bekas tempatnya. 

LYZBETH

Begitu?

CATHARINA

(Kelabakan)

Saya harus masuk lebih dulu, Nyonya. Jangan sampai budak itu mendapatkan tempat saya lebih dulu.

LYZBETH

Tentu saja. Anda sudah pasti lebih berhak.

Catharina tersenyum panik lalu buru-buru meninggalkan Lizbeth yang langsung kehilangan wajah empatinya.

LYZBETH

Pedro. Tengok itu Nyonya punya kelakuan. Tiada berkelas. Itu tempat duduk pun buat rebutan.

Lyzbeth lalu berjalan menuju pintu gereja dipayungi Pedro, diikuti Saathi dan Sussana. Sampai di depan pintu, Pedro menutup payung, Lyzbeth menyuruh Sussana dengan anggun.

LYZBETH

Sussana.

SUSSANA

Ya, Nyonya?

LYZBETH

Angkau kasi tahu itu Mary, di mana dianya misti kasi taro saya punya krosi. Jangan bikin ribut. Ini gereja. Angkau misti hargai.

SUSSANA

Ya, Nyonya.

CUT TO:

113. INT. DALAM GEREJA (PAGI)

Cast: Lyzbeth, Saathi, Sussana, Hester, Budak Jacob, Jacob

Sussana, mengajak Saathi lebih dulu masuk gereja. Dia berjalan di antara kursi-kursi yang sudah tertata, dan para Tuan dan Nyonya duduk di atasnya. Letak tempat duduk Lyzbeth Ada di barisan kedua. 

Sussana menunjuk tempat bagian paling pinggir, di sisi jalur menuju altar. Saathi membuka kursi lipat dan meletakkan bantal di atasnya. Dia masih memeluk porselen untuk membuang ludah. Sussana lalu memberi tahu, mereka berdua harus mundur ke belakang barisan paling akhir. Berdiri menyender dinding. Menunggu di sana, sambil sesekali maju jika Lyzbeth membutuhkan sesuatu. Tiba-tiba terdengar keributan di bagian belakang.

BUDAK JACOB

Nyonya Catharina Floris! Mengapa Anda kasi pindah Nona Pietter punya krosi?

Catharina, duduk rapi sambil memejamkan mata. Bibirnya berkomat-kamit. Tangannya menyatu di dada.

BUDAK JACOB

(Naik darah)

Anda trausah pura-pura. Itu waktu doa belum tiba. Kasi saya penyautan.

CATHARINA

Angkau mau apa?

BUDAK JACOB

Saya ada kasi taro itu krosi di situ buat Nona Pietter. Apa sebab Nyonya kasi pindah itu krosi ke belakang?

CATHARINA

Kursi apa? Saya tidak tahu-menahu.

Perempuan budak itu mengambil kursi yang menyender di dinding. Dia sodorkan ke Tijntje. 

BUDAK JACOB

Ini krosi saya kasi taro di situ. Sekarang, Anda ada duduk di situ. Iang pasti Anda kasi pindah ini krosi.

CATHARINA

Waktu saya datang, tempat ini kosong.

BUDAK JACOB

Anda jangan bohong!

Catharina menoleh ke kanan kiri. Malu. 

CATHARINA

Angkau budak lancang bicara.

BUDAK JACOB

(Berapi-api)

Saya ada berani kerna saya benar. Anda pembohong! Di dalam gereja Anda ada bohong!

Catharina lepas kendali. Dia angkat kursi lipatnya, dia pukulkan ke kepala budak itu. Budak itu menjerit kesakitan. Dia meraba kepalanya, rupanya ke luar darah. Budak itu langsung menerkam Catharina, mencakar mukanya lalu menyentak gaunnya. Renda dan bagian leher gaun Catharina koyak. Setelah berhasil merobek gaun Tijntje, budak itu lalu lari ke luar gereja. Catharina salah tingkah karena dilihat orang-orang. Catharina segera menguasai diri. Dia lalu memasang kursinya lagi. Duduk anggun, memejamkan mata, lalu berkomat-kamit sekaligus menahan perih bekas carakan budak tadi.

Jacob Pietter ( 40-an tahun, mardiker asal Srilangka) muncul di pintu gereja membawa tongkat rotan. Tanpa berkata apa pun, dia menghampiri Tijntje dan memukul punggung perempuan itu.

JACOB

Perempuan sial!

Cathariba yang kaget langsung berdiri sambil memegangi punggung. Sakit bukan kepalang.

CATHARINA

Apa angkau tidak waras!

JACOB

Angkau orang yang tiada waras, berani kasih pindah krosi buat saya punya anak.

Catharina menyerbu Jacob. Dia merebut tongkat rotan dari tangan Pietter lalu dia pukuli lelaki itu tanpa henti. 

CATHARINA

(Memukul bahu Jacob)

Ini buat kebiadaban angkau.

JACOB

Aduh.

CATHARINA

(Memukul lengan, kepala, dan perut Jacob)

Berani angkau dengan perempuan saja.

Para tuan jemaat kebaktian memisahkan mereka. 

JEMAAT SATU

Sudah! Sudah!

JEMAAT DUA

Ke luar saja! Suruh ke luar!

Saathi dan Sussana saling pandang. Sussana yang memeluk buku puji-pujian tersenyum kecil, sedangkan wajah Saathi tidak mengesankan apa pun.

Lonceng berbunyi tiga kali. Sussana dan para budak pembawa buku puji-pujian berjalan cepat menuju majikan mereka masing-masing.

LYZBETH

Apa yang terjadi di belakang?

SUSSANA

Nyonya Floris berkelahi dengan Tuan Pietter, Nyonya.

LYZBETH

(Berbisik)

Berebut tempat duduk?

SUSSANA

Itu betul, Nyonya.

Lysbeth menutup mulut, tertawa tertahan.

FADE OUT:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar