Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. DAERAH KUMUH KAMPUNG OGOH-OGOH - SIANG
Sari dan Jaka, yang menyamar di antara kerumunan, berjalan menyusuri jalanan kawasan kumuh Ogoh-Ogoh yang ramai. Suasana semarak dipenuhi gaung perayaan dan kemeriahan penobatan Ardani.
Sari memulai percakapan, suaranya dipenuhi campuran kekaguman dan nostalgia.
SARI
(dengan senyuman)
Rupanya Ardani telah benar-benar dewasa. Kau dengar kata-kata para pesorak tadi? Gelarnya adalah Raja Anak Wungsu.
Jaka terkekeh menanggapinya, sorot matanya dipenuhi kekaguman pada adiknya.
JAKA
(mengangguk)
Ya, benar. Bukan nama yang indah, tapi itu sangat cocok sebagai pengingat tentang jati dirinya dan juga jasa-jasamu, Sari.
Aku penasaran, nama gelar apa yang akan kau dapat andai kau jadi ratu, ya? Ratu Sulung Ayu, kedengarannya pas.
Sari main-main menyenggol Jaka sambil menggeleng.
SARI
(menggoda)
Ah, kau bisa saja. Ingat, kita punya tugas yang luar biasa penting sekarang. Kita harus segera pergi, tak bisa terus menumpang di rumah lama keluarga Tuba.
Jaka mengangguk, memahami gawatnya situasi.
JAKA
(jujur)
Yah, mau tak mau memang harus begitu. Sekarang Tuba sudah diangkat sebagai Hulubalang Kerajaan. Keluarga mereka pasti lebih banyak disorot rakyat dan pejabat sekarang. Jika orang-orang tahu kita masih menumpang di rumah mereka, mungkin Rainusa akan ricuh.
SARI
(setuju)
Jadi, kemana kita harus pergi sekarang? Hutan Usangha? Danau Tarub? Atau bahkan kembali lagi ke Lembah Pohon Tengkorak?
Jaka mengangkat tangannya, mempertimbangkan pilihan yang ada.
JAKA
(penuh pertimbangan)
Nah, berdasarkan surat dari Ki Rukah, kaum Leyak kini tak banyak bertingkah di bawah pimpinan ibumu. Mungkin nanti saja kita kembali ke sana kalau kau merindukan ibumu lagi.
SARI
(mengangguk)
Yah, nanti saja. Hutan Usangha dan Danau Tarub kini menjadi daerah kekuasaan kaum Manawa dan Wanara. Kurasa Ki Rukah dan Giri akan terlalu sibuk, kita pasti akan diacuhkan di sana.
Jaka mengangkat bahu, mengakui kebenaran ucapan Sari.
JAKA
(setuju)
Benar juga. Tapi bagaimana dengan Taksaka?
SARI
(menghela nafas)
Sejak pertempuran Karangateng, Taksaka menghilang entah ke mana. Ia masih berduka atas kehilangan Isyana dan menjadi pengembara. Mungkin saja dia telah meninggalkan Rainusa, tidak mau menghadapi kenangan menyakitkan itu. Tugas yang dipercayakan Sang Srisari kepadanya sudah tidak berarti lagi.
Sorot mata Jaka mencerminkan empati dan pengertian.
JAKA
(sungguh-sungguh)
Andai aku kehilangan dirimu, aku pasti akan segila Taksaka, atau lebih parah lagi.
Sari menyenggol Jaka sambil bercanda, senyum hangat tersungging di wajahnya.
SARI
(menggoda)
Yang benar saja? Jangan berlebihan, ah.
Jaka membalas, keakraban dan cinta mereka tampak jelas dalam olok-olok lucu mereka.
JAKA
(bercanda)
Sejak menikah, kita kan sudah janji untuk selalu bersama ke mana pun kita pergi. Kau tak lupa itu, kan?
Mata Sari berbinar penuh kasih sayang dan kehangatan.
SARI
(tersenyum)
Tentu aku tak lupa. Nah, Barong, kita mau ke mana sekarang?
JAKA
(dengan antusias)
Karena kita sudah berkeliling Rainusa, bagaimana kalau kita berkelana keliling Antapada? Menyaksikan keindahan alam ciptaan Sang Mahesa dan berpetualang. Siapa tahu kita bertemu lagi dengan Taksaka di suatu tempat. Bagaimana menurutmu, Rangda?
SARI
(bersemangat)
Aku suka usulmu. Ayo bersiap dan berkemas hari ini juga.
Sulih suara Rajni Sari dimulai, mengiringi lagu yang sangat indah, seiring perjalanan mereka terungkap.
SARI (VO)
(nyanyian)
Singa Putih dan Penyihir Hitam
Saling menambah beban timbangan alam
Tiap kali timbangan berat sebelah
Kekuatan-kekuatan baru bangkit menyangga
Hingga akhirnya dua dewa seiring searah
Dalam aliran api, air, angin, dan tanah
FADE OUT.
TAMAT