Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. KERATON ASTANA NUSA - MALAM
Sari dan Jaka menavigasi kegelapan, menghindari penjaga malam sambil dengan hati-hati bergerak menuju rute pelarian mereka. Sari berbicara dengan nada pelan.
SARI
(bisikan)
Lewat sini, Jaka! Kita bisa menemukan jalan keluarnya!
Sari mengacu pada sebuah rumah dengan atap yang berdekatan dengan lapisan terluar kompleks Astana Nusa, yang merupakan jalan keluarnya. Dia menjelaskan kepada Jaka tentang jalan rahasia yang dibagikan ibunya kepadanya. Sari belum pernah menggunakannya karena keterbatasan fisiknya.
Mereka naik ke atap rumah di dekatnya, dan dengan melompat, mereka melompat dari atap ke dinding pembatas istana. Sari nyaris terpeleset, namun Jaka sigap meraih tangannya, mencegah Sari jatuh. Mereka menemukan diri mereka berada di atas dinding batu yang dihiasi ukiran rumit.
SARI
(lega)
Terima kasih, Jaka.
Untuk turun dari tembok setinggi lima meter itu, Jaka mengeluarkan ranjau berujung kait yang ia temukan di kamar Lastika. Setelah dipastikan kekokohannya, Sari turun terlebih dahulu disusul Jaka. Gerakan mereka cepat dan tepat, menghindari penjaga yang mungkin mengawasi.
Sesampainya di tanah di luar kompleks istana, Jaka melepaskan tali dari dinding dan dengan sigap menggulungnya hingga menempel di bahunya. Ini berfungsi baik sebagai alat pendakian dan senjata potensial.
Sari dan Jaka lari, namun kehadiran mereka tidak luput dari perhatian para prajurit bermata tajam yang berjaga di menara penjaga.
PRAJURIT
(menunjuk)
Lihat! Ada yang membantu buronan lari! Tangkap mereka!
Namun, para buronan dengan cepat menghilang di tengah-tengah bangunan berpenduduk sedikit di pusat kota Danurah. Para prajurit kehilangan target mereka, menyebabkan kekacauan pencarian yang melibatkan penyerangan ke rumah-rumah penduduk.
Sari dan Jaka melanjutkan perjalanan hingga mencapai Permukiman Kumuh, Kampung Ogoh-Ogoh, sebuah kawasan yang sangat kontras dengan pusat kota. Bau tak sedap memenuhi udara, dan tumpukan sampah yang terabaikan menarik kawanan lalat.
Jaka menunjuk ke arah sekitar.
JAKA
(menjelaskan)
Nah, inilah Kampung Ogoh-Ogoh. Walau bau, kita bisa bernapas lega di sini. Setidaknya takkan ada yang menduga ada Putri Raja yang sudi menginjakkan kaki di kampung ini.
SARI
(mengelak)
Aku bukan Putri Raja macam itu! Aku lebih suka bersesak napas di kampung ini daripada dikejar-kejar terus hingga ke luar kota - setidaknya untuk sementara ini.
Jaka menunjuk ke arah tertentu.
JAKA
(menunjuk)
Nah, itu rumahku.
Sari dan Jaka masuk ke dalam gubuk bobrok yang bersebelahan dengan gubuk di sebelahnya. Dindingnya terbuat dari papan kayu dan dahan pohon yang tersusun tidak beraturan. Jaka dengan hati-hati memegang pintu itu agar tidak terjatuh.
Sesampainya di dalam, mereka akhirnya menghela nafas lega. Namun kekhawatiran Sari kembali muncul.
SARI
(khawatir)
Apa kau yakin para prajurit takkan mencari kita kemari?
JAKA
(meyakinkan)
Pada umumnya Putri Raja tak suka daerah kumuh dan kotor.
Karena itulah ini adalah tempat paling aman untuk sementara.
Pertanyaannya kini, ke mana kita pergi selanjutnya?
Ke mana kita akan mencari ibumu? Yang pasti ke mana pun beliau pergi, itu pasti bukan Kampung Ogoh-Ogoh.
SARI
(menyadari sesuatu)
Oh ya! Aku jadi ingat.
Sari mengeluarkan surat yang dibawanya, meletakkannya di atas meja. Ia mulai membacanya keras-keras, dan Jaka mendengarkan dengan penuh perhatian. Surat yang ditulis Lastika itu mengungkap petunjuk dan informasi penting tentang keberadaannya.
SUARA LASTIKA
(V.O.)
Untuk Sari, Anakku.
Maafkanlah Ibu karena kerap kali bersalah padamu.
Sejak awal, Ibu telah melakukan kesalahan besar. Ibu ingin menduduki takhta Rainusa, tapi melupakan satu hal penting. Ternyata ada hubungan kekerabatan antara nenekmu, Ajnadewi dengan Airlangga, Raja Madangkara.
Ibu juga tak menyangka Airlangga akan secara pribadi berkunjung ke Rainusa. Dugaan Ibu, kunjungan itu tak hanya untuk berbelasungkawa atas mangkatnya Marakata saja.
Kalau sampai Airlangga mengenali Ibu, keselamatanmu akan terancam karena kau tak cukup sakti untuk melarikan diri dari kepungan prajurit bersenjata. Ibu minta maaf padamu, Putriku, karena Ibu tak punyapilihan selain lari secepatnya, tak menunggu dirimu. Ibu hanya bisa berharap kau menemukan surat ini dan menyusul Ibu secepatnya.
Tempat yang Ibu tuju adalah Lembah Pohon Tengkorak, tempat tinggal kaum penyihir perempuan yang disebut Leyak.
Untuk mencapai lembah yang amat rahasia itu, kau harus melintasi dua tempat yang amat penting dan berbahaya.
Tempat pertama adalah Hutan Usangha, tempat tinggal kaum Manawa dan kaum Wanara, siluman manusia-kera. Kau harus melewati celah pegunungan yang dijaga oleh Taksaka, karena itulah satu-satunya jalan menuju tempat tujuan kedua, yaitu Danau Tarub.
Di Danau Tarub, carilah tepian yang berupa celah mendaki yang diapit oleh dua tebing tinggi yang berbentuk seperti gerbang pura. Kau hanya dapat melihatnya jika kau menyeberangi danau itu dari selatan ke arah barat laut. Hati-hati, jangan sampai membuat Isyana, sang penjaga murka. Bila itu terjadi, hanya Taksaka saja yang dapat menolongmu.
Carilah Ibu di Lembah Pohon Tengkorak, Ibu akan menjelaskan semuanya padamu. Sampai selamanya Ibu tetap menunggumu di sini, Sari, Anakku yang Terkasih.
Mereka membaca surat itu berulang kali dan mengingat isinya, terutama di bagian petunjuk jalan menuju Lembah Pohon Tengkorak. Sadar akan pentingnya hal itu, mereka memutuskan untuk menghancurkannya demi keselamatan mereka sendiri.
Mata Jaka terbelalak keheranan.
JAKA
(terkagum-kagum)
Astaga, ibumu ternyata adalah anggota Leyak, kaum penyihir ilmu hitam yang paling ditakuti di Rainusa!
SARI
(heran)
Oh, begitukah? A-aku tak tahu sampai sejauh itu.
JAKA
(menjelaskan)
Dari cerita yang kudengar, bahkan Rangda, ratu kaum Leyak memiliki kesaktian tanpa batas. Ia bahkan berkali-kali menantang Barong, Singa Suci Dewata. Keduanya menghilang setelah bertarung dahsyat, membuat Gunung Idharma meletus!
Sari tertegun menyadari sifat asli Leyak. Dia hanya menganggap Rangda sebagai iblis sakti dengan ambisi besar, sedangkan Leyak mencari kebebasan, tak terikat pada pihak mana pun. Surat dari ibunya itu tetap ia pegang dengan tangan gemetar.
Jaka memecah kesunyian sambil memberikan pilihan pada Sari.
JAKA
(sungguh-sungguh)
Daripada terus melamun, pikirkanlah lagi baik-baik dan putuskanlah. Apa yang kau inginkan? Tetap pergi mencari ibumu? Atau apa kau mau pergi mengembara bersamaku? Yang pasti kita sudah jadi buronan dan tak bisa tinggal di Danurah lagi.
Sari kembali menatap Jaka sambil mempertimbangkan keputusannya. Dia mempertanyakan harga dirinya dan potensi kasih sayang Jaka terhadapnya.
SARI
(tegas)
Benar. Ke mana aku ingin pergi? Siapa yang paling ingin kutemui? Dan yang paling penting, mengapa aku ingin melakukannya?
JAKA
(sungguh-sungguh)
Ya, kau sudah tahu jawaban untuk "kapan" dan "bagaimana". Pikirkanlah "apa", "siapa", "mengapa", dan "ke mana" masak-masak, lalu beritahukan hasilnya padaku. Ingat, waktu mendesak.
Mereka duduk di gubuk remang-remang, menunggu keputusan Sari yang akan menentukan jalan masa depan mereka.
FADE OUT.