Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
EVERNA Rajni Sari - Putri Penyihir dari Pulau Dewata
Suka
Favorit
Bagikan
11. Airlangga - Bagian 1

EXT. TAMAN ISTANA - SIANG

 

Sari yang masih berduka atas kehilangan ayahnya, menemukan pelipur lara bersama sahabatnya, JAKA. Mereka duduk bersama di sebuah bangku, dikelilingi keindahan taman istana yang tenteram.

 

SARI

Bagaimana tarianku, Jaka?

 

JAKA

(tersenyum)

Aku masih awam dalam seni, tapi tarian tadi sungguh indah.

Apa namanya?

 

SARI

(suara bergetar)

Tari Legong. Aku ingin menyempurnakannya untuk dipertunjukkan pada Ayahanda. Namun kini...

 

Suaranya menghilang, air mata mengalir di matanya. Jaka mengulurkan tangan, sentuhannya lembut dan menenangkan.

 

JAKA

Setidaknya kamu mendapatkan kehangatan cinta seorang ayah. Aku bahkan tidak tahu siapa orang tua kandungku. Keluarga angkatku memperlakukanku sebagai pekerja dan budak. Aku iri padamu, Sari.

 

Hati Sari pedih pada Jaka saat menyadari kesulitan yang dialaminya.

 

SARI

Kau tak perlu iri, Jaka. Kau sekarang adalah pengawal resmi keluarga kerajaan. Dan ingat, aku akan selalu mendukungmu. Kau tidak akan pernah sendirian lagi.

 

Rasa syukur Jaka terpancar dari sorot matanya saat ia mengakui ucapan Sari.

 

JAKA

Terima kasih, Sari, eh, Tuan Putri.

 

SARI

(tersenyum)

Sudah kubilang, panggil aku Sari saja.

 

JAKA

Baiklah.

 

Senyuman Jaka menampilkan kepolosan anak-anak, jeda sejenak dari beratnya keadaan mereka.

 

JAKA

Ayo ikut aku.

 

SARI

(Mendelik)

Kemana? Untuk apa?

 

JAKA

Kita lihat saja nanti.

 

Jaka mengedipkan mata nakal, membuat Sari penasaran. Mereka berjalan bersama ke lorong dekat dapur istana, di mana mereka bertemu dengan seorang pelayan istana yang membawa nampan buah.

 

Jaka sengaja menabrak pembantunya hingga menyebabkan sebagian buahnya terjatuh. Dia dengan cepat meminta maaf dan membantunya mengambil buah yang jatuh.

 

JAKA

Oh, maaf, saya agak pusing.

 

PEMBANTU

Tak apa. Saya harus buru-buru. Buah-buahnya sudah ditunggu.

 

JAKA

Sekali lagi maaf.

 

Pelayan itu tersenyum tipis dan melanjutkan perjalanannya. Saat mereka berbelok ke lorong berikutnya, Jaka menyerahkan sesuatu kepada Sari yang membuat matanya berbinar.

 

SARI

(Dengan penuh semangat)

Wah, jeruk rai! Kok bisa? Apa kau...?

 

JAKA

(tertawa)

Haha, tentu saja. Ini salah satu keahlian jawara pasar.

 

Hati Sari menghangat mendengar kecermatan Jaka.

 

SARI

Wah, kau bisa mencopet hati para gadis ya.

 

Mereka berbagi momen santai, tapi ekspresi Jaka berubah serius.

 

JAKA

Tapi aku tak habis pikir tentang dirimu.

 

SARI

(Bingung)

Aku? Apa maksudmu?

 

JAKA

Saat menjelaskan keahlian mencopet tadi, kukira kau akan memarahiku. Sebagai Putri Raja kau seharusnya taat hukum. Mengapa kau malah tertawa?

 

SARI

(menggoda)

Nanti saja kujelaskan. Hari sudah gelap, aku harus pulang.

Sampai besok, Jaka!

 

JAKA

Sampai besok.

 

Sari buru-buru berangkat dari taman istana, langkahnya ringan karena kegembiraan yang baru didapatnya. Ia tidak menoleh ke belakang untuk mengukur reaksi Jaka terhadap jawaban samarnya. Saat ini, yang penting hanyalah euforia yang dia rasakan, seolah-olah dia di awang-awang.

 

CUT TO:

 

 

INT. RUMAH SARI - MALAM

 

Sari tiba di rumah, desahan keluar dari bibirnya. Dia tahu Lastika akan ditempati hingga larut malam. Kesendirian menyelimutinya, menimbulkan bayangan suram di wajahnya.

 

SARI

(Berbisik)

Kita berdua kurang beruntung, Jaka.

 

Kata-katanya menggantung saat dia merenungkan kompleksitas kehidupan mereka.

 

FADE OUT.

 

 

INT. RUMAH SARI - KAMAR TIDUR - PAGI

Sari, yang kelelahan karena latihan menari yang intens, tidak memperhatikan sekelilingnya. Dia ambruk ke tempat tidurnya, mencari istirahat yang sangat dibutuhkan.

 

 

INT. RUMAH SARI - RUANG TAMU - PAGI

Keesokan paginya, Sari tiba-tiba dikejutkan oleh ketukan keras di pintu. Jaka berdiri di seberang, napasnya memburu saat menyampaikan kabar penting.

JAKA

(terengah-engah)

Sari, ada tugas mendadak! Kita harus menyambut tamu negara, Raja Airlangga. Ayo, kita harus cepat!

 

Mereka buru-buru meninggalkan rumah, keadaan mendesak tidak menyisakan waktu bagi Sari untuk meraih kipasnya. Saat mereka bergegas melewati halaman istana, pikiran Sari masih berkabut karena kelelahan, tubuhnya basah oleh keringat. Kelelahannya sangat membebani dirinya, dan tidak adanya sarapan menambah rasa mual dan pusingnya.

 

 

EXT. GERBANG BESAR - PAGI

Sari mendapati dirinya berdiri sejajar dengan sekelompok dayang di dekat gerbang masuk Astana Nusa. Dia menyadari dia terlambat dan tidak akan bisa bergabung dengan keluarga kerajaan yang menyambut tamu negara.

 

Meski masih dini hari, pandangan Sari masih kabur saat dia berusaha fokus. Dia berjuang untuk mempertahankan ketenangannya, bahkan ketika tubuhnya memberontak melawan kelelahan.

 

PENYIAR ISTANA

(mengumumkan)

Yang Mulia Raja Airlangga telah tiba!

 

Arak-arakan tamu negara mulai terlihat bergerak tertib melewati gerbang Astana Nusa. Mereka mengenakan pakaian berwarna gelap dan muram, yang jelas merupakan simbol duka atas mendiang Raja Marakata.

 

Di barisan depan adalah para pengawal, disusul pejabat penting Madangkara, termasuk Perdana Menteri Mpu Bhadara. Dan pada rombongan ketiga yang menaiki kereta adalah Raja Airlangga sendiri yang didampingi Ratu Ratna dan Putra Mahkota Ardani.

 

Berusia dan terhormat, Airlangga memancarkan aura kharisma. Jenggot dan kumisnya yang beruban dan tertata rapi kontras dengan pakaian putih dan hitamnya, semakin menonjolkan reputasinya sebagai salah satu raja terhebat dan tersukses di wilayah tersebut.

 

Tatapan Airlangga menyapu kerumunan, hingga matanya bertatapan dengan mata Sari. Senyumnya yang hangat dan kebapakan memudar, digantikan oleh alis yang berkerut, menyebabkan Sari terkesiap kebingungan. Airlangga bertukar kata dengan Ratu Ratna yang menatap tajam ke arah Sari, menambah kebingungan gadis muda itu.

 

Kegembiraan memenuhi udara saat Ratu kemudian menoleh ke Hulubalang Paraya, yang menunggang kuda di sampingnya. Paraya, yang terpacu untuk bertindak, menyerang ke depan dan berteriak dengan penuh wibawa.

 

 

PARAYA

(dengan lantang)

Tangkap Rajni Sari!

 

Sari terkejut, tidak mampu memahami kejadian yang tiba-tiba itu. Kejutan itu memperparah rasa mual dan pusingnya, sehingga membuat indranya kewalahan. Sebelum dia dapat memahami situasi sepenuhnya, tubuhnya menyerah, dia pingsan di tempat.

 

FADE OUT.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Astaga, ada Airlangga di sini! Karya yang luar biasa.
8 bulan 4 hari lalu