Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. DESA WANARA - RUMAH RUKAH - SIANG
Perlahan Jaka sadar kembali, matanya berkedip-kedip menatap wajah lega Sari.
SARI
Jaka, kamu siuman! Syukur pada Sang Mahesa.
Penglihatan Jaka kabur, sulit fokus melihat banyak gambar Sari. Dia berkedip, berusaha menjernihkan pandangannya, hingga akhirnya, satu gambar Sari yang koheren terlihat.
JAKA
A-apa yang terjadi?
Tangan Jaka mencengkeram benda berat—Gada Hanomanji.
KI RUKAH
Selamat, Jaka. Kau kini adalah pewaris baru gada dewata Hanomanji.
JAKA
T-tapi bagaimana bisa? Terakhir kuingat aku mengerahkan tenaga dalam untuk meredam daya dari gada. Lalu kesadaranku lenyap, kukira aku telah pindah ke alam baka.
Sari menunjuk suatu titik di tengah ruangan, mengajak Jaka memperhatikan dengan seksama.
SARI
Lihat baik-baik.
Jaka mengikuti arahannya, pandangannya tertuju pada genangan air belaka yang merembes ke dalam tanah. Di atasnya, hanya baju besi emas yang tersisa.
JAKA
A-astaga... Hanoman?
Rukah memberikan penjelasan, campuran rasa kagum dan hormat dalam suaranya.
KI RUKAH
Di entakan terakhir, kau jatuh pingsan. Di saat bersamaan, jasad Hanoman pun mulai mencair. Akhirnya, raga sang pahlawan Wanara menjadi air segar dan terserap, menyatu ke dalam tanah. Hutan Usangha kini menjadi hutan suci, tak hanya menyandang julukan "keramat" belaka.
Keheranan Jaka menyatu dengan rasa syukur.
JAKA
Syukurlah. Kini kita punya cukup modal untuk mengusir Taksaka.
Sari dan Ki Rukah bertukar pandangan setuju, ekspresi mereka mencerminkan harapan baru untuk misi mereka.
FADE OUT.
EXT. CLIFF PASS - SIANG
Jaka sadar kembali, kegelisahannya memuncak setelah diinterupsi oleh Sari. Dia mencengkeram Gada Hanomanji erat-erat, merasakan bobotnya, meski lebih ringan dari sebelumnya. Ini memampukannya untuk bergerak lebih cepat dan menyerang dengan kekuatan lebih.
JAKA
(berbisik pada dirinya sendiri)
Apakah aku benar-benar menyatu dengan senjata ini?
Saat Jaka dan Sari mengucapkan selamat tinggal kepada Ki Rukah, kepala desa dan pemimpin Wanara, dia memperingatkan mereka akan kemungkinan adanya pengejar.
KI RUKAH
Teruslah jalani jalur yang telah kalian pilih, niscaya jati diri dan kekuatan sejati kalian akan bangkit. Sedikit peringatan, kurasa ada yang membuntuti kalian sampai kemari.
Jaka dan Sari bertukar pandang kaget, rasa penasaran pun tergugah.
SARI
Siapa mereka?
JAKA
Tidakkah sebaiknya mereka dilabrak supaya kita tahu maksudnya?
KI RUKAH
Mereka mungkin telah menjadi mangsa Taksaka, atau mungkin mereka menyadari bahayanya dan mundur. Sebaiknya jangan menarik perhatian dan mengambil risiko Taksaka mengetahui keberadaan kita.
Sari bergidik memikirkannya.
Giri melangkah maju, menawarkan bimbingannya sekali lagi. Jelas terlihat bahwa ia ingin memastikan senjata dewa tersebut tidak jatuh ke tangan Taksaka jika Jaka gagal.
GIRI
Aku akan memimpin kalian berdua. Kita harus berhati-hati, karena kehadiran Taksaka sudah semakin dekat. Beberapa Manawa akan menjagaku dari kejauhan.
Kelompok tersebut bergerak dengan sangat hati-hati, berusaha untuk tetap diam dan tidak terdeteksi. Misi mereka adalah mengejutkan Taksaka, bukan sebaliknya.
Jaka teringat ucapan Giri tadi tentang jalur yang diambil.
JAKA
Kata Giri, satu-satunya jalan menuju Danau Tarub adalah melalui celah di antara tebing terjal. Memang tidak sempit, tapi ukuran Taksaka yang sangat besar bisa menghalangi seluruh jalan.
Besarnya skala lawan membuat Jaka merinding. Dia memahami mengapa hanya sekelompok kecil Manawa yang mengajukan diri untuk misi ini. Mengatasi Taksaka membutuhkan kekuatan supernatural yang sangat besar dan senjata dewa.
Namun mundur bukan lagi suatu pilihan. Jaka tahu, berbalik berarti kehilangan orang yang paling disayanginya, orang yang paling berarti dalam hidupnya setelah Hanoman.
Dengan penuh tekad, Jaka, Sari, dan pasukan Manawa menghadapi serangan mendadak dari Shasu—serigala berekor ular yang mengintai kelompok mereka. Pertempuran sengit pun terjadi, Giri, Jaka, Sari, dan paraManawa menggunakan kemampuan supernatural mereka untuk melawan. Akhirnya, mereka muncul sebagai pemenang.
Jaka menatap sedih monster-monster yang tumbang dan Manawa yang terluka. Pikiran tentang kepengecutan dan mengabaikan pengorbanan mereka sangat membebani dirinya. Tidak ada ruang untuk mundur.
Mereka berdiri di depan barisan pegunungan yang menyerupai tembok megah. Mendaki satu sisi dan menuruni sisi lainnya tampaknya masuk akal. Namun, jika Taksaka atau mutan Manusia Ularnya menghalangi jalan mereka dan melepaskan batu besar dari atas, bencana akan terjadi.
Pilihan terbaik mereka adalah diam-diam menyelinap melewati tubuh besar Taksaka di celah tebing atau menunggu sampai ular itu pergi berburu dan menghadapi pasukan mutan Taksaka sendirian. Pilihan terakhir ini merupakan pilihan berbahaya yang dapat mendatangkan malapetaka tanpa pandang bulu terhadap masyarakat Manawa dan Wanara.
Semua pilihan ini telah dibahas dan dipertimbangkan secara cermat bersama Ki Rukah. Oleh karena itu, satu-satunya pilihan yang layak adalah menghadapi Taksaka secara langsung di celah tebing. Jaka mendapati dirinya berdiri di pintu masuknya.
Sari menunjuk ke depan, suaranya bergetar.
SARI
A-Apa itu yang mengadang kita? Dinding sihir raksasa?
GIRI
Itu Taksaka.
Sari dan Jaka terdiam mendengar dua kata itu. Kenyataannya melampaui imajinasi tergelap mereka.
Kesenjangan di tebing lebih lebar dari perkiraan, dan Taksaka tampak lebih besar dari perkiraan terliar mereka.
JAKA
(heran)
G-gila! Apa benar ada makhluk yang bisa melewatinya?
Giri balas membentak, suaranya dipenuhi keyakinan.
GIRI
Apa kau lupa? Yang bisa melakukannya hanya insan-insan sakti yang mampu menyembunyikan keberadaan mereka sehingga Taksaka tak bisa menyadarinya. Pengecualiannya adalah kaum Leyak.
Sari, terkejut, menyuarakan ketidakpercayaannya.
SARI
Bagaimana mungkin?
GIRI
Naluriku berkata, Taksaka dan pasangannya, ular naga air Isyana, mendukung pemikiran kaum Leyak yang terpinggirkan, dimusuhi, dan dianggap jahat oleh seluruh masyarakat.
SARI
(bingung)
Pemikiran apa itu?
GIRI
Tanyakanlah sendiri pada mereka bila kau telah tiba di tempat tujuanmu. Aku sendiri tak tahu, hanya bisa menduga saja.
Jaka mengangkat bahu, menerima kenyataan yang tidak bisa dihindari.
JAKA
Jadi, kita harus menghadapi ular raksasa itu?
GIRI
Bukan kita, tapi kalian berdua. Kami, kaum Wanara hanya bisa mengantar kalian sampai di sini. Memastikan tak ada halangan selain Taksaka yang mengganggu kalian.
Jaka dan Sari maju ke depan, ketakutan mereka terlihat jelas namun tidak melumpuhkan.
Mereka mendekati "tembok raksasa", namun kemajuan mereka terhenti karena suara desisan yang menggelegar.
Jaka menggenggam erat Gada Hanomanji dengan kedua tangannya, mempersiapkan diri menghadapi konfrontasi yang akan terjadi.
JAKA
Siapkan senjata. Ingat, musuh yang satu ini takkan takluk dengan bujuk rayu dan silat lidah saja.
Sari mengangguk, memegang erat kipasnya sambil mengambil posisi.
Benar saja, kepala Taksaka muncul dari balik tubuhnya yang melingkar di atas “dinding”. Semakin dekat, semakin besar tampilannya—kira-kira satu setengah kali tinggi Jaka. Matanya, sebesar mangga, terpaku pada pengelana, rasa lapar terpancar di tatapannya.